Panti Asuhan

673 289 309
                                    

	Air kolam menggelegak kecil kala ikan-ikan melahap santapan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Air kolam menggelegak kecil kala ikan-ikan melahap santapan mereka. Gelombang lingkaran mungil menghiasi kolam belakang rumah, yang memantulkan bayangan dua orang yang terduduk dalam kegamangan akibat sangat jernihnya.

Keempat mata memandang sayu, sinar matahari yang masih berselimut di ufuk timur nampaknya menginginkan kebingungan bermukim lebih lama. Menjebak jiwa yang terlanjur jatuh ke dalam jurang misteri untuk terus terpuruk pada rasa penasaran.

"Ada sesuatu yang aneh di rumah ini, yang mungkin sulit untuk diterima kebenarannya," lamat Gintan membuka percakapan yang sedari tadi membeku.

"Kau pasti menemukan sesuatu di kamar Nyonya Rida semalam, bukan?" terkanya membuat Gintan sedikit terkejut, tetapi sesegera dihilangkannya dan bersikap biasa.

"Semalam sesuatu hal aneh terjadi, saat aku berusaha membuka segala tabir yang ada. Kejadian yang seolah telah diskenario oleh seseorang dan mungkin ini perbuatan orang dalam," papar Gintan.

"Ceritakan padaku, mungkin aku mengetahui sesuatu yang setidaknya bisa memberi kunci alternatif untuk masalah ini," pinta wanita paruh baya itu, membuat Gintan memalingkan muka.

"Entahlah aku tak bisa mempercayai orang untuk sekarang ini. Maksudku, kau tahu bukan terkadang musuh kita adalah orang yang paling dekat kita. Bukan kubermaksud menjauhimu, tetapi waspada tetap prioritas dalam masalah ini," ujar gadis itu pelan.

Nyonya Maulinda tersenyum kemudian mengangguk paham. Pandangannya pun diarahkan pada titik fokus yang sama seperti Gintan, ikan-ikan yang menari di dalam air.

"Baiklah, aku paham. Tetapi, mengerikan sekali bila tiada kepercayaan di antara manusia, yang ada hanyalah kecurigaan dan ..., ketakutan."

Gintan menghela napas lalu menatap Nyonya Maulinda lekat. Didekatkannya telunjuk di bibirnya dan mengisyaratkan wanita paruh baya itu untuk mendekatkan telinganya. Nyonya Maulinda tersenyum kecil dan melakukan apa yang diperintahkan Gintan.

"Ada yang mengunci dan memukulku hingga aku tak sadarkan diri semalam. Dan ketika aku sadar, pintu kamar Nyonya Rida sudah tidak terkunci lagi dan benda itu ..., lenyap," bisiknya sembari mengamati pintu yang menghubungkan dapur dengan kolam ikan.

Nyonya Maulinda menenggak ludah, "Benda apa itu?"

"Buku harian. Benda itu adalah kunci pertama tetapi sekarang sudah hilang. Tidak mungkin orang luar mengetahui rencanaku kemarin malam. Ini pasti perbuatan orang dalam," simpulnya singkat sementara.

"Buku harian? Sepengetahuanku Nyonya Rida tidak memiliki benda itu. Lalu, apakah kau sudah sempat membacanya?" tanya wanita paruh baya itu sedikit antusias.

Gintan mengangguk, "Beruntung. Tetapi butuh pemikiran kritis untuk menerjemahkan itu semua."

"Pasti dia menggunakan ungkapan-ungkapan yang sulit dimengerti oleh orang lain. Namun, sekiranya pasti ada kata-kata yang bisa kaupahami sedikit. Selebihnya, kita bisa memikirkan itu bersama," papar Nyonya Maulinda.

White HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang