Tiga Huruf

145 22 62
                                    

Aku kembali :) Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa aku update secepat ini? Ya, selagi liburan aku kerjain naskah ini :D Syukur, masih ada waktu. Dan sebentar lagi sekolah sudah masuk, aku harap kalian semua sudah siap :v

Selamat membaca! Voment jangan lupa, ya :)

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sam. Nama yang unik, mengingat rentetan tiga huruf yang menjadi sapaan orang-orang terhadap lelaki itu. Tidak ada yang pernah tahu, apakah ia memiliki nama belakang, atau nama lain. Yang jelas, tidak ada yang mengetahui latar belakangnya.

Banyak yang menduga nama itu hanyalah samaran. Bisa jadi itu di dapat dari orang-orang yang kerap mendapat bualan darinya, dengan kisah epik petualangan di Negeri Paman Sam.

Sedari dulu, Sam kecil memang mendambakan tinggal di sana. Hal ini karena sang Ayah, kerap menceritakan masa mudanya ketika tengah menapaki daratan benua Amerika.

Sam kecil yang begitu haus dengan cerita petualangan, menjejalkan semua cerita itu ke kepalanya. Umurnya yang masih belia, tidak bisa membedakan mana yang cerita benar dan bualan belaka. Begitu bangga ia ketika berhasil menceritakan kisah-kisah tersebut, pada orang-orang, apalagi teman-temannya.

Ada yang merespon dengan tepukan, pertanda percaya. Namun, tak sedikit juga yang mencelanya. Itu sudah biasa. Bagi Sam sendiri, mereka yang tidak mempercayai apa yang dituturkannya, hanya merasa iri karena tidak pernah mendengar cerita tentang negeri tersebut.

Umur manusia semakin lama kian bertambah. Tanpa pengecualian terhadap Sam maupun ayahnya. Sang Ibu sudah terlebih dahulu jasadnya terkubur, lantaran sakit yang dideranya.

Sam merasa itu bukan masalah. Hanya saja, sang ayah yang tak lagi menceritakan kisah-kisah epiknya kala muda. Lelaki tua itu berhenti, ia hanya bisa berbaring di atas ranjang dan bergerak sedikit. Entah pikun, lumpuh, atau semacamnya.

Terkadang Sam berpikir. Bagaimana jikalau ia memulai sendiri kisah petualangannya dan menemukan kehidupan yang baru? Dunia tak sebatas tempat tinggal di mana tetangga menggunjing kita setiap hari.

Namun, ia tetap memiliki belas kasihan pada ayahnya. Hingga semua tabungan pun habis untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Apalagi, di umur yang sudah memasuki senja, sang ayah rentan terjangkit penyakit keras.

Pekerjaan Sam selalu berganti-ganti. Ia memang tidak pernah memiliki pekerjaan tetap. Kantor mana yang mau menempatkan lelaki muda yang tak berpendidikan sepertinya? Jelas tidak ada. Sehingga menjual rokok, koran, dan barang-barang lain menjadi pilihannya.

Sam mematung, ia terkadang menyalahkan Tuhan atas takdir yang menimpanya. Bagaimana mungkin, teman-temannya yang dulu kerap ia ceritakan tentang keadaan di luar negeri sana, justru kini telah menginjakkan kaki dan berkeliling dunia.

"Roda kehidupan sudah berputar." Gumaman itu yang terus menghidupi ceritanya setiap hari, setiap saat.

Masa bodoh! Yang penting ia bisa menyaksikan pria yang paling dikaguminya, masih bernapas dan hidup di dunia ini. Ya, yang ia maksud adalah ayahnya. Satu-satunya alasan mengapa ia tetap bertahan di lumbung ini, tempat ini, dengan kondisi ekonomi terbatas.

White HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang