Percaya dengan orang lain
itu bahaya,
tapi
Tidak mempercayai orang lain
itu lebih berbahaya.- Abraham Lincoln -
Tiba-tiba anak OSIS dateng, dan meminta ijin ke Pak Oliver untuk melakukan penggeledahan, dan Pak Oliver ngasih ijin ke mereka.
Gue nggak tau siapa yang ngelaporin. Kalau udah berurusan dengan Kaka OSIS itu ribet. Yang sialnya hari ini gue bawa earphone, sedangkan dalam peraturan sekolah dilarang bawa earphone, alamat kesita dah.
Pak Oliver ijin untuk keluar dan kaka osis meminta maaf. Terlewat sudah pelajaran Pak Oliver, penonton merasa kecewa.
"Semuanya maju kedepan," ucap ketua OSIS dengan tegas, lalu ia menanyakan, "Yang mana orangnya?" Liana menghadap kaka ketos, "Saya kak."
Sekali lagi semua barang digeledah, kotak makan sampai dibuka, pemeriksaan dilakukan.
"Maaf yaa," Izin kk kelas yang meriksa anggota tubuh gue, saat dia nyentuh saku celana dia bertanya, "Ini apa?" katanya msih dengan tangan yang menyentuh saku celana, "Earphone kak," Dia menatap gue dengan tajam, sambil berkata "Lain kali jangan dibawa." Dan gue menghela napas tanda aman. Gue cuman menjawab, "Iya, kak."
Kami dikembalikan untuk duduk kecuali Liana.
Penggeledahan tidak menemukan apapun, kami diberikan selembar kertas kecil dan diminta untuk mengisi nama seorang teman yang menjadi tersangka.
Gue nggak ngisi nama siapapun didalam selembar kertas itu. Kala lu tanya kenapa gue nggak ngisi nama temen gue maka jawabannya cukup mudah. 'Gue berusaha percaya dengan temen-temen gue.' Udah itu aja.
Kertas itu dikumpulkan dan kami sekelas diintrogasi.
"Siapa yang terakhir kali keluar dari kelas?"
"Rendi, kak."
"Siapa yang pertama kali masuk ke kelas setelah jam olahraga?"
"Saya kak, tapi saya masuk bareng yang lain." kata Siska
"Kamu terakhir taruh dimna henponnya?" tanya ketos pada Liana
"Saya taruh didalam tas kak, terus pas mau makan saya cari nggak ada kak,"
"Kamu kenapa turun belakangan?" tanya ketos pada Rendi, Rendi tampak gelisah sebelum menjawab, "Saya nunggu celana olahraga saya yang dipinjem kaka kelas." Percayalah, gelagat Rendi tampak mencuricurigakan.
"Kaka kelas yang mana?"
"Kak Malik, Kak."
"Yang nulis nama Rendi dikertas ini siapa aja?" Temen- temen gue yang ngerasa langsung tunjuk kaki, enggak deng maksudnya tunjuk tangan termasuk pacar Rendi sendiri.
"Lihat, pacar kamu sendiri juga nuduh kamu lho." kata ketos memberitahukan kami semua. Rendi tampak makin gelisah dikursinya
"Kalian kenapa bisa mikir Rendi sebagai pelakunya?" Salah satu dari mereka tunjuk tangan buat ngejelasin, "Kan dia turun terakhir kak, terus yang lain udah dilapangan, dia masih belum turun." kata Agatha menyuarakan pemikirannya.
"Enggak kak, bukan saya yang ngambil," Rendi berusaha membela dirinya sendiri,
"Terus menurut kamu siapa?" tanya ketos pada Rendi, "Justru saya mengira Citra pelakunya, karena dia yang ngasih tau ke yang lain kalau henpon Liana ilang."
"Kok lu jadi nuduh gue? Elu lah yang mencurigakan kan elu yang turun terakhir." ucap Citra dengan sewot.
"Ini ada yang nggak isi sama sekali, tolong tunjuk tangan." Gue dan beberapa temen tunjuk tangan
"Kenapa kalian nggak nulis nama temen kalian disini?" tanya ketos dengan tatapan mata yang memindai kelas
"Kamu," ketos menujuk salah temen gue yang angkat tangan, sebut aja namanya Afifah. "Iya, kamu. Apa alasannya?"
"Karena, s-saya percaya sama mereka kak." jawab Afifah dengan yakin
"Jangan terlalu percaya sama temen, Dek." kata ketos dengan sinis
Kaka osis yang meriksa gue tadi, tiba-tiba udah berdiri disamping kursi Rendi, trus atas perintah ketos, kaka osis itu menggeledah tas Rendi lebih detail.
"Ini apa?" tanya kaka osis tersebut sambil mengacungkan sebungkus rokok dihadapan kami semua
"Oouh, bagus. Anak kesehatan tapi ngerokok, malu-maluin almamater."
"Bu-bukan kak. Itu bukan punya saya." Sementara Rendi sibuk membela diri, ketos berjalan mendekatinya dengan tatapan yang lebih tajam.
"Giliran udah kegep, baru bilang bukan punya saya. Bullshit lu,"
"Selain Rendi, yang lain juga ngerokok?"
"Enggak kak," koor kami secara bersamaan
"KALO DITANYA TUH DIJAWAB," ucap ketos dengan nada naik satu oktaf, "Riki, kamu ngerokok?"
"Iya, tapi nggak sering." jawab Riki
"Cowok gentle tuh berani ngakuin, bukan udah kegep malah ngelak." ujar ketos dengan nada yang sinis
"Jadi, ini malingnya nggak mau ngaku? Jujur aja sebelum saya sendiri yang ngasih tau,"
"Oh jadi beneran nggak ada yang mau ngaku? Kalau begitu Rendi sama Liana, ikut turun. Yang lain jangan berisik."Ketos dan pasukannya meninggalkan ruang kelas, perlahan mahkluk yang ada didalam kelas bisa bernapas dengan normal.
*****
Perlahan tapi pasti, kasus hilangnya henpon Liana ditutup. Siapa yang mengambilnya? Hanya tuhan, dan mereka yang tau.
*****
Haii, sorry karena gue lama buat apdetnya.
You know lah yaa, urusan sekolah kadang bikin ribet :vIntinya, gue berterima kasih karena kalian berbaik hati ngedukung gue. Duh, mendadak terhura😢
Silakan tinggalkan vote serta coment(krisan) supaya gue bisa lebih bersemangat lagi buat nulis 😄
Akhir kata, gue ucapkan terima kasih dan sampai jumpa. Babay🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku anak SMK
Non-FictionCover by @frindanisa Copyright by enfameraenanous SMK? Apa yang bakal kamu pikirkan jika bertemu kata SMK? Sekolah Menengah Kejuruan? Sistem Menuju Kerja? atau.. Kembarannya SMA? atau hal lain... Ini tentang apa yang terjadi di SMK, Sepenggal kisah...