Sarada kini sedang berada di ruang makan bersama dengan Mamanya dan juga pamannya sambil menikmati sarapan pagi yang dibuat Sakura.
Mereka tampak sangat bahagia layaknya sebuah keluarga. Sakura menjadi mama, Sasori menjadi papa dan Sarada menjadi anak mereka. Benar-benar cocok.
Kenyataannya mereka memang keluarga tapi Sasori bukanlah sebagai papa melainkan sebagai paman yang menjadi peran pengganti seorang papa, ya hanya peran pengganti. Tapi walau Sasori hanya sebagai peran pengganti papa di dalam kehidupan Sarada, Sarada tetap merasa senang karena Sarada memang sudah menganggap Sasori sebagai papa nya sendiri. Mungkin itu disebabkan karena dari kecil Sarada memang sudah bersama-sama dengan Sasori dan Sasori selalu mengasuh Sarada layaknya seorang anak membuat Sarada tak pernah merasa kekurangan kasih sayang seorang ayah, Sarada bahkan merasakan kasih sayang yang lebih dari cukup karena Sasori dan Sakura sama-sama memberikan kasih sayang yang besar kepadanya.
"Mau tambah lagi Sarada?" tanya Sakura kepada Sarada ketika melihat makanan yang ada di piring Sarada hampir habis.
"Tidak perlu mama, aku sudah kenyang" jawab Sarada sambil menjauhkan piringnya yang masih terisi sedikit nasi.
"Kenapa makanannya tidak dihabiskan Sarada?" tanya Sasori karena melihat makanan Sarada tidak habis.
"Aku sudah kenyang paman" balas Sarada dengan nada manja, Sasori yang mendengarnya tersenyum lalu mengacak rambut Sarada.
"Baiklah bila begitu Sarada, jangan paksakan" ujar Sasori dengan senyum hangatnya membuat Sarada balas tersenyum, Sakura yang melihat itu pun juga ikut tersenyum.
"Paman, kapan kita akan jalan-jalan keliling Konoha? Sarada ingin melihat-lihat paman" kata Sarada, Sasori yang mendengar perkataan Sarada agak berpikir sejenak lalu setelah itu menjawab.
"Kita bisa pergi jalan-jalan setelah makan siang nanti ya Sarada, paman ada urusan sebentar di kantor paman yang ada di Konoha jadi paman harus pergi ke sana" balas Sasori lembut agar Sarada dapat mengerti.
"Baiklah, aku akan menunggunya" ujar Sarada sambil tersenyum lucu membuat Sasori gemas lalu mengacak rambut keponakan tersayangnya itu.
"Sudahlah Sasori-nii, lebih baik habiskan makanan mu itu" tegur Sakura yang sudah terlebih dahulu menghabiskan sarapannya mendahului Sasori.
Sasori yang mendengar teguran dari Sakura hanya mengangguk lalu setelah itu menghabiskan sarapannya dan setelah sarapannya habis Sasori pun langsung mengambil jas kantornya untuk segera bersiap pergi ke kantor.
"Kau ingin persi sekarang nii-san?" tanya Sakura.
"Ya, aku harus segera menyelesaikan tugas kantor ku agar nanti dapat mengajak Sarada jalan-jalan" jawab Sasori yang membuat Sakura tersenyum.
"Baiklah kalo begitu, hati-hati di jalan ya nii-san" ujar Sakura tersenyum lembut.
"Pasti" balas Sasori sambil mengacak rambut pink Sakura lalu setelah itu pergi keluar dari apartement mereka.
Sakura yang melihat kepergian Sasori mengulum senyum.
Sakura memang sangat beruntung memiliki Sasori karena dia bisa menjadi kakak yang baik baginya dan juga papa yang baik bagi Sarada membuat Sakura tak perlu khawatir dengan jumlah kasih sayang yang ia berikan ke Sarada karena Sakura tau bila saat ini Sarada sudah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya walau pun itu bukan dari ayah kandungnya.
***
Sarada saat ini sedang berada di dalam kamarnya sambil menggambar di atas buku gambar besar yang di belikan mamanya. Sarada sangat senang menggambar dan melukis maka dari itulah mama nya memberikan Sarada buku gambar agar Sarada bisa mengembangkan bakatnya itu.
Sekarang bakat Sarada sudah berkembang dan Sarada menjadi lebih mahir membuat gambaran. Gambaran itu selalu ia tempel di dinding kamarnya yang ia buat khusus hanya untuk meletakkan gambarannya.
"Yeay akhirnya selesai" ucap Sarada ketika gambaran yang ia buat sudah selesai.
Dengan senyum manis nya ia mengangkat gambaran yang telah ia buat itu. Sarada yang melihat gambarannya tampak sangat senang dan ia berharap mama dan pamannya juga akan ikut senang dengan hasil gambarannya.
Sarada pun berdiri dari duduknya lalu setelah itu berjalan menuju laci nakas yang berada di samping tempat tidurnya. Setelah sampai di sana ia pun membuka laci itu lalu menyimpan hasil gambarannya di sana agar hasil gambarannya itu tidak hilang ke mana-mana karena ia akan menunjukkan hasil gambarannya itu kepada mama dan juga pamannya nanti malam.
Setelah meletakkan gambarannya di laci nakas samping tempat tidurnya, Sarada pun langsung merebahkan dirinya di tempat tidur empuk miliknya yang baru saja tadi malam ia tempati. Sarada sangat menyukai tempat tidurnya itu karena bagi Sarada tempat tidurnya itu sangat empuk dan sama seperti tempat tidurnya yang berada di Suna membuat Sarada betah berada lama-lama di sana.
Mengesampingkan tempat tidur, Sarada juga menyukai Konoha karena baginya Konoha memiliki udara yang bersih dan menyejukkan tidak seperti Suna yang udaranya kotor oleh pasir-pasir yang masih banyak di sana.
Sarada berharap jika nanti di sini ia mendapatkan teman baru dan juga sahabat seperti Chou-Chou.
'Apa! Chou-Chou!' mengingat kata Chou-Chou membuat Sarada ingat bahwa ia belum mengatakan kepada sahabatnya itu tentang kepindahannya ke Konoha.
Sarada yang mengingat itu pun langsung bergegas keluar kamarnya untuk menuju ke arah telepon yang ada di apartementnya untuk menelpon Chou-Chou walau ia tau sekarang sahabatnya itu pasti sedang sekolah tapi setidaknya ia dapat mengatakan kepada orang yang ada di rumah Chou-Chou.
Sakura yang sedang membaca majalah di ruang tamu melihat Sarada terlihat tergesa-gesa pun mengerutkan dahinya bingung.
"Ada apa Sarada? Kenapa kau tampak sangat tergesa-gesa?" tanya Sakura membuat Sarada menoleh lalu bergegas menghampiri mamanya.
"Sara belum mengatakan tentang kepindahan kita kepada Chou-Chou, bagaimana ini mama?" kata Sarada panik karena ia takut bila nanti sahabat nya itu akan marah.
Sakura yang mendengar perkataan Sarada hanya terkekeh lalu mengelus lembut kepala Sarada.
"Tak usah khawatir sayang, kita akan menelpon Chou-Chou nanti jadi kau tak usah panik" balas Sakura lembut agar anak perempuannya itu tenang.
Sarada yang mendengar ucapan dari mamanya pun menghembuskan nafasnya lalu setelah itu mengangguk lesu walau sebenarnya ia masih memikirkan tentang sahabatnya itu. Sarada yakin kalau saat ini Chou-Chou sedang mencarinya karena memang mereka tak bisa terpisah, mereka sudah terbiasa bersama sejak kecil.
Sakura yang tau mengenai itu hanya tersenyum. Sakura tau bila anaknya itu tipe yang setia kawan seperti dirinya dulu, Sarada tipe orang yang tak ingin jauh dan kehilangan teman-temannya dan dia akan melakukan apapun agar hubungan pertemanannya tetap terjalin tapi semua kelembutan dalam pertemanan itu ia tutupi dengan sikap dingin karena rasa egois yang masih tinggi. Sakura yang mengingat rasa egois Sarada menjadi teringat dengan seseorang. Seseorang yang telah mewariskan keegoisannya dengan Sarada.
'Semua yang ada di dalam diri Sarada sangat sama dengan dirimu Sasuke, sangat sama'
Tbc
Haihaihai...
Apa kabar semua? Semoga baik ya hehe...
Maaf ya aku lama up soalnya kan aku di sini udah masuk sekolah jadi waktu aku buat buka hp udah sedikit dan otak aku juga lagi buntu buat bikin cerita plus lagi mager mwehehe. Aku harap kalian maklum dan dapat bersama ya guys...Abis baca jangan lupa tinggalkan jejak ya..
Arigatou💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarada'S Story [HIATUS]
FanfictionMengisahkan tentang Sarada yang hanya hidup berdua dengan ibunya. ia besar oleh kasih sayang ibu dan pamannya,tanpa kasih sayang ayahnya. ibunyalah yang menjadi tulang punggung keluarga menggantikan sosok ayah baginya hingga ia melupakan sosok ayah...