Author's Pov
"Sssttt...woii bangun."Arland yang ada diseberang bangku Aliana sudah lelah membangunkan Aliana yang tertidur disaat pelajaran sedang berlangsung.
Bahkan kadang ia menendang kaki Aliana namun gadis itu tetap diam tidak bergerak seperti mayat.
"Ada ribut-ribut apa itu?"suara Pak Ridwan langsung membuat Arland terdiam.
"Ng..gak apa-apa kok pak"jawab Arland gugup.
Arland menarik nafas lega begitu melihat Pak Ridwan melanjutkan pelajaran dan tidak melihat Aliana yang sedang tertidur.untungnya badan aliana kecil dan tertutupi oleh badan Susi yang besar didepannya.
Arland melihat kearah Devan yang menggelengkan kepala kearahnya tanda supaya dia tidak perlu lagi membangunkan Aliana.
Saat itu Aliana sedang terbuai dalam mimpinya.
Ia sedang bermimpi menjadi seorang tentara wanita dan berperang melawan para penjahat dan teroris seperti dalam game.Bahkan sewaktu Arland menendang kakinya,dalam mimpinya ia merasa kakinya sakit karna tersangkut oleh kawat duri.
Meski Arland sangat kesal,namun ia tetap berusaha membangunkan Aliana.Tiba-tiba sebuah benda kecil melayang dan mendarat tepat dikepala Aliana.
TUK
"duuuuh siapa sih kurang ajar ganggu mimpi indah gue aja,gak tau apa orang lagi perang"Aliana menggeliat sekejap kemudian melanjutkan kembali tidurnya.
Arland dan Devan hanya bisa menepuk jidat mereka.Mereka sudah pasrah dengan nasib Aliana sebentar lagi.
TRING TRING TRING
"Kamu tidak boleh berhenti sebelum bel berbunyi.Mengerti!"Selesai memberi peringatan,Pak Ridwan meninggalkan Aliana yang saat itu sedang berdiri lapangan disekolah sambil menghormat.Kini ia tengah dihukum karna tidur disaat jam pelajaran sedang berlangsung.
Aliana hanya mengangguk pasrah,dan menerima nasibnya yang dijemur dibawa terik matahari.
"hhuuh.sialan nih si Arland ama si Devan kagak bangunin gue....Njir..Duuhh mana panas banget lagi nih."
Sementara itu Arland,Devan,Hana dan juga Melan sedang menikmati waktu istirahat mereka dikantin.
"kalian jahat banget sih.Kasihan tau Aliana harus dihukum berdiri dilapangan panas panas gini?"ujar Hana setelah mendengar cerita Arland.
"Temen lo tuh yang kayak kebo.Tidur kayak orang mati.Dibangunin ribuan kali tapi kaga bangun-bangun"sahut Devan.
"iya bener,Gue udah tendang kakinya berapa kali,tapi bukannya bangun dia malah ngigau kena kawat berduri."sambung Arland.
"lo berdua sih,ngajakin dia mulu main game.Jadinya sekarang gamenya kebawa dalam mimpi"Kata Melan sambil menjitak kepala kedua cowok itu.
"ish apaan sih Mel."
"Eh tapi Mel,3 hari yang lalu lo ngajakin Aliana kemana,soalnya waktu kita kerumahnya,ibunya bilang lo lagi ngajak Aliana keluar?"
minuman yang baru saja masuk kemulut Melan langsung tersembur kewajah Hana begitu mendengar pertanyaan Arland.
"iiiiihhh Melan jorok tau"
"sorry Na, gue gak sengaja"Melan mengambil tissue dan membantu Hana membersihkan wajah dan pakaiannya.
"Mel,lo belum jawab?"
"e..e..gue cuma ngajak Aliana nginap dirumah doang kok"
Arland menatap Melan curiga,ia merasa Melan sedang berbohong.Melan sendiri langsung menjadi risih ditatap seperti itu.
"Apa sih lo ngeliatin gue kayak gitu banget,Gak percaya?..Tanya aja sama Aliana"
"Gak,gue percaya kok"
"Eh bawain minum yuk buat Aliana,kasian.Lagian Pak Ridwan juga gak bakal tau"Sambung Arland sambil berdiri dan memesan minuman.
Mereka berempat kearah lapangan dan langsung berhenti begitu mereka sampai disana.Disana mereka melihat seorang cowok tengah mengusap keringat didahi Aliana.
"Bukannya itu Rahman teman sekelas kalian ya?"tanya Devan pada Hana dan Melan.Kedua gadis itu hanya mengangguk membenarkan.
"Dia kenal sama Aliana ya?.Kok keliatannya perhatian gitu"sambung Devan.
"Kayaknya gak deh"Ujar Hana.
Sementara itu Aliana tengah berbunga-bunga hatinya karna bisa sedekat itu dengan Rahman.Satu-satunya cowok yang bisa membuatnya kagum sejak pertama kali mereka bertemu didepan kelas Melan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Lanjut ke Part 8