Venus - 10

69 5 1
                                    

.....tapi siapa yang tau sewaktu waktu gue bakal ada di keadaan cape dan nyerah untuk perjuangin lo"

Venus diam seribu bahasa. Ia memalingkan pandangannya dari wajah Titan.

Venus tertawa canggung, "Lo ko ngomongin ini sih?"

"Gue serius"

Venus kembali diam. Suasana disana tiba tiba terasa sangat canggung. Suasana disana pun semakin dingin, ditambah lagi Venus tak memakai jaket atau alat penghangat tubuh lainnya. Tapi tak lama kemudian Venus membuka suara. Venus pikir mungkin sekarang ia bisa mengutarakan alasannya pada Titan.

"Sorry Tan, gue ga maksud buat lo kaya gitu" Venus menghela nafasnya singkat. "Sebenarnya, gue cuma...."

"TITANNNN" teriakan seorang wanita membuat ucapan Venus terpotong.

Seorang wanita berpiama ungu dengan jaket hitam di tubuhnya itu berlari menghampiri Titan dan Venus. Ia duduk di hadapan Titan sambil menyodorkan sebuah ponsel.
"Lyza? Lo ngapain disini?" Titan tampak terkejut akan kehadiran Lyza saat ini.

Lyza mengatur nafasnya lalu tersenyum ramah ke arah Titan tapi sebaliknya kepada Venus.
"Nyokap lo telpon, katanya hp lo ga bisa dihubungin."

"Oh iya, tadi hp gue lupa di charger" Titan menerima ponsel di tangan Lyza.

"Iya ma?" Titan menempelkan ponsel itu di telinganya.

Venus tertegun menatap keadaan di hadapannya sekarang. Apa yang disebrang sana itu Mama Titan? Lalu hubungannya dengan Lyza? Dan yang paling menyebalkan adalah mengapa harus ada Lyza disaat seperti ini? Sangat mengganggu.

Venus tak dapat mendengar suara orang yang ada di sebrang sana. Sekarang, ia hanya berpura pura menatap pemandangan sekitar tapi telinga nya terpasang dengan tajam.

"Mama tenang aja, Titan bakal jagain Lyza ko"

Apa Venus tidak salah dengar? Baiklah, sekarang ia lebih penasaran hubungan apa yang ada di antara Titan dan Lyza.

"Apa katanya?"

"Gue harus jagain lo"

"Gitu doang?" Lyza menatap heran ke arah Titan.

"Iya"

"Yaelah jauh jauh gue nyari lo kesini taunya ngomong gitu doang" Lyza menghembuskan nafasnya gusar.

"Permisi, ini teh mau pada pesen apa ya?" Seorang pria paruh baya berlogat sunda menghampiri ketiganya.

"Teh manis satu" Lyza dan Venus berkata serempak. Mereka saling bertatapan lalu cepat cepat memalingkan wajahnya.

"Saya kopi susu aja pa" Venus berkata singkat.

"Ih jangan panggil bapa atuh mamang teh kan belum punya anak, panggil mang Dadan aja ya" pria paruh baya itu tersenyum ramah.

"Iya mang" Venus tersenyum ramah.

"Nah gitu atuh, ini mas nya mau pesen apa?" kata Mang Dadan sambil menunjuk ke arah Titan.

"Kopi hitam tanpa gula mang"

"Yakin initeh tanpa gula? Kopi disini teh pait pisan kalo tanpa gula"

"Iya mang, cewe disamping saya kan udah manis. Saya takut diabetes kalo harus pake gula lagi" Titan melirik singkat ke arah Venus.

"Receh banget sih" Lyza menatap sinis ke arah Titan dan Venus.
Jelas Venus merasa risih dengan tatapan Lyza, ia ingin sekali merobek mulut wanita itu. Tapi ia urungkan karena tak mungkin Venus terlihat arogan dihadapan Titan, sangat memalukan. Yang ada di bayangan Venus sekarang, Lyza adalah teman lama Titan. Makanya mereka terlihat sangat dekat seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang