13

704 35 0
                                    

[CERITA SPESIAL JIWOON-SSI]

Sekarang sudah sore, langit mulai mendung. Padahal tadi siang cerah sekali. Aku lagi ada di kampus.

"Ah, aku pulang naik apa ya? Aku harus segera pulang sebelum hujan" Kataku pada diriku sendiri.

Aku menghidupkan handphone yang sedaritadi aku pegang. Lalu aku melihat baterai yang sudah mencapai 0% dan handphone ku mati.

"Yah, bagaimana ini? Aku tidak bisa minta jemput dong" Kataku kesal pada diriku sendiri.

"Percuma aku mengomel trus, yang ada air hujannya akan keburu turun. Aku harus naik angkutan umum, terpaksa sih" Kataku lagi lagi pada diriku sendiri.

Aku berjalan mendekati mahasiswa yang sedang duduk santai di pinggir koridor.

"Eumm, Annyeonghaseyo... Permisi, Boleh numpang tanya?" Kataku sedikit gugup.

Tak ada jawaban, hanya hening. Aku menunggunya beberapa detik. Setelah kusadari ternyata ia menggunakan earphone di telinganya. Pantas saja dia tidak mendengarku. Aku menepuk pundaknya pelan. Dia menatapku dengan tatapan datar.

"A..Eum..Annyeonghaseyo" Kataku gugup sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

Dia masih menatap ku dengan tatapan datar. Bahkan dia tidak menjawab sapaan ku?!

"Umm, boleh kenalan?" Kataku ragu ragu.

"Park Han Seol" Katanya dengan nada acuh tak acuh.

"Jeon Jiwoon Imnida~" Kataku memperkenalkan diri.

Dia tidak membalas apa apa. Lalu, aku bingung apakah aku masih harus bertanya dengannya atau tidak. Dia melihatku seperti tidak suka dengan kehadiranku. Aku menatap langit, awan semakin mendung. Ya, mau tidak mau aku harus cepat cepat bertanya dengannya atau ngga aku tidak akan bisa pulang.

"Gini, aku ingin bertanya. Apa boleh?" Kataku agak sedikit canggung.

Dia hanya membalas dengan anggukan.

"Alamat rumah ku di xxx. Bus yang mengarah ke arah rumah ku yang mana ya? Aku tidak pernah naik bus sebelumnya jadi aku tidak tau" Kataku dengan sangat gugup.

"Tunggu aja di halte deket kampus, 10 menit lagi bus nya dateng" Kata orang itu yang akhirnya berbicara juga.

"Gimana kalau aku salah naik bus?" Tanyaku dengan nada kekhawatiran.

"Ga akan, bus yang mengarah ke sana datang 9 menit lagi" Kata dia tanpa menatap wajahku.

"Tapi bus nya tipe apa? Nanti kalau aku salah naik malah bisa kesasar" Kataku dengan tubuh agak gemetar.

"Bus di daerah sini cuma ada satu tipe tapi yang mengarah ke rumahmu 8 menit lagi datang. Udah sana pergi. Nanti ketinggalan bus, lagi pula sudah mau hujan tuh. Dari sini ke halte bisa makan waktu 5 menitan lho" Kata dia panjang lebar.

Ini pertama kalinya aku dengar dia ngomong sampai segitunya. Tapi ga ada waktu untuk kaget, aku bener bener harus lari sekarang atau ngga aku bakalan ga bisa pulang.

"Oh, kalau begitu terimakasih ya! Annyeong..." Kataku lalu berdiri dari tempat yang tadi kududuki.

Aku berlari sekencang mungkin untuk sampai ke halte tapi tiba tiba hujan deras turun begitu saja. Aku pun meneduhkan di bawah pohon besar.

"Ah, bagaimana ini? Aku bisa ketinggalan bus. Sial sekali nasibku hari ini, mana kehujanan lagi. Sedihnya~" Kataku mengoceh sendiri.

"Huft... dinginnya, kenapa harus hujan sih di saat genting begini. Menekanku sekali rasanya!" Aku marah marah sendiri lagi di bawah pohon.

My Brother Is An Idol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang