Dalang Sebenarnya

259 65 110
                                    

Sekarang, berapa banyak pilihan baginya untuk bertahan akan masalah yang kian bertumpuk semacam ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang, berapa banyak pilihan baginya untuk bertahan akan masalah yang kian bertumpuk semacam ini?

Kematian Nyonya Rida dan Tuan Mahardhika yang belum terjawab, penculikan Aiden dan Aurel yang tiada kabar perkembangan, penangkapan pihak berwajib atas Ananta, dan kembalinya Sam. Bukan hanya itu, nenek bahkan acuh pada kepergian ketiga cucu angkatnya yang tersisa. Ia seolah tak mendengar penjelasan Gintan, yang ketahuan menguping pembicaraannya dengan Lebron.

Seharusnya ada rasa marah atau kekhawatiran, tetapi itu tak berlaku bagi orang yang hatinya sekeras baja. Dan ia justru memintanya menemani Lebron?

"Kau tak ada kerjaan, bukan? Ikutlah dengan Lebron dan usahakan jangan kembali lagi ke sini!"

Setidaknya, kata-kata itu yang menyelamatkannya dari cengkraman rumah putih. Walau saat ini ia harus terjebak di dalam mobil bersama Lebron, lengkap dengan parasnya yang penuh kekhawatiran. Gadis itu bisa menangkap isyarat bila lelaki di sampingnya tengah menghadapi masalah yang tak bisa dianggap remeh.

"Aku tak menyangka bila kau memiliki seorang adik," lirih Gintan membuka suara.

Lebron melenguh sambil menoleh sedikit, "Apa aku terlihat seperti anak tunggal yang manja?"

Gintan menggeleng, "Bukan, hanya saja kau tidak pernah bercerita padaku. Lalu apa yang terjadi padanya?"

"Aku sebenarnya tak mengerti adikku pernah terlibat dalam masalah apa, tapi ada yang menculiknya dan memberiku surat kaleng berisi ancaman," ujar Lebron sembari menancap gas lebih cepat.

"Selanjutnya, kau akan membawaku ke mana? Aku tak yakin bisa membantu banyak hal kali ini," ragu gadis itu karena pikirannya mulai dipenuhi pikiran-pikiran negatif.

"Kita akan pergi ke salah satu gereja lama yang sudah tak terpakai di perbatasan kota, di sanalah dalam surat dijelaskan tempat adikku disekap."

"Mereka meminta tebusan? Berapa besar uang yang harus kauberikan?" tanya Gintan.

"Tidak penting, karena kita tidak akan memberikan mereka sepeser uang pun. Sebab yang akan mereka terima adalah penyesalan karena telah menculik adikku," amarah Lebron yang seolah telah siap diletuskan dari kepalanya yang berapi-api.

Gintan menenggak ludah. "Jangan bilang kita akan bertarung dengan mereka," khawatirnya.

"Memang itu yang akan kulakukan," sengitnya tersenyum mengerikan.

Secepat kilat, keringat dingin membanjiri deras sekujur tubuhnya. Ia tak bisa membayangkan masalah besar yang akan didapatkannya nanti.

Mengapa harus ia yang membantu Lebron atau ini semua memang disengaja nenek sebagai usaha untuk menyingkirkannya tanpa harus menggerakkan tangan? Ah, dia benar-benar bodoh sebab menuruti majikan yang sejatinya adalah musuh terbesarnya.

Ia bisa kehilangan nyawanya akibat permasalahan yang sebenarnya ia tak memiliki sangkut paut sama sekali. Akan sangat lucu bila ia tewas sebelum masalah-masalah yang menjerat rumah putih itu terbongkar dalangnya.

White HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang