chapter 13##

263 13 0
                                    

TUM MEREE HO

Sebagai pembuka acara Swara dan Sanskar menari bersama dengan iringan lagu 🎶🎶Ae dil hai mushkil🎶🎶.

Sedangkan Teja duduk dikursi rodanya ditemani Namish memberikan tepukan tangan terbaiknya.

Usai Swara dan Sanskar menari, Namish mengulurkan tangannya kepada Teja. Tanggapan Teja hanya diam, ia tahu dirinya tdk bisa berjalan lalu bagaimana bisa menari?

Namish mengambil Teja dari kursi rodanya dan menggendongnya, membawanya ketengah tengah. Teja kini mengalungkan tangannya ketengkuk leher Namish dan mengikuti arahan Namish saja.
Lampu warna warni menyoroti mereka berdua, sepertinya semua orang iri dengan kisah cinta tulus mereka berdua deh. Ha ha ha..

##skip

Teja kini yang duduk dikursi rodanya sedang membuat permohonan sebelum meniup lilinnya.

" buat Namish dan Swara selalu bahagia Tuhan! Mereka adalah kehidupanku " batin Teja, lalu ia meniup lilin itu sampai apinya padam.

Yang pertama mendapat suapan kue dari Teja adalah Swara lalu Namish, Nenek, ibu, ayah lalu Sanskar.

" selamat ulang tahun kak, " cakap Sanskar memberikan sebuah kotak kecil berwarna hitam. Hmm...mungkin isinya cincin.

" terimakasih Sanskar " balas Teja.

" kakak katakan tadi aku sudah mengucapkan yg pertama kan? Apa ada yg mendahuluiku?" Cakap Swara.

" ada " Teja menunjuk Namish yg masih berdiri mengobrol dg beberapa tamu.

" kapan? Aku tadi mengucapkannya jam 24:10 aku pikit aku yg pertama. Kak Namish kapan datang kekamar? Aku tdk tahu " cakap Swara

" kau tertidur sangat pulas tadi malam. Kalau ada maling saja mungkin kau tdk akan bangun" cakap Teja tertawa kecil.

" lalu kak? Ada lagi?" Tanya Swara lagi

" ada " Teja kali ini melirik kearah Sanskar.

" Sanskar? Kapan kak. Tidak biasa. Ulang tahun ku kemarin saja kak dia telat. 1 menit " cakap Swara cemberut.

" Kebetulan aku bangun jadi aku langsung mengucapkannya saja, aku menelfon kak Teja. Lalu berkata' Happy birthday' " cakap Sanskar

" Namish 24:00, Sanskar 24:06 " jelas Teja.

" Varun dhawan ku memang yg terbaik " cakap Swara.

" Varun?" Tanya Sanskar

"Kak Namish. Kalau kau itu Aksay Kumar. Kak Teja Tahu? Aku ingin sekali memiliki suami seperti Aksay Kumar apalagi saat perannya sebagai seorang pilot. Uhh dia terlihat sangat keren dan tampan .lalu kami akan bersama sama mengelilingi dunia " cakap Swara

" Bukankah aku ini sudah seperti Aksay kumar ?" Cakap Sanskar dg sok pd nya

" apanya yg mirip? Aksay itu tinggi dan kau? Kurang sedikit. Tdk ada yg seperti Aksay ku. Dia sangat tampan dan berwibawa " cakap Swara.

" ya sudah kalau begitu Sanskar. Kau tdk usah jadi pengusaha. Sekolah saja menjadi pilot dan kau akan lama tinggal di luar negeri meninggalkan Swara sendirian. Dan Swara setiap hari akan merindukanmu. Ha ha ha" cakap Teja meledek.

" kalian ini berdebat apa? Aksay Kumar? Swara kau itu seharusnya beruntung mendapatkan sang hiro Hirtik Roshan " cakap Namish sembari merangkul Sanskar.

Sanskar dan Namish saling melempar tawa.

" Swara boleh aku pinjam kakakmu dulu? Aku yakin kau juga ingin berdua saja kan dengan Sanskar " cakap Namish sembari mencolek pipi Swara dan membawa Teja pergi dengannya.

" kakak ini!!" Cakap Swara.

" kak Namish benar. Ayo !" Sanskar menarik tangan Swara dan membawanya kesebuah taman dekat kolam renang.

#skip

Namish membawa Teja kekakar tamu dimana Namish tidur malam ini, ia berniat memberikan hadiah untuk Teja. Hadiah itu sangat special sehingga Namish harus meminta Teja menutup matanya terlebih dulu.

" aku tdk suka kado yg mahal. Kau ingat itu ya! Terakhir kali kau menghabiskan semua gajimu untuk membelikanku selendang biru itu " cakap Teja

Crickk...

Suara itu sepertinya berasal dari suara gelang kaki? Batin Teja.

Namish tadinya mau mengeluarkan kalung emas putih yg dibelinya kemarin untuk dipasangkan dileher Teja, tapi tanpa sengaja sepasang gelang kaki itu jatuh saat Namish mengeluarkan kalungnya.

Padahal gelang kaki yg indah itu adalah gelang kaki yg sama yg diinginkan Teja beberapa bulan yg lalu. Sebelum kecelakaan. Karna ada uang yg cukup maka Namish membelikannya dan berniat memberikannya sebagai kado ulang tahun Teja hari ini. Namun sayang harapannya itu harus dikubur karna Teja tdk bisa memakainya.

" maaf " cakap Namish sembari mengambil sepasang gelang kaki itu.

Perlahan Teja menjalankan kursi rodanya dan mendekat kearah Namish.

" ini gelang kaki itu? Yg aku minta saat kita di Delhi?" Tanya Teja sembari mengambil gelang kaki itu.

Teja meraba raba gelang kaki itu, menatapnya tajam lalu kini matanya mulai berkaca kaca.

" jangan menangis! Aku membawamu kesini tdk untuk ini. " Namish mengambil kembali gelang kaki itu dari tangan Teja dan mengantonginya kembali.

" kalung ini sangat cocok untukmu. Apa kau suka?" Namish melingkarkan kalung emas putih itu keleher jenjang Teja

" terimakasih " lirihnya sembari meraih tengkuk leher Namish agar bersandar dibahunya.

#skipp

" katakan Swara bagaimana dg rencanaku?"

" sangat bagus " Swara memberikan jempolnya.

" kau tdk mau memberiku hadiah?" Tanya Sanskar mengedipkan matanya.

" apa ?"

Sanskar meraih pinggang Swara dan mendekatkan padanya, kali ini benar benar tdk ada jarak.

" Sanskar lepaskan! Bagaimana nanti kalau ada orang?" Cakap Swara menggeliat berusaha melepaskan diri

" aku harus mendapatkan hadiahku, ayolah Swara!!"

" dasar otak mesum!! " Swara menginjak kaki Sanskar dengan sandal hak tingginya.

" auuu," Sanskar memegangi kakinya kesakitan.

" sebenarnya apa maumu? Ha?? Kau mau melamarku? Memangnya kau ini siapa, ha? Apa aku mau menikah denganmu? " cakap Swara, kali ini ia bersuara sedikit keras. Entah apa yg terjadi dia berubah 180º .

Ternyata oh ternyata disana ada ibunya Swara, karena itulah Swara kembali mulai berakting. Sedangkan sang lawan main, Sanskar. Tak mengerti apa apa.

" kau ini kenapa? Aku kan hanya bercanda" tanya Sanskar

" apa kau tdk tahu malu ha?? Aku tahu jika kau mencintaiku tapi seharusnya kau bilang dulu kan apa aku setuju menikah denganmu atau tidak?" Cakap Swara, kali ini ia mengedipkan matanya untuk memberi isyarat pada Sanskar jika ibunya ada disini.

Sanskar kemudian menoleh kebelakng dan mendapati Sarmista dibelakangnya.

" eh...bibi... lihatlah Putrimu itu sangat pemarah bi" cakap Sanskar mengadu.

" Swara seharusnya kau tdk boleh bicara begitu pada Sanskar! Kenapa akhir2 ini ibu perhatikan kau selalu saja marah marah. Jin mana yg masuk dalam jiwamu, ha? Dimana canda tawamu? Kadang ayahmu sekarang Sanskar. Apa kau ini lupa meminum obatmu Swara?. Sanskar itu tamu kita, setidaknya perlakukan ia dg baik. Kau ini!!" Sarmista hanya geleng geleng kepala kemudian pergi.

" ibu... ibu pikir aku ini tidak waras? Aku lupa minum obat? Hah semua ini gara gara kau!!, dasar!!" Swara pergi meninggalkan Sanskar, sedangkan Sanskar kini tertawa puas melihat Swara dimarahi ibunya karna membela dirinya.

##bersambung

Tum meree hoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang