12. Kunjungan

17.2K 784 3
                                    

Masyura langsung dibawa ke Rumah Sakit bersama Monica dan Jordan.

"Masyura Shakila," ucap seorang perawat.

Jordan dan Monica pun masuk ke dalam ruang pemeriksaan.

"Jadi hasil lab tadi menunjukan kalau Masyura positif DBD, bisa di lihat disini," ucap seorang dokter perempuan bernama Yurika.

"Jadi anak saya akan di rawat, dok?"

"Iya, bu. Nanti akan di pindahkan ke ruang rawat inap. Ibu ke ruang administrasi terlebih dahulu."

"Okay, makasih ya, dok."

Perawat pun mendorong brangkar Masyura ke dalam ruang rapat inap. Jordan menemaninya, Monica sedang mengurus administrasi.

Perawat memasukan Masyura ke dalam ruang VVIP. Sesuai keinginan orang tua Masyura.

"Terima kasih, sus," ucap Jordan saat perawat sudah selesai mengurus semuanya.

"Iya, sama-sama, mas."

Jordan duduk di samping Masyura. "Yur, sakitnya jangan lama-lama ya. Kalau bisa, sakitnya pindah ke aku aja. Jangan ke kamu."

Masyura terbangun karena Jordan terlalu menggenggam tangannya terlalu erat.

"Alhamdulillah, kamu udah bangun. Mau minum?" tanya Jordan sangat perhatian.

Masyura hanya menggeleng. "Mamah mana?"

"Mamah kamu lagi ngurus administrasi."

Masyura hanya diam saja. Karena kepalanya masih terasa pusing.

"Siapa yang bawa aku kesini?"

"Tadi aku sama mamah kamu. Naik mobil mamah kamu si."

Masyura mengangguk paham. Tak lama kemudian orang tua Masyura pun datang. Ayahnya pun sudah datang.

"Eh, anak mamah udah bangun toh. Abis di cium pangeran, ya?" ucap Monica meledek.

"Apasi, mah?" balas Masyura lemah.

"Apa yang sakit, dek?" tanya Kusuma, papah Masyura.

"Kepala adek cuma pusing aja, pah. Sama lemes banget si kaya nggak ada tenaga."

"Oh, itu hal yang wajar. Karena kamu kan terkena DBD."

"Aku DBD?"

"Iya, tadi udah tes darah juga. Emang positif DBD. Kan di rumah kita juga memang lagi musim DBD. Sekarang, kamu istirahat ya."

Masyura pun kembali tertidur. Karena memang dia sangat lemas dan pusing.

"Kamu mau balik ke sekolah atau bagaimana, Nak Jordan?" tanya Kusuma.

"Saya langsung balik ke sekolah saja, om. Nanti pulang sekolah saya usahakan untuk kesini lagi. Kalau gitu, saya pamit dulu, om, tante."

Jordan salim terlebih dahulu ke orang tua Masyura, "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Jordan memesan taxi untuk mengantarnya ke sekolah. Setelah pulang sekolah, Jordan menyempatkan diri untuk datang ke rapat Acara Cup sekolahnya. Karena Jordan koordinator dari divisi Acara.

"Jadi, saya tidak mau nanti anggota saya itu ngaret. Saya mau kalian gerak cepat semua, disini kita semua sama. Adik kelas jangan takut untuk meminta bantuan terhadap kakak kelas, kakak kelas juga tolong mengkondisikan adik kelasnya," ucap Jordan tegas.

Oh ya, untuk Clarissa. Dia mengikuti Jordan kemana pun, sekarangpun dia ikut masuk ke dalam divisi Acara. Entah ada maksud tertentu atau tidak.

"Saya pamit duluan, karena saya ada urusan yang lebih penting. Kalau ada apa-apa, bisa chat ke saya."

Setelah itu, Jordan langsung pamit ke Ketua Pelaksana acara Cup sekolahnya, dan langsung pergi menuju Rumah Sakit.

Sebelum Jordan masuk ke kamar inap Masyura, dia mendengar suara orang tertawa dari dalam kamar inap Masyura.

Jordan pun masuk, "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Eh, Nak Jordan sini duduk bareng Nak Insan juga."

Ternyata yang tertawa bersama orang tua Masyura adalah Insan.

"Iya, om." Jordan pun duduk di samping Insan.

"Jordan dan Insan dekat kah?"

"Mmm.. nggak terlalu dekat, om. Karena kita kan juga beda angkatan tentunya," Jordan menjawab.

"Oh iya, om paham."

"Masyura sudah makan, om?" tanya Insan.

"Ah iya, Masyura belum makan, Mah."

"Biar saya saja om yang menyuapi Masyura," ucap Jordan.

"Saya saja, om."

"Saya."

"Saya."

"Sa-"

"Sudah, jangan ribut. Biar tante saja yang menyuapi."

Jordan dan Insan pun terdiam. Kusuma tertawa melihat tingkah laku mereka.

"Om juga pernah ngerasain masa muda. Om dulu malah bersaing sendiri dengan sahabat om untuk mendapatkan hati mamahnya Masyura, dan om tentu sudah yakin kalau om lah yang bakal menang. Karena saingannya adalah Ayahnya Insan, oh jelas lebih tampan dan menawan om dibanding Ayahnya Insan."

Jordan hanya diam saja, sementara Insan dan Kusuma asik mengobrol.

"Jordan," panggil Masyura.

Jordan pun pindah duduk ke samping Masyura, "Iya? Kamu mau apa?"

"Aku bosan di kamar terus. Boleh kamu temanin aku ke taman?"

"Baiklah. Om, tante, aku mau temanin Masyura ke taman dulu ya."

Jordan memindahkan Masyura ke dalam kursi roda dengan hati-hati, dan membawanya ke taman rumah sakit yang berada di tengah-tengah dalam rumah sakit.

"Sebenarnya, aku nggak sepenuhnya bosan di kamar," ucap Masyura saat sudah di taman.

"Terus kenapa kamu ngajak aku kesini?"

"Aku tau, kalau kamu nggak nyaman berada di antara papah aku dan Kak Insan. Makanya aku ngajak kamu kesini deh."

Jordan sangat bahagia melihat Masyura seperti ini. "How much i love you." Jordan menggenggam tangan Masyura.

"Jangan kaya gini lagi, Yur. Aku khawatir banget tadi dengar kamu sakit. Kaya separuh nyawaku tuh hilang gitu. Kamu kalau nggak kuat sekolah, jangan di paksain sayang."

"Iya, Jordan. Tadi aku paksain karena emang tadi itu ambil nilai. Aku nggak mau ketinggalan."

Jordan menatap Masyura, "Tapi perhatiin dulu kondisi fisik kamu. Jangan terlalu memaksa, Yura. Fisik kamu nggak terlalu kuat kan. Aku nggak mau apa-apa terjadi sama kamu sayang. Kalau kenapa-napa, bilang sama aku. Aku nggak mau tau, aku maksa!"

Masyura tertawa, "Ini kok jadi kamu yang cerewet, ya? Iya, nanti aku bakal bilang kamu lagi deh. Maaf udah buat kamu khawatir. Makasih juga udah temenin mamah buat bawa aku kesini. Betapa beruntungnya aku memiliki kamu?"

"Kate Middleton aja kalah sama kamu, sayang."

"Lebay!"
***

Oh hi!!

Im so sorry for very very late update.

Ayo dong rec cerita aku ke teman2 kalian!! Biar makin semangat hihihi :D

Jangan lupa di VOTE DAN COMMENT FOR NEXT CHAPTER!!

Yang mau berteman sama aku boleh!! ig : @isavarraa

Thanks💞

Cute Couple [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang