5. Hilang?

865 44 23
                                    

Sebelumnya, gue mau minta maaf karena nanti gue bakal telat apdet, apdetnya ngaret, atau apalah. Dikarena jadwal gue yang padat ngurusin ini-itu untuk gue PKL. Jadi, yaa intinya gue minta maaf 🙏

****
Agustus, 2017

Setelah jam K3LH selesai, kelas gue kedapetan pelajaran olahraga. Gue nggak suka pelajaran olahraga, bikin panas tapi katanya bikin sehat. Jadi bingung..

"Yang merasa cowok, keluar sana." kata gue, dan mereka keluar dari kelas.

Gue dan temen-temen gue ganti baju. Bocah dikelas gue tuh orang nya pada mageran, ada sih yang nggak mageran tapi yaa begitu..

"Ouy...menurut kalian gue perlu bawa uang tabungan?" tanya gue pada seisi kelas yang isinya anak cewek semua

"Bawa aja, ntar ilang." kata Laila, kebetulan dia ada di sebelah gue.

"Udah belom, woyy?" tanya Alan dari luar.

"SABAR, ILAHH." teriak Naura

Satu persatu gue dan temen-temen gue selesai ganti baju. Gue melipat baju seragam gue yang sebelumnya dan memaruhnya di kursi. Gue menyeprotkan parfum ke baju olahraga gue,

"Eh, bagi dong. Lupa bawa gue," Gue memberikan botol parfum ke Liana lalu menyeprotkan ke tubuhnya

"Mau dong, Tu." Gue mengangguk tanpa melihat wajah orangnya

"Nih, makasi yaa." Deyla mengembalikan botol parfum gue, dan gue jawab "Okey."

Gue serta temen-temen gue keluar dari kelas, ternyata anak cowok udah ganti baju, entah ganti baju dimna?

"Kenapa sih anak cowok tuh apa-apa nggak ribet? Kondangan nggak ribet, ganti baju dadakan nggak ribet. Kenapa?" tanya gue ke Rifki yang sedang berjongkok sambil ngiket tali sepatunya.

"Karena, naruto suka sakura tapi nikah sama hinata." jawab Rifki sambil natap gue dari bawah

"Yeu.. sa ae lu," Gue memutar bola mata dengan malas

"Enggak deh, bohong. Karena, cowok terlahir untuk jadi cekatan," katanya, masih dengan posisi yang sama

Gue memincingkan mata, "Masaa? Bohong lagi lu yaa?" Dia berdiri terus tangan kanan nya berusaha narik pipi gue, gue menepisnya agak kasar, gue bahkan sampe terkejut.

"Ihh, alahh. Diem, nggak usah rese deh." Dia tersenyum lalu masuk kedalam kelas untuk menaruh bajunya

"Udah semua belum? Keluarnya berbarengan." ucap KM kelas gue, siapa lagi kalau bukan si Alan

"Ren, turun. Ganti baju sana, turun bareng-bareng." ucap si Rosi sambil ngeliatin Rendi yang lagi berdiri diatas kursi dengan kepala yang melongok lubang ventilasi, entah apa maksudnya si Rendi ini.

Dibelakang ruko yang merangkap jadi sekolah gue untuk sementara waktu terdapat tanah kosong yang sekarang--pihaksekolah-- dijadikan lapang olahraga untuk sementara. Catet yaa sementara doang, ogah juga gue kalau sekolah ditempat kayak begini.

"Yaudah sih, duluan aja. Gue lupa bawa baju Olahraga." kata Rendi tanpa membalikkan badan.

"Bukan gitu, Ren. Ntar kalau ada yang ilang barang lu mau tanggung jawab cuma karena lu turun terakhir?" ucap Alan dengan nada sewot seperti biasanya.

Rendi menoleh, "Berisik Elahh," lalu kembali ke posisi semula.

Gue dan temen-temen termasuk Alan, Riki, Rifki turun melalui tangga --ya iyalah pake tangga masaa pake eskalator-- menyisakan Rendi sendirian dikelas.

Sampai di lapang Pak Radit--guruolahraga-- sudah berkacak pinggang dengan salah satu tangan mendekap bola basket.

"Lama banget sih kalian." Semburnya langsung, kami menyalami tanganya secara bergantian.

Lika-liku anak SMKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang