Chapter 1 - Boy Meets Evil

8.9K 451 9
                                    


Wangi manis seperti wine tercium dimana-mana. Gelap, disana tak ada cahaya sama sekali. Seolah cahaya saja takut jika menyelip melalui gorden besar disana. Seluruh ruangan kosong seolah tak berpenghuni. Hanya kegelapan disana lalu jika ada suarapun itu adalah suara teriakan menyakitkan dari ruangan bawah tanah yang sangat rahasia.

Di koridor rumah yang sunyi tak ada sesuatu yang terpajang disana selain bunga. Bunga berwarna merah pekat yang menjadi hiasan di sepanjang koridor lalu di penghujungnya sebuah pintu besar tertutup rapat disana. Keadaan didalam sanapun sama, sunyi. Namun ada satu hal yang membedakan, dibalik selimut tebal berwarna merah itu seseorang berada dibaliknya. Seorang gadis masih terbuai indah dalam empuk ranjangnya. Ia tak tertidur, ia hanya sedang memejamkan mata. Salah jika kau menganggap jika ia disana untuk pergi mengarungi dunia mimpi, gadis itu telah berada disana selama setengah hari. Seperti ia tak begitu menghiraukan saudara-saudaranya yang lain tengah sibuk dengan kegiatan mereka diluar sana ia malah asik sendiri ditempat ini tanpa melakukan apapun.

Ia bedecak ketika bias cahaya menganggu rentinanya yang masih terpejam. Dengan sekali kibasan cepat dari tangannya gorden yang menutupi jendela besar kamarnya benar-benar tertutup rapat.

Ia tersenyum menyeringai dalam tidurnya saat telinganya masih medengar suara lenguhan kesal dari luar sana karna tak berhasil mengganggunya.

"Padahal sudah hampir bangun. YA!! Kapan sebenarnya nenek sihir itu akan bangun. Seperti putri saja, apa dia tidak lapar kita masih harus berburu." Gerutu gadis bersurai panjang pirang itu. Lelaki disebelahnya mengangkat bahu tak tau, sementara lelaki lainnya yang tengah duduk hanya bisa menghela nafas.

"Coba kau pergi saja langsung kekamarnya dan tarik selimut tebal itu agar ia terbangun Lis." Ujar gadis lain bersurai coklat, Lisa -gadis yang menggerutu tadi- berdecih.

"Percuma saja Jen, si gadis keras kepala itu tidak akan bangun begitu saja. Kau tidak liat dia seperti apa eoh? Rose saja sudah lelah menghadapinya apalagi aku." Lisa terlihat jengah dan memilih tempat duduk didekat lelaki yang menghela nafas tadi.

"Bisa kau beri aku minumannya Jin?" Ia menunjuk gelas berisi cairan merah kental didekat lelaki bernama Jin itu. Jin menurut saja dan memberikannya.

"Membiaskan cahaya dengan kaca eoh? Mana berpangaruh padanya. Waktu itu ku remukan ranjang nya saja dia masih bisa tidur di sofa lalu esoknya dia menggantinya dengan ranjang baru yang dia beli di kota para manusia itu. Entah bagaimana ia membelinya sampai seorang kurir yang mengantarkan." Lelaki dengan rambut di cat biru menyahut.

"Suga benar. Bagaimana bisa dia hidup seperti manusia begitu, apa itu berpangaruh karna ayah membiarkannya hidup di kota 4 tahun yang lalu?" Jin membenarkan lalu berjalan mendekat mengamati jendela gadis tadi yang masih tertutup. Jennie mengambil alih di sisinya.

"Ah iya, kemarin aku mendapat berita besar dari ibu tentangnya." Jennie berbalik, menarik perhatian yang lainnya.

"Ibu bilang dia ingin pergi sekolah. Jika tak di izinkan ia akan nekat pergi"

"Kenapa begitu?" Lisa nampak cukup terkejut saat mendengarkannya ia bahkan meletakkan kembali gelas yang di berikan Jin tadi di meja lalu menatap Jennie serius.

"Kau lupa, aku rasa dia seperti itu juga karna mutiara hitam di jantungnya menghilang." Mereka semua ber-oh-ria setelah mendengar penuturan Jennie.

"Pristiwa itu sudah lama. Lagi pula mau di cari kemana lagi ini sudah 50 tahun lebih sejak perang. Kita juga sudah menyerah, lagi pula dia baik-baik saja sekalipun benda itu tak lagi dia memiliki"  Balas Suga juga nampak acuh

"Dia jadi gila sejak mutiara hitam itu menghilang." Jin menyahut

"Saudari mu itu memang sudah gila sejak dulu Jin. Apa pernah dia bersikap normal?" Kata Lisa dengan nada mencemooh nya.

Boy Meets Evil [Vsoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang