Ta'aruf

4.3K 66 2
                                    

#JODOHKU Part 1
By : Dewi Indrianti Achmad​​

DISCLAIMER : CERITA INI HANYALAH FIKTIF BELAKA

"Sebenarnya ibu ana sudah cari-cari alamat anti karena beliau ingin bertemu langsung tetapi qadarullah gak ketemu. Jadi beliau meminta anti (jika tak keberatan) untuk datang menemuinya di rumah."
.
Singkat saja email yang dikirim oleh ikhwan yang saat ini sedang taaruf denganku tetapi cukup membuat diri ini tak bisa tidur. Sangat mengejutkan ketika dia bilang ibunya sudah mencari alamatku dan bahkan sekarang memintaku untuk datang ke rumahnya.
Jujur aku bingung haruskah aku datang menemui undangannya? Terlihat pantas kah seorang akhwat datang ke rumah ikhwan?Jujur aku merasa risih walaupun ikhwan tersebut sekarang sedang kuliah di luar negeri. Di salah satu negara impianku. Saudi Arabia.
.
"Jadi menurutmu gimana Han, aku datang atau tidak ya ke rumahnya? Aku bingung pantas gak sih seorang akhwat ke rumah ikhwan?" tanyaku gusar ke Hani sahabatku.
"Hmm gimana ya aku bingung juga sih sebenarnya. Di satu sisi sebagai orang tua wajar ibunya pasti ingin tahu siapa sih calon istri anaknya, tapi di sisi lain harusnya orang tua kamu juga melakukan hal yang sama biar adil" Ucap Hani sedikit bimbang.
"Maksudmu?" tanyaku penasaran
"Hmm gimana ya jelasinnya.. Eh Bentar deh tapi kamu udah cerita kan sama orang tuamu kalau kamu mau taaruf?"
"Udah..orang tuaku sih juga pengen ketemu langsung ikhwannya tapi aku udah bilang kalau ikhwannya ada di Saudi jadi belum bisa bertatap muka."
"Ooh gitu..yaudah kamu istikhoroh dulu deh biar enak"
"Baiklah Han.." kataku pelan sambil menatap galau langit-langit kamar Hani
.
Taaruf ini sebenarnya mungkin sebuah pelarian atau kebetulan atau entahlah. Karena sebenarnya aku sudah jatuh cinta pada seseorang di masa SMA tapi nampaknya tak ada tanda baginya untuk menikah dalam waktu dekat. Wong kuliahnya aja sudah 6 tahun belum lulus! Dia adalah Rasyid. Seorang Ketua Rohis jaman SMA yang sederhana. Dulu waktu awal-awal hijrah aku cukup intens berkomunikasi dengannya. Ah yaa bodohnya aku dulu kukira sering komunikasi antar ikhwan akhwat tak masalah tapi ternyata malah jadi boomerang buatku sendiri di kemudian hari. Ya aku terkena Virus itu, Virus Merah jambu atau VMJ rekan-rekan Rohisku menyebutnya. ketika itu aku masih denial, aku merasa cuma berteman saja tidak lebih. Aku yang anak bungsu hanya nyaman berkomunikasi dengannya. Untuk sekedar berbagi cerita karena kakak dan orang tuaku sibuk bekerja. Jujur aja komunikasi dengannya membuatku merasa lebih bersemangat berangkat ke sekolah. Hmm tiba-tiba ingatanku merangkak ke masa SMA itu..

*********

"Pake Jilbab Sa.. Wajib loh!.." Rasyid tiba-tiba berucap
"Ya aku tahu..tapi aku belum siap" Kataku ngeles
Ketika itu kelas kosong, Guru Fisika sedang berhalangan hadir. Kudengar  anaknya masuk Rumah sakit.
"Yah..kalo nunggu siap mah kapan siapnya? Ibadah itu harus dipaksa kalo enggak, ya ga ibadah-ibadah dong. Syukur kalau umur kita panjang, nah kalo tiba-tiba mati gimana hayoo belum pakai jilbab? Kamu lagi nabung dosa tuh" Ucap Rasyid ditengah kebisingan anak-anak sekelas yang ribut saat guru absen.
"Hmm yayaya tapi .."
"Ah yaudah jangan kebanyakan tapi. Kudoakan kamu segera menjemput hidayah"
"Kok menjemput?"
"Ya karena hidayah udah nyamperin kamu tapi kamunya ga mau ambil"
"Maksudnya?"
"Ya kan kamu udah tahu pakai jilbab itu wajib tapi kamu ga mau pakai, berarti kamu udah dapet hidayah tapi kamu ga mau ambil kan?"
Jleb hatiku tersentak. Entah kenapa rasanya berat sekali mau pakai jilbab, takut nanti gerah lah, takut jelek lah takut ga bisa beli bajunya dll
"Yaudah ya selamat mikir! Aku mau ke mushola dulu. Wassalamu'alaykum" Ucap Rasyid memecah lamunanku.
"Eh..hmm iya wa'alaykumussalam"
.
Aku bercermin sambil memakai jilbab segi empat milik ibu ku. Ku lihat pantulan diriku di cermin, lalu senyum-senyum melihatnya "hihi manis juga ya aku kalau pakai jilbab" Bisikku dalam hati.
"Waduh... Mau pengajian kemana Sa..pake jilbab segala?" Tiba-tiba kakakku yang baru saja pulang kerja mengagetkanku.
"Eh hmm Kakak.." Ucapku kaget sambil buru-buru melepas jilbab
"Loh kenapa dilepas, bagus kok"
"Emang kakak setuju aku pakai jilbab"
"Setuju aja"
"Tapi kok kakak gak pakai jilbab"
"Belom siap" jawabnya singkat

Yah..sama aja kaya aku hmfhh...

*****

"Jadi gimana ukh, apakah anti bersedia bertemu dengan ibu ana?" Notifikasi pesan terpop up di hapeku membuyarkan semua ingatan di masa lalu. Ah.. Dia lagi.. Pertanyaan itu.. Aduh... Aku bersedia tapi aku ragu. Segera aku melakukan shalat istikhoroh. Aku berdoa semoga ada jawaban setelahnya.
.
BERSAMBUNG...

Jodohku (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang