Prolog

174 20 1
                                    

       Sabtu malam, ini adalah hari terakhirnya di kota ini. Venus hanya duduk termenung menatap jendela cafe ditemani dengan secangkir coklat panas pesanannya.
   Ia hanya diam meratapi nasibnya, pekerjaan orangtuanya yang sangat padat dan berpindah pindah membuat dirinya harus ikut pindah juga. Besok pagi Venus akan pindah ke Bandung, pindah ke kota kelahirannya sendiri sepertinya bukan hal yang buruk. Ia juga telah resmi diterima di salah satu sekolah favorit di kota kembang itu,  namanya SMA angkasa.

   Cafe itu ramai, namun hatinya tidak. Tetap saja ia merasa sendirian.
      Bukannya tidak memiliki pasangan, Venus punya pasangan. Namanya Ken Adijaya, ketua ekskul futsal di sekolah nya. Hanya saja hubungannya akhir akhir ini sedang renggang.
  Venus tak paham dengan sifat pacarnya ini, terlalu mengekang kehidupannya, dan terlalu pemarah. Venus tak suka sifatnya yang seperti itu, Ken juga sering kepergok sedang bersama wanita lain dan ia selalu mengaku hanya sebatas teman. Ah sudahlah, dia memang seperti itu.
    
   Drttttt drtttt
Sebuah notifikasi baru saja muncul.
  Venus membuka aplikasi WhatsApp nya. Ia tau itu dari siapa, itu dari Ken.

Ken Adijaya :
Maaf ya, aku baru bales chat dari kamu. Tadi kepala aku pusing banget.

Seulas senyum terpampang diwajah cantik Venus, jemarinya mulai mengetik sesuatu membalas pesan singkat dari Ken.

Venus Andromeda :
Iya gak masalah kok

     Pandangannya terarah pada sebuah jendela disampingnya, kembali menatap derasnya hujan yang mengguyur ibu kota. Hingga perhatiannya tertuju pada sepasang kekasih yang baru saja keluar dari mobilnya. Venus teringat sesuatu, sesuatu yang telah lama berlalu. Seperti yang dilakukan Ken dulu,  membukakan pintu lalu memegang lengannya agar bisa berteduh pada satu payung yang sama bersamanya.
   Bukan, bukan seperti yang dilakukan oleh Ken. Tapi yang Venus lihat saat ini adalah Ken. Siapa gadis itu? Venus seperti mengenalnya.
   Ken dan gadis itu memasuki cafe. Dan sekarang Venus dapat melihatnya dengan jelas, gadis itu adalah Miranda. Miranda Agnesia, sahabat Venus sejak SMP. Hebat sekali, Venus bahkan tak pernah sadar bahwa dirinya bersahabat dengan seorang penghianat.

Firasat ku selama ini memang benar, dia tidak pernah benar benar mendukungku. Sudahlah aku telah lama mengetahuinya, hanya saja aku selalu diam.-batinVenus.

Handphone Venus kembali bergetar.

Ken Adijaya:
Maaf ya, aku abis minum obat

Matanya menyapu seluruh sudut cafe, mencari sosok yang baru saja memecahkan keheningan ponselnya.
Ken dan Miranda duduk di bangku pojok, sedikit agak jauh dari posisi Venus. Namun Venus bisa melihatnya dengan jelas.
Terlihat disana mereka hanya sedang terfokus pada ponselnya masing masing.

Venus Andromeda :
Iya gapapa kok Ken

Ken Adijaya :
Aku ngantuk, aku tidur duluan ya

Venus menghembuskan nafasnya gusar. Lalu kembali menatap layar ponselnya

Venus Andromeda:
Selamat tidur

Ken Adijaya :
Udah ya Ven, aku ngantuk banget nih

Venus Andromeda :
Iya Ken

Ken Adijaya :
Selamat malam Ven♥️

Venus bangkit dari kursinya,dan berjalan perlahan menghampiri Ken.

Miranda yang menyadari keberadaan Venus sangat terkejut. Ken tak menyadarinya, karena posisi Venus berada di belakang Ken.

Venus menundukan tubuhnya , mendekatkan wajahnya pada telinga Ken dari arah belakang.

"Selamat malam juga Ken, terimakasih untuk 1 tahun ini. Semoga kalian bahagia ya, jaga Miranda baik baik. Dia sahabat aku jadi jangan sakitin dia ya" Venus mengangkat tubuhnya lalu tersenyum ke arah Miranda. "Makasih ya Mir, berkat lo gue jadi tau sifat Ken yang sebenernya kaya gimana"

Ken hanya diam, tak mengatakan apapun, tak melakukan apapun. Sumpah, dia terkejut oleh kehadiran Venus yang tiba-tiba.

Mira berdiri lalu menghampiri Venus, Mira memegang tangan Venus kuat kuat "Maaf Ven, gue gak bisa bohongin perasaan gue sendiri. Gue suka sama Ken udah lama, gue gak bisa terus terusan relain dia buat lo. Jadi gu... "

"udah lah Mir, gue juga udah tau dari dulu kok cuma gue gak mau memperpanjang masalah ini. gue duluan ya. Sorry barusan ganggu kalian hehe" Venus melepaskan tangannya yang digenggam oleh Miranda lalu meninggalkan cafe.

🕷🕷🕷

   Diluar hujan deras, dan Venus tetap saja berjalan menyusuri trotoar kota. Tak peduli tubuhnya basah kuyup, tak peduli orang lain akan mengatainya gila. Ia sungguh tak peduli. Ia hanya ingin mencari taxi lalu pulang.

Ya mungkin terdengar sedikit berlebihan. Tapi, jika kalian merasakan apa yang dirasakan Venus kemungkinan besar kalian juga akan melakukan hal yang sama.

Venus Andromeda, adalah anak bungsu dari 2 bersaudara. Kakak laki lakinya bernama Zeno Anggara, Lulusan SMA Angkasa pada angkatan tahun lalu. Kakak laki lakinya itu memang memilih tinggal di kota Bandung bersama paman dan bibi disana. Sedangkan Venus lebih memilih tinggal di jakarta bersama kedua orangtuanya.

Gadis remaja seperti Venus memang sedang mengalami masa masa pubertasi, masa dimana mereka mengenal apa itu  cinta dan patah hati.

Wajar sekali semua ini terjadi padanya.

^VENUS^

VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang