4. Ulangan Dadakan?

1K 55 9
                                    

Kali ini gue nggak lagi nyemil kok, gue sedang berleha-leha diatas kasur sambil memikirkan lanjutan alkisah..

Tuing..
Agustus, 2017

Bagi gue sebulan adalah waktu yang cukup untuk mengingat nama mereka jadi gue nggak perlu nanya 'nama lu siapa?' kalo mau manggil nama mereka.

Seperti kisah sebelumnya, gue yang jadi bendahara kelas, sumpah ini ribet. Saat ini gue lagi nyatetin tabungan, terus si Citra naro buku tabungan dia dimeja gue, dia nanya, " Irma pacaran sama Rendi yaa, Tu?" Gue mengangkat bahu tanpa meliriknya sama sekali.

Mendengar kata pacaran, jiwa ke kepoan gue keluar tanpa sadar gue tersenyum, "Woy, jangan senyum kayak gitu ntar gue bakal ngira elu kasambet." ucap Citra sambil menepukan tangan didepan muka gue. Gue menggeleng dan kembali mengerjakan tanggung jawab gue.

"Hari ini ada pelajaran Bu Riva?" tanya Citra saat gue mengembalikan buku tabungan dia, gue mulai mengingat jadwal pelajaran hari ini dan menganggukan kepala. Bu Riva itu guru yang ngajar pelajaran Dokumentasi Keperawatan.

Lalu tidak lama kemudian Bu Riva memasuki ruangan, seketika kelas mendadak hening. Bu Riva memanggil sekretaris kelas, sekretaris kelas maju dan Bu Riva memberikan selembar kertas kepadanya, sekretaris kelas itu menuliskan format identitas klien di papan tulis, sambil menulis Bu Riva menjelaskan maksudnya.

"Tulis dulu, nanti gue jelasin." ucap seorang wanita yang menduduki kursi guru, tidak lain adalah Bu Riva. Dia terkenal sebagai guru yang paling santai kalau mengajar, tapi menurut kaka kelas kalau di pelajaran praktik Bu Riva akan menjadi guru yang tegas bahkan nggak segan untuk memarahi muridnya.

"Udah segitu dulu," katanya membuat sekretaris menghentikan goresan spidol yang ia pegang, "Kamu kembali duduk!" perintahnya.

"Dari yang ada didepan mana yang nggak kalian tau tentang fungsinya?" tanyanya sambil mengipasi dirinya sendiri, "Yang tentang umur itu bagaimna, Bu? Kadang kan namanya sama tapi umurnya beda." tanya si Victoria dari kursinya.

"Nanti kalian pas PKL jangan sampai salah. Di puskesmas kan orang yang mau berobat banyak kan. Misalnya pasien Ardhi 38 tahun, trus ada lagi pasien namanya sama usia 4 tahun. Kalian jangan sampai keliru manggilnya, untuk pasien Ardhi usia 38 tahun biasanya dipanggil Bapak Ardhi, sedangkan untuk Ardhi usia 4 tahun biasanya dipanggil Ardhi Anak, paham?" Serempak terdengar kata 'Ouh'

"Agama dalam format identitas klien, ada yang tau maksudnya?" tanya Bu Riva yang masih setia dengan kipasnya, "Itu loh Bu, maksudnya kalau ada pasien yang sekaratul maut kita bisa bimbing pasien dengan cara spitual, tergantung agama pasiennya." ini yang ngomong si Rosi, "Nah itu maksudnya, nama lu siapa?" tanya Bu Riva sambil menunjuk Rosi dengan kipasnya, "Rosi, Bu."

"Bu, terus kalau yang pendidikan untuk apa?" tanya Rifki yang kebetulan duduk didekat meja guru, "Nah kalau pendidikan itu digunakan saat berbicara dengan klien. Misalnya, pendidikan terakhir klien itu SD, terus kamu menyebutkan penyakit klien itu Gastritis kalau klien nggak ngerti apa yang kamu omongin dia bakal ngambil kesimpulan penyakit yang dia derita penyakit kritis, penyakit gawat, padahal mah dia sakit Maag. Makanya perlu untuk tau pendidikan terakhir klien, ngarti tong?" Rifki menganggukan kepala dan mengucapkan terima kasih, Bu Riva kembali menjelaskan format identitas yang lain

"Ini lu-lu pada kagak nulis?" Gue diem, temen gue pada nengok kanan kiri, Bu Riva menganggukan kepalanya "Sekarang, ambil selembar kertas!" perintahnya, nada suaranya jadi tegas, sorot matanya menjadi tajam.

Gue dan temen-temen gue mempersiapkan selembar kertas, "Nggak ada buku sama sekali diatas meja, cukup selembar kertas dan pulpen." peringatnya

"Gue bacain soalnya, terserah mau ditulis atau enggak." Gue sudah ancang-ancang tentang soal yang bakal dikeluarin Bu Riva, "Jelaskan fungsi identitas klien, satu : Agama, dua : Pekerjaan."

"Udah, Bu?" tanya Victoria dengan nada ragu, "Udah neng, kalau nyatet pasti tau jawabannya." terdapat jeda dalam ucapannya, "Waktunya 15 detik, dimulai dari sekarang!" Bagai bom atom yang jatuh di kota Hiroshima dan Nagasaki alangkah terkejutnya gue, ini lebih mirip Ulangan dadakan? Kuis? Atau Review? Atau...? Ckck.

Gue menulis jawabannya sesuai yang Bu Riva jelasin tadi, beruntungnya gue karna tadi gue sempet nyatet dan otak gue masih bisa mengingatnya dengan jelas.

"Delapan," Gue udah selesai nulis jawabannya tapi belom gue kumpulin. Bu Riva masih lanjut berhitung.

"Tujuh," Gue masih nyantai di kursi

"Enam,"

"Lima,"

"Empat,"

"Tiga," Bu Riva berdiri dari tempat duduknya, dan gue serta temen-temen bergerumul maju untuk menyerahkan lembar jawaban.

"Dua," Temen-temen gue masih ada didepan untuk memberikan lembar jawabannya, gue udah keluar dari gerumulan itu dengan susah payah.

"Satu. Assalamuailaikum." Katanya sambil berlalu.

Bu Riva sudah tak tampak lagi didalam ruang kelas. Dalam hati gue beristigfar, dan berpikir bahwa hal semacam kayak begini bakal lebih banyak gue temuin selama 3 tahun kedepan.

"Anjir, Tu. Baru kali ini gue ulangan dadakan cuma lima belas detik," Ini suara Citra yang sedang berbicara sama gue, dia menekankan jumlah waktunya dengan ekspresi wajah yang menurut gue terlalu berlebihan.

"Yaudah lah, Cit. Nikmatin aja," nada suaranya seperti orang sewot. Gue berdecak, "Abis ini pelajaran Fisika yaa?"

"Assalamualaikum" Muncullah seorang guru yang akan mengajar fisika dikelas gue. Menjawab salamnya secara serempak dan gue menghela napas lelah.

****

Gastritis = Maag

Kalau suka dengan cerita ini silakan tinggalkan voment nya 😊😊

Kritik dan saran diperlukan dalam cerita ini, agar cerita ini menjadi lebih baik.

Akhir kata, gue ucapkan terimakasih dan sampai jumpa. Babay 🙋

Lika-liku anak SMKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang