Chapter 09##

284 14 0
                                    

TUM MEREE HO
(KAU MILIKKU)
PART 9
.
.
.
.

INFO!!
JANGAN JD PEMBACA GELAP!!
TINGGAL LIKE KOMEN AND SHARE OK??

.
.
.
" berhenti!!!" Teriak Sarmista

" aku mohon kali ini saja! Singkirkan egomu itu!! Didalam putrimu sedang bergelut dengan maut dan disini kau masih mendebatkan tentang harga diri?? Ayah macam apa kau ini? " Sarmista semakin tak tahan menahan tangisnya

Kemudian dokter keluar dengan membuka maskernya.

" bagaimana keadaan putriku dok" tanya Shekar mendahului

" ada yg perlu dibicarakan Tuan. Tim kami memerlukan persetujuan dari keluargamu " cakap dokter itu

" tentu "

" mari kita keruanganku " cakap Dokter itu lalu pergi diikuti Shekar

#skip

Ruangan dokter

" Tuan maaf aku harus mengatakan ini tapi kita harus mengambil keputusannya hari ini. Putrimu mengalami pendarahan hebat dikakinya. Demi menyelamatkannya satu satunya cara adalah dengan mengamputasi kakinya " jelas dokter panjang lebar

" lakukanlah yg menurutmu baik, asalkan putriku selamat " cakap Shekar terlihat dengan wajah putus asa.

Dokter segera pergi untuk melakukan operasi sebelum semuanya terlambat meninggalkan Shekar yg masih tidak percaya dengan apa yg terjadi.

" dokter ada apa? " tanya Swara panik melihat dokter masuk kembali kedalam ruangan sedangkan Shekar berjalan pelan dibelakangnya

" ayah katakan ada apa??, mengapa diam katakan ayah? Kakak kenapa ? " Swara berteriak memegangi pundak Shekar

" Swara kita tunggu saja dokter kau tenanglah " cakap Sanskar menarik Swara dalam dekapannya.

#skip

" aku tahu kau akan menyelamatkan putriku, aku sangat percaya padamu. Jangan rusak kepercayaan ini dan tolong sadarkan putriku " cakap Sarmista memohon didepan patung krisna yg ada disudut ruangan rumah sakit itu

Sarmista berjalan kearah Namish

" masuklah! Teja membutuhkanmu. Jika dia sudah bangun nanti kau bisa meminta padaku apapun yg kau mau " cakap Sarmista

" tidak bibi, seorang ibu lebih berarti bagi putri manapun. "

" aku tahu. Masuklah buat Teja kembali sadar "

" terimakasih bibi" Namish mengambil berkat dari Sarmista dan masuk kedalam ruangan operasi setelah 6 jam menunggu hasil operasi. 2-3 operasi.

Kali ini Shekar diam tanpa berkutik dan membiarkan Namish masuk.

Teja masih terlihat lemas dan pucat. Transfusi darah mengalir dari selang kecil menuju tangan Teja. Perban menutupi sebagian kepalanya dan alat bantu pernafasan terpasang di hidung dan bibirnya.

" Mengapa kau melakukan ini? Kau membuatku khawatir. Dengar aku sudah disini sekarang ayo buka matamu " cakap Namish memegang tangan Teja dan menciumnya.

" biarkan dia istirahat dia baru menjalani operasi besar " cakap Perawat wanita itu.

" aku hanya sebentar " cakap Namish lalu perawat itu kembali melakukan tugasnya dengan tetap tinggal diruangan itu.

Air mata Namish tepat jatuh dipunggung tangan Teja dan membuat Teja perlahan membuka matanya.

" kau di..si..ni ?" Cakap Teja

" kau sudah sadar? Istirahat saja jangan banyak bicara! Aku sudah sangat senang melihatmu membuka matamu " Namish membelai wajah Teja.

" auu " rintih Teja

" apa sakit? Maaf !" Namis jadi salah tingkah.

Teja tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

" kau masih sempat bercanda?" Tanya Namish lalu tersenyum pada Teja.

Namish keluar dan mengatakan pada semua orang jika Teja sudah sadar.

" Swara Teja sudah membuka matanya " cakap Namish.

Swara langsung merubah ekspresi wajahnya dan langsung masuk kedalam ruangan diikuti semua orang kecuali Shekar.

" kakak. Jangan seperti ini lagi ya!! Kau membuatku mati berdiri karna panik " Swara memeluk Teja pelan.

" Aku baik baik saja " cakap Teja lirih menatap adikknya itu penuh haru

Teja beranjak untuk duduk, Swara dan Namish membantunya.

Teja menatap kearah selimut polos yg menyelimuti kakinya. Ada sesuatu yg aneh yg dirasakannya. Teja tidak merasakan keberadaan kakinya. Perlahan ia menarik selimut itu dan ia sangat terkejut melihat kedua kakinya tidak ada dan malah hanya ada kedua perban yang menutupi siku kakinya.

Semua orang sama terkejutnya dengan Teja. Ya. Kecuali Shekar yg memang sudah tahu ini.

Tangisan Teja pun pecah melihat kondisinya saat ini sedangkan Sarmista sudah pingsan ditempatnya.

" hikss hikss hikss " tangis Teja sembari menutup mulutnya lalu kembali menyelimutinya.

" kakak " Swara kembali menangis sejadi jadinya sambil memeluk Teja.

Sedangkan Sanskar hanya diam mematunh ditempatnya sambil memejamkan matanya.

Namish menatap dengan tatapan kosong sementara air matanya terus saja mengalir.

Lalu perawat itu membius Teja untuk membuatnya tenang.

Swara berlari kearah Sanskar dan menangis bersandar dipelukannya.

#skip

Sanskar dan Swara meminta ayah ibu dan neneknya untuk pulang. Karena mereka saja yg akan menemani Teja disini sampai diijinkan pulang.

Namish kini berjalan dilorong lorong rumah sakit itu dengan pandangan yg entah kemana.
Bagaimana perasaannya saat ini sangat sulit diungkapkan

##bersambung

Tum meree hoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang