Cerita ini belum memasuki wilayah konflik jadi kalian bisa nyantai bacanya 😅 Oke, di temani segelas es sirup dan kripik singkong balado, gue bakal melanjutkan sebuah alkisah..
Cuss...
Juli, 2017Akhirnya guru yang bernama Yunitria itu memberikan gue tugas. Tugas yang dia berikan lebih dari satu,
1. Tentang TTV
2. Tentang GCS
3. Macam-macam tingkat kesadaran.Setelah pulang sekolah gue bertekad untuk bertanya sama ibu gue 'Mengapa gue masuk disekolah ini?'
Bel istirahat berbunyi, gue membuka bekal yang dibuatkan ibu gue tercinta khusus untuk gue. Setelah membukannya, alangkah terkejut saat gue melihat isi bekalnya. Kalau kalian berpikir gue nggak suka sama lauknya, maka kalian salah, yang bikin gue terkejut adalah nasi-nya. Gue menutup kotak bekal gue sejenak lalu beristigfar lalu membuka kotak bekal lagi dan meyakinkan diri ternyata gue nggak lagi berhalusinasi. Ibu gue tercinta membawakan nasi yang bisa dimakan untuk 2 orang.
Liana yang kebetulan juga membawa bekal, menatap gue dengan pandangan aneh.
"Kenapa lu?" tanya nya setelah menelen kunyahannya. Gue melihat kearah kotak bekal dia, dia nggak bawa nasi sebanyak gue, disitu gue merasa bingung, entah harus gimana cara ngabisin nasi yang banyak ini
"Gak, gue cuma sedikit sedih karena nasi yang gue bawa kebanyakan." jawab gue dengan ekspresi nelangsa, dia ngelirik ke kotak bekal gue lalu menggelengkan kepala "Yaudah, makan aja semuat perut elu" kata dia
Mendadak sebuah ide tercetus dalam kepala gue, gue langsung menghampiri Aul--temen SMP gue-- sambil bawa kotak bekal
"Aul, lu laper nggak?" Kepalanya yang tadinya nunduk sambil mainin hp, kini terangkat dan memandang gue dengan pandangan kesal
"Lu bawa nasi kebanyakan lagi yaa?" tuduhnya langsung
"Emak gue yang ngebikinin, mana bisa gue nolak." Gue menduduk diri dikursi sebelah Aul yang kebetulan nggak ada orangnya
Aul mematikan hpnya, dan segera meraup kotak bekal yang gue pegang dan menaruhnya dimejanya. Selanjutnya, dia motongin potongan ayam berlumur kecap dengan telaten, menambahkan nya dengan nasi, dan muncullah sebuah sendok didepan bibir gue, "Buka mulutnya, gue suapinin." Gue membuka mulut dan mengunyahnya, kemudian Aul melakukan hal yang sama untuk dirinya sendiri. Berbagi makanan, berbagi sendok.
Masih di jam istirahat, si Rosi masih menanyakan kepada teman-teman gue perihal yang sama. Siapa yang mau jadi ketua kelas?
Perasaan gue aja atau gimana? si Rosi natap gue sinis, apalagi pas ngeliat gue disuapinin Aul. Citra--temen satu kelompok gue pas MOS-- mencalonkan diri sebagai ketua kelas, trus salah satu cowo yang namanya Alan juga maju buat mencalonkan diri jadi ketua kelas. Trus gue? gue cuman nyimak
"Jadi kalian setuju sama siapa?" tanya si Rosi, ada yang dukung Citra, ada yang dukung Alan, ada juga yang nggak dukung siapa-siapa( termasuk gue )
"Ribet luu, mending voting aja dah" seru seseorang yang bernama Ayu, pemilihan ketua kelas dilakukan secara voting
"Nih ya, gue yang bacain," ini suara Syahbina yang kebetulan duduk didepan ikut membantu. Kotak bekal gue telah habis tak tersisa, gue belom beranjak dari tempat yang gue dudukin, lagipula tempat duduk gue juga digunain sama yang lain
"Citra,"
"Alan,"
"Alan,"
"Alan,"
"Citra,"
.
.
.
.
.
.
.
"Nih yak, mari dihitung," si Rosi menghitung hasil jumlah suara, " Citra dapet suara 19 sedangkan si Alan dapet suara 20. Fix nggak nih?" Temen- temen gue pada ngangguk." Fix nih yak, Alan yang jadi ketua kelas, Citra jadi wakilnya," si Rosi berhenti berbicara sejenakn, " Sekarang, yang mau jadi sekretaris, bendahara, seksi-seksian. Silakan maju."
Kelas gue isinya 39 orang, katanya nanti bakal dipisah kalau gedung sekolah yang baru udah jadi, dan ini masih lama, dan gue harus bersabar, Ck.
Mengenai ketua kelas, jujur aja gue nggak ada yang setuju dengan hasil voting tadi. Citra, si cantik tapi menurut gue agak jutek, entak kenapa gue kurang sreg. Alan, salah satu dari 4 cowo yang ada dikelas gue, mulutnya agak nyinyir dan bagi gue pribadi itu mengganggu, berisik, dan hal ini sudah terbukti saat MOS. Gue kayaknya perlu menghela napas lebih banyak dah disekolah ini.
"Oke dah ditentuin," Gue ngerasa kalau si Rosi jadi moderator, but it's ok, "Sekretaris : Wati dan Ayu. Bendahara : Tara dan Ratu. Seksi keaman--"
"Tadi siapa yang jadi bendahara?" tanya gue memastikan
Rosi tampak membalikan sebuah kertas yang dia pegang entah sejak kapan " Tara sama Ratu," mampus dah gue
"Kok gue? Gak, nggak tertarik gue buat jadi bendahara." Seseorang menyenggol lengan gue ternyata dia Aul,
"Gue yang rekomendasiin, mang napa dah? Kan elu juga punya pengalaman jadi bendahara ganda. Lu juga, sempet-sempetnya ngelamun."
"Ogah ah."
"Fix yaa, Bendahara : Tara sama Ratu." Gue perlahan menghembuskan nafas, lalu sang moderator kembali menjalankan tugasnya.
****
"Bu, kenapa ibu masukin adek kesekolah yang sekarang? Kan waktu itu adek mintanya jurusan Analis atau nggak IPA."
"Analis? Kamu mau masuk analis tapi sendirian?"
"Ya, enggak lah."
"Dulu ibu pernah gagal pas mau masuk sekolah perawat, jadi ibu mau kamu jadi perawat. Yahh, minim-minim kamu lulusan sekolah perawat."
HAH? Dan gue cuma bisa melongo, mendengar alasan ibu gue tercinta.
****
Hai 👋
Typo bertebaran dimana-mana alangkah baiknya jika kalian mau membantuku untuk memperbaiki nya.
Tinggalkan saran dan kritikan nya yaa
Kalau suka, silakan tinggalkan vote dan commentSelamat Malam, Babay
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku anak SMK
Non-FictionCover by @frindanisa Copyright by enfameraenanous SMK? Apa yang bakal kamu pikirkan jika bertemu kata SMK? Sekolah Menengah Kejuruan? Sistem Menuju Kerja? atau.. Kembarannya SMA? atau hal lain... Ini tentang apa yang terjadi di SMK, Sepenggal kisah...