Dia terbaik

80 19 12
                                    














[ SEPULUH ]

"Ice cream mangga 1."

Minghao sekarang sedang memesan ice cream kesukaan kekasihnya itu. Setelah mengantri hampir 10 menit, akhirnya Minghao mendapatkan ice cream untuk Jaena dan seperti biasa, Jaena duduk manis di meja yang disediakan di kedai itu sambil terus melihat kearah Minghao yang sedang menunggu ice cream untuknya jadi.

"Lama sekali. Aku hampir saja tertidur tadi." Oceh Jaena saat Minghao sudah datang dengan tangan memegang ice cream yang sudah dia tunggu dari tadi

"Kau tidak lihat, antriannya panjang tadi. Kau ini." Omel Minghao sambil menyodorkan cup ice cream ke tangan Jaena.

"Hahaha... Aku bercanda, kau ini."

Jaena melahap ice creamnya senang. Sudah 3 hari ini mulutnya sudah menginginkan memakan ice cream mangga kesukaannya namun karena dia sempat sakit kemarin Sengcheol melarangnya.

"Jae..."

Kegiatan melahap Jaena terhenti disaat Minghao memanggilnya dengan telapak tangan mengelus puncak kepalanya. Jantungnya berdebar dan mata Jaena seketika menatap mata Minghao dalam.

"Kenapa?" Tanya Jaena dengan nada halusnya

"Kenapa nadamu itu seperti meledekku?"

"Maksudnya apa? Aku tidak meledekmu?" Jaena bingung yang dimaksud Minghao bahwa dia sedang meledeknya sekarang (?)

"Iya, nadamu itu. Kau seolah tidak apa-apa, merasa semuanya baik-baik saja padahal sekarang kita ini sedang tidak baik. Aku sudah mendiami beberapa hari ini dan bahkan saat kau sakit, aku tidak menjagamu. Itu karena aku terlalu memikirkan diriku sendiri dibanding dirimu..."

"... Aku benar-benar jahat kan? Harusnya kau marah padaku sekarang. Bukan seperti ini, bersikap dan tersenyum tulus kepadaku."

Jaena terkejut mendengar ucapan Minghao, kenapa dia bicara seperti itu? Justru sekarang dialah yang seharusnya dimarahi Minghao karena sudah membohonginya selama ini. Kenapa dia yang merasa bersalah?

"Aku rasa kau mengambil keputusan yang tepat. Sekarang disini akulah yang salah. Aku tidak jujur padamu, padahal kita sudah saling berjanji saat hari pertama kita berpacaran. Tapi aku malah menutupinya dan sedangkan kau? Kau benar-benar menceritakannya. Harusnya kau sekarang menanyaiku tentang pria itu, tapi sekarang apa? Kau malah mengajakku kesini dan bersikap manis seperti ini dan itu membuat hatiku perih."

Minghao tidak bisa berkata apa-apa. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Sekarang posisi mereka disini sama-sama bersalah tapi mereka justru saling memikirkan pasangan masing-masing.

Minghao menghembuskan nafasnya kasar dan terkekeh "Aku tidak tahu harus bagaimana, tapi ini sangat lucu."

Jaena ikut terkekeh "Benar, kenapa seketika ini membuat perutku geli. Suasana macam apa ini, hah?" Jaena tertawa menghadapi suasana yang berubah tiba-tiba

☀️☀️☀️

"Besok kau sudah masuk kuliah kan?"

"Ne... Jemput aku ya! Besok aku tunggu seperti biasa."

"Iya... Sekarang masuklah, istirahat yang nyaman malam ini, jangan menangis lagi dan juga jangan meninggalkan makan. Tubuhmu itu sudah kecil kalau kau tidak makan mau seperti apa tubuhmu itu nantinya? Makan yang banyak malam ini dan jangan pikirkan apapun kecuali memikirkan diriku."

Minghao memeluk tubuh Jaena erat dengan jantung berdebar, dia benar-benar merindukan kekasihnya ini.

Jaena membalas pelukan Minghao "Aku merindukanmu. Sangat. Jangan membentakku lagi, ya. Itu sangat membuat telinga dan hatiku sakit. Maafkan aku. Aku akan menceritakan semuanya nanti." Ucap Jaena kembali dengan suara halusnya

"Maafkan aku soal membentakmu. Aku jamin itu yang pertama dan terakhir. Dan jangan terlalu memikirkan pria itu, kau mencintaiku kan?" Jaena mengangguk yang masih dalam dekapan Minghao

"Kalau begitu jangan pikirkan dia, pikirkan saja aku."

"Itu selalu."

Mereka melepas pelukan rindu mereka. Minghao membelai lembut rambut Jaena dan langsung berjalan memasuki mobilnya. Mereka saling melambaikan tangan sampai akhirnya mobil Minghao melaju meninggalkan rumahnya.

"Bagaimana? Sudah berbaikan?"

Tiba-tiba Seungcheol berdiri di depan pintu dan membuat Jaena tersadar dari lamunannya.

"Berbaikan? Memangnya siapa yang marahan? Kita baik-baik saja, hanya waktu itu kita butuh waktu sendiri-sendiri. Sudahlah, aku mau masuk."

Jaena meninggalkan Seungcheol di depan. Seungcheol yang mendengar ucapan Jaena hanya bisa tersenyum dan menyusul Jaena kedalam.






"Kali ini aku tidak salah memilih. Dia benar-benar yang terbaik. Aku tidak akan melepaskannya, aku akan berusaha membayar semua kesalahanku." - Choi Jaena

"Si cina itu? Benar-benar. Dia tahu apa yang harus dia lakukan. Sepertinya aku mulai menyukai hubungan mereka." - Choi Seungcheol

"Aku tidak akan biarkan dia menyakitimu lagi." - Xu Ming Hao








"Aku ingin kau kembali mengejarku, Jae." - Jeon Wonwoo


Up lagi up lagi 🤗🤗🤗

Berharap kalian suka dan tetep stay baca FF ini, aku seneng kalo kalian baca FF ini apalagi kalo kalian ninggalin Comment, makin buat semangat 😊

Jangan lupain Vote 🌟🌟🌟

#kodoknyahao🐸

Summer ☀️ Xu Ming HaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang