Chapter 04##

401 18 0
                                    

Mendengarkan kisah cinta kakaknya itu Swara jadi terbawa suasana dan tanpa sengaja butiran bening lolos dari matanya

" it's Sosweet. Ah ya ampun kakak kisah cintamu itu seperti didalam dongeng saja. " cakap Swara.

" hei kenapa menangis "

" kau menemukan orang yg benar "

" maksudnya ?"

" dia pria baik kakak. Zaman sekarang ini aku pikir tidak ada."

" ya, dia pria yg sangat baik. "

" ngomong ngomong kak kau sangat berani sekali menciumnya ya. Kau bahkan tidak mengenalnya " Swara menggoda Teja.

" aku tidak sadar saat itu. Kau tahu saat Namish memberitahuku tentang hal itu oh aku sangat malu sekali "

Dtrtdrtt...

Ponsel Teja berdering dan ternyata itu pesan dari Namish.

" Paket " Teja membacanya.

Lalu..

Tingg..tong....., bel rumah berbunyi.

Swara langsung turun dari kasur cepat cepat dan turun kebawah untuk membuka pintunya lebih dulu.

" Swara " Teja berlari mengejar Swara.

" ibu biar aku saja yg buka " cakap Swara yg masih menuruni anak tangga ketika ibunya berniat membukakan pintunya.

" baiklah " cakap Sarmista, entah kenapa kedua putrinya itu bersemangat sekali membuka pintunya.

Swara kini sudah membuka pintunya dan ternyata itu adalah Sanskar. Pikirannya tentang pengirim paket itu salah total.

" kau " cakap Swara

" ya aku, kau pikir siapa "

Sedangkan dibelakang Teja tertawa puas.

" ha ha ha haaa...., ibu lihatlah siapa yang datang bu " cakap Teja.

" persilahkan dia masuk Swara, kenapa membuat dia menunggumu " cakap Teja menahan tawanya.

" ya dia benar " cakap Sanskar, ia nyelonong masuk begitu saja.
Swara menginjakkan kakinya kelantai dan mendengus kesal sambil melihat kearah kakaknya yg sedang menertawainya puas.

" ibu, Hiroku ada tamu " Cakap Teja dan kini duduk disamping Sanskar.

" Hiro?" Tanya Sanskar.

" ya Nenekku " cakap Teja.

" ternyata kau lebih cantik dari pada yg aku lihat di tv, Swara slalu saja melarangku kesini padahal kan aku ingin sekali melihatmu secara langsung. Kau sangat cantik " cakap Sanskar

" jangan terlalu berlebihan memujiku adik ipar, Swara akan cemburu nanti " cakap Teja.

" Best Singer. Boleh aku selfi denganmu "

" tentu "

Cekrekk cekrekk.

Swara hanya diam gugup.
Kemudian nenek dan ibunya datang.

" siapa kau aku belum pernah melihatmu?" Tanya Sarmista.

" bibi aku..." ucapan Sanskar terpotong oleh perkataan Swara.

" dia teman kampus Swara bu, dia kesini untuk mengambil file presentasi kami " cakap Swara gelagapan dan lega setelah membuat alasannya.

" oh, kau sangat tampan sekali " cakap Nenek.

" kau bisa saja nek " cakap Sanskar yg semakin terbang melayang.

" Swara kau diam saja? Ayo ambilkan dia minum " cakap ibunya.

" ini semua gara gara kakak. Aku terjebak dengan semua ini " batin Swara lalu pergi kedapur sembari terus mengintip perbincangan mereka.

" siapa namamu? Kau mengambip kedokteran juga " tanya Sarmista.

" namaku Sanskar bibi, Sanskar Dahiya. Sebenarnya aku mengambil hukum " jelas Sanskar pada Sarmista.

" Dahiya?? Apa kau anak dari Tuan Vivek Dahiya? Pengusaha berlian itu? " tanya Sarmista

" wow magic. Apa kau pesulap bibi? Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya balik Sanskar.

" itu benar? Sebenarnya Tuan Vivek adalah rekan bisnis Ayahnya Swara. Mereka baru saja menerima proyek bersama bulan ini. Sampaikan salamku untuk tuan dan ny Dahiya ya? "

" wah..ternyata kita sudah saling mengenal ya. Ini menjadi mudah " cakap Sanskar

" mudah apa? " tanya Sarmista.

Lalu Swara datang meletakkan minumannya dan berhasil membungkam Sanskar. Swara menatap tajam mata Sanskar seperti mengkode sesuatu.

" bicara lagi atau aku akan menyiramkan teh panas ini kewajahmu" batin Swara.

" tidak ada bibi, kita memiliki hubungan yang lebih selain hubungan kerja aku dan Swara juga berteman . Jadi aku kesini lagi tidak apa apa kan? " cakap Sanskar.

" tentu saja tidak. Kau bisa kesini kapanpun " jawab Sarmista.

Tingg tong....

" aku rasa paketnya datang " batin Teja, lalu ia segera lari dan membukakan pintunya.

" sebenarnya apa yg istimewa dari bell pintu hingga kedua anakku bersemangat sekali membuka pintu " cakap Sarmista.

" mungkin Swara tahu jika aku akan datang " cakap Sanskar dengan sok pd nya itu.

" apa??" Cakap Swara.

" sudah sudah " cakap Nenek.

Dan ya itu adalah tukang paketnya sudah datang. Teja menerima paketnya dan menandatangani tanda terimannya dan berlari kekamarnya takut jika Swara akan kepo lagi.

" jangan berlarian kau bisa jatuh " cakap nenek.

" lihatlah aku akan membalasmu nanti kak " batin Swara mengomel.

" itu mungkin dari fans fanatiknya " cakap nenek yang menjawab pertanyaan Sanskar.

" baiklah ibu nenek bukankah kalian akan pergi ke rumah bibi Sanaya. Aku akan memberikan filenya lalu Sanskar akan pulang lagipun Sanskar ada urusan penting pastinya. Ya kann??" Swara mengedipkan matanya kearah Sanskar agar Sanskar mengiyakan semua ucapannya

" iya bibi. Jika kalian ingin pergi makan kalian pergilah habis ini aku juga akan pulang " cakap Sanskar.

" ya baiklah " cakap Sarmista lalu pergi bersama nenek meninggalkan Swara dan Sanskar berdua.

" sudah sudah cukup sandiwaranya? Ayo pergi !!" Swara mendorong pelan tubuh Sanskar hingga kini mereka sudah ada didepan pintu.

" kau mau menikahiku kan? Baiklah tapi buat kakakku juga menikah maka kita akan menikah bersama " bisik Swara.

" tantangan yg bagus. Baiklah aku terima Tuan Putri " Sanskar mencubit pipi Swara lalu pergi dengan mendaratkan kecupan singkat.

" heh dia berani sekali " Swara sgera mentup pintunya.

" kita lihat sekarang isi paketnya " cakap Swara.

Ia langsung bergegas naik kekamar Teja.

Sedangkan dikamarnya Teja sudag membuka paket itu dan ternyata itu isinya adalah Saree. Saree putih polos yang sangat sederhana tidak banyak mutiara atau benda benda kecil yg menempel sebagi hiasannya. Teja tahu Saree ini tidaklah mahal tapi dia suka. Bukan tentang Sareenya tp ttg siapa yg mengirimkannya.

Teja membuka isi sepucuk surat yg terselip dalam kotak itu.

"Aku harap kamu suka hadiahnya. Saree ini tak lebih mahal dari baju yang kamu punya, aku tahu itu. Aku membelinya dengan kerja kerasku. Aku mungkin kekasih terburuk yang hanya bisa memberikan kain Saree murah ini. Tapi aku tahu kau tidak akan marag tentang hal ini kan? Malam ini aku ingin kau memakainya. Kencan pertaman di Mumbai??

Orang yg mencintaimu
Namish "

Teja kembali menyentuhkan tangannya pada Saree itu dan menciumnya.

" kencan pertama di Mumbai?" Cakap Teja sumringah.

##bersambung

Tum meree hoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang