Venus - 1

117 14 1
                                    

Cukup membosankan memang. Ketika hujan deras dihari pertamanya sekolah, Venus hanya duduk termenung menatap jendela kelas ditemani dengan lantunan lagu yang ia dengar menggunakan Earphonennya.
Hembusan nafasnya terdengar cukup jelas, bingung dan frustasi, mungkin itulah yang ia rasakan saat ini. Masalah dirumahnya tak kunjung usai, sesama brokenhome mungkin akan paham bagaimana perasaan Venus saat ini.

"Lo gak pulang?" suara seseorang memecahkan lamunan Venus saat itu.

"ehh iya apa?"

"lo gak pulang Ven?" perempuan itu mengulangi ucapannya tadi. Dia adalah Galexia, Galexia Estella. Sahabatnya sejak kecil. Dan sebuah anugerah bahwa mereka dipertemukan kembali dalam kelas yang sama.

"emang udah bel?"

"udah 5 menit yang lalu, lo ngelamunin apaan sih sampe gak sadar suasana gitu?"

Venus mengedarkan pandangannya, dan hanya tinggal dirinya bersama Galexia saja yang berada di ruangan itu.
"enggak kok hehe. Lo sendiri knpa blm pulang?"

"gue lagi nunggu kelasnya Alpha bubar hehe" Galexia tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"paham deh paham yang pulang bareng doi" Venus menyenggol sikut Galexia.

"apaan sih Ven hehe"

"Yaudah gue duluan ya, dahhh" sambil berjalan meninggalkan ruangan kelasnya.

"HATI HATI DIJALAN VEN, AWAS LO DICULIK OM OM"

"GAK BAKALAN, OM OMNYA BAKAL TAKUT KALO LIAT GUE. LO TENANG AJA"

🕷🕷🕷

Terkutuklah mang Edi yang tak mau menjemputnya dengan alasan belum mandi. Untung saja hujan telah reda, jadi tak begitu menjadi masalah jika ia pulang berjalan kaki.
Apa jalan disekolahnya sedang ada razia dadakan? Mengapa tak ada satupun angkot ataupun bis yang lewat. Driver gojek pun tak ada mengklaim pesanannya, padahal ia telah memasang foto profil yang menurutnya paling cantik.
Dengat berat hati dengan berat langkah dan diiringi sumpah serapahnya untuk Mang Edi, Venus terpaksa berjalan kaki untuk pulang ke rumahnya.
Ia memilih jalan pintas agar lebih cepat sampai menuju rumahnya. Tapi jalan yang ia lewati itu tak seperti biasanya, Venus melihat keramaian disana. Bukan keramaian, tapi mereka semua berkelahi. Tidak, bukan berkelahi melainkan tawuran.

"astaga" refleks Venus langsung menutup mulutnya.

Tak ada yang bisa ia pintai bantuan saat itu. Venus bingung harus berbuat apa. Ia berjalan mendekati gerombolan itu dan bersembunyi di salah satu pohon besar yang berjarak tak jauh dari perkelahian dua sekolah itu.

"lah lah lah, itukan logo sekolah gue. Kalo gitu harus gue bantuin, daripada ada korban nantinya"

Venus hanya mondar mandir tak karuan memikirkan bagaimana cara memisahkan kedua geng antar sekolah itu. Jika ia sendiri yang menghadapinya langsung, pasti ia diserang semuanya.

"Aw" kaki Venus tak sengaja menyandung sebuah toa bekas yang tampaknya masih bisa digunakan. Entah milik siapa, yang pasti ia memiliki ide cemerlang untuk kasus ini.

Venus mengecek apakah toa itu masih berfungsi atau tidak. Dan ternyata toa itu masih berfungsi dengan baik.

Venus masih berkutat dengan ponselnya, mencari sesuatu yang akan melengkapi idenya saat ini. Setelah menemukan apa yang ia cari, Venus mengaktifkan Toa itu dan mendekatkan speaker ponselnya pada toa tersebut.

VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang