Permulaan Karma

152 24 61
                                    

Budayakan jadi good readers, ya! Dengan memberikan vote dan komentar :) Mungkin itu sepele bagi kalian, tetapi sangat berarti buat Author. Lagipula, kalian juga bakal dapat pahala kebaikan, kok :D

****

Pacuan waktu terasa begitu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pacuan waktu terasa begitu cepat. Kini sudah memasuki bulan ketujuh selepas pertemuan pertama mereka di gang sempit malam itu.

Tanpa perlu bertanya, sudah terjawab jelas bahwa bisnis yang dilakukan keduanya sukses besar. Walaupun, terkadang Dara bertanya dalam diam mengenai pekerjaan sepupunya itu.

Mengenai hubungan Gintan dengan Sam, entah benang merah terjahit dalam mereka berdua atau tidak. Yang terpikirkan pada gadis itu hanyalah mengejar harta dan memanfaatkan peluang dari Sam untuk mengeruk banyak keuntungan.

Prioritasnya adalah masa depan Jonaga. Ia tak ingin adiknya merasakan semua beban dan penderitaan sang kakak demi menafkahi kebutuhan. Sebab ia yakin, masih banyak uang yang diperlukan agar kehidupan adiknya mapan di masa mendatang.

Dan ia telah mendapat pesan dari Sam agar bersiap-siap malam nanti. Kelihatannya ia harus mengirimkan barang-barang itu lagi pada pelanggannya yang lain.

Namun, kenapa ia diminta untuk datang ke rumah lelaki itu? Apakah kali ini adalah orang spesial?

"Di mana Jonaga?" Dara mengeluarkan suara mendadak, membuat Gintan sedikit terkesiap dari lamunan, tapi buru-buru ia kuasai tubuhnya.

"Entah, bermain dengan temannya di dekat lapangan mungkin. Memangnya kenapa?" Gintan membalikkan badan dan ternyata Dara sudah tepat di belakangnya.

Gadis itu berpikir sejenak, sepertinya tengah menimbang sesuatu. Dara hanya berpikir apakah selama ini hanya perasaannya saja atau memang sungguh nyata?

"Kau tidak merasa ada sesuatu yang terasa ganjil?" Seperti biasa, ia memancing Gintan untuk melihat respon yang diberikan.

Gintan mengangkat alis, heran. Tetapi, ia lanjutkan menggelengkan kepala dan memalingkan wajah dari Dara.

"Akhir-akhir ini Jonaga terlihat sedikit aneh," ujarnya pelan.

"Aneh?"

"Dia menjadi begitu pendiam, kadang suka membentak bila aku mengganggunya, dan ... ia sering keluar rumah."

"Berpikirlah yang positif. Mungkin dia lelah karena tugas sekolah yang berlebihan. Hal itu kerap terjadi, bukan?" Gintan tampak tak begitu menanggapi perkataan Dara.

Dara mengangguk mengiyakan. "Bisa jadi. Ia kerap berpamitan untuk belajar kelompok hingga petang. Kelihatannya, pendidikan negeri ini semakin melelahkan, ya?"

"Aku masih ingat kala aku sering dihukum sebab tidak mengerjakan PR Matematika dan Kimia." Kilas balik seolah terputar di kepala Dara dan ia masih ingat momen itu. Masa-masa indah yang disebut putih abu-abu.

White HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang