Lamaran

757 26 1
                                    

#JODOHKU Part 10
#Jodohkupart10
.
Cuaca hari ini cukup cerah walau ada sedikit awan yang terlihat menggelayuti langit. Aku sedang mematut diri di depan cermin ketika suara motor Hani terdengar masuk ke halaman rumah. Hari ini kami berencana pergi ke rumah Rio atas permintaan Ibunya kemarin.
"Assalamu'alaykum"
"Wa'alaykumussalam, masuk aja Han.."
Seperti biasa rumah sepi, karena walaupun akhir pekan orang tuaku tetap bekerja.
"Maasya Allah, cantik banget! Gamis baru ya?" Ujar Hani seraya memandang Gamis polos warna pink yang kupakai
"Gak kok, kamu baru lihat kali"
"Ah masa... Bilang aja sengaja beli baju baru buat ketemu calon mertua uhuk" ledek Hani
"Iih gak kok, udah ah ayo berangkat!" Ujarku seraya mengambil tas dan langsung menuju ke luar.
.
Saat di jalan Hani cerita kalau kemarin dia ketemu Rasyid di sebuah tempat makan.
"Dia kaya lagi galau gitu deh Sa.."
"Ah kamu sok tahu!"
"Ih kamu ga percaya, aku lihat dia makan sendirian tapi sambil bengong. Itu kenapa coba kalau bukan lagi galau? Sayangnya aku ga sempat negur karena lagi buru-buru"
"Yaudah biarin aja, bukan urusan kita dia lagi galau apa enggak kan?
"Hmm iya juga sih"
.
Sebenarnya aku ingin tahu lebih lanjut, kenapa Rasyid terlihat galau? Apa karena aku mau nikah? Ah.. Lagi-lagi hati ini kegeeran.
.
Tak terasa sampailah kami di rumah Rio. Seperti biasa, ART nya yang membuka pintu dan kami menunggu di ruang tamu sebelum beberapa lama kemudian Ibu Rio datang dan membawa sepiring besar rujak.
"Eh kalian udah sampai, yuk kita ngerujak dulu! Ujar Ibu Rio ramah
Aku dan Hani berpandangan.
"Kok malah lihat-lihatan ayo ini ambil rujaknya"
Hani dengan ragu-ragu mengambil sepotong mangga, akupun akhirnya ikut menikmati.
"Oh iya hari ini Papanya Rio ada di rumah lho! Sebentar ya Ibu panggilin"
.
"Pah, ini loh yang namanya Sasa" Ibu Rio mengenalkanku pada suaminya.
"Ooh iyaa Sasa salam kenal ya" Ucapnya ramah
.
Ayah Rio terlihat sudah cukup berumur namun masih terlihat gagah dan berwibawa. Sorot matanya tajam, caranya menyapa mampu memperlihatkan kelembutan yang ada di hatinya. Kesan pertamaku beliau orang yang baik dan berpendidikan.
.
Ayah dan Ibu Rio pun ikut bergabung makan rujak bersama kami.
"Pah, jangan lupa sebelum makan rujak cuci tangan dulu yaa atau pakai tisu aja nih takut kotor tangannya"
Deg! Aku dan Hani berpandangan, merasa tersindir karena tadi kami langsung makan aja tanpa cuci tangan. Kamipun terdiam tapi tetap terus makan rujaknya :D
.
Selesai makan rujak, Ibu Rio mengusap mulut dan tangan suaminya lalu berkata padaku, "Kalau di keluarga kami beginilah memperlakukan suami. Kita sebagai istri harus melayani suami sepenuh hati. Sasa sanggup?"
"Eh? Hmm insya allah nanti sasa akan berusaha dan belajar bu" Jawabku diplomatis. Jujur saja aku kaget mendapat pertanyaan demikian, karena Rio sendiri pun tidak pernah bertanya hal itu.
.
"Jadi gini sa, tujuan ibu minta kamu datang kesini tuh cuma mau bilang untuk acara besok kamu dan keluarga ga usah nyiapin macam-macam ya! Ga perlu ngumpulin semua keluarga besar. Cukup orang tua sasa aja, sebab nanti yang datang ke sana juga hanya kami berdua"
Aku diam dan bingung. Jujur aku gak ngerti,  emang orang lamaran tuh harusnya kaya gimana.
"Ibu udah ngomong sama Rio untuk menunda lamaran tapi dia tetap bersikeras pengen melamar. Yaudah besok kami datang hitung-hitung kenalan juga dengan keluarga Sasa."
Aku terdiam lagi, oh ternyata beliau sebenarnya ingin lamaran ditunda.
.
"Eh udah waktunya makan nih! Yuk makan dulu!" Tiba-tiba Ayah Rio memecah keheningan suasana
"Maaf Pak, Bu tapi kayaknya kami pulang aja deh kalau memang udah ga ada lagi yang dibicarain"
"Loh kok gitu, pokoknya ga boleh pulang kalau belum makan" ujar Ibu Rio
Akhirnya kamipun pasrah untuk makan siang di sana.
"Gimana enak?"
"Enak bu" kataku setelah menyuap sesendok nasi ayam plus sayur
"Loh kok ga pake sambel, Coba deh ini cobain sambel buatan ibu!"
Akupun mengambil sambel tersebut menggunakan sendokku. Hani juga ikut mencoba. "Oh iya segar ya bu sambelnya."
"Iya ini ada resep rahasia, nanti deh kapan-kapan ibu ajarin masak" kata beliau ramah
"Oh iya Sa.. Rio kan dulu pernah sakit lama. Sasa udah tahu kan?
"Iya bu, Rio udah cerita semuanya di email.
"Kalau Sasa sendiri punya penyakit ga?" tanyanya lagi
Dahiku mengernyit, "Penyakit? Insya allah sih ga ada bu."
"Gak pernah sakit?" tanyanya lagi
"Ya pernah lah bu, sakit perut, masuk angin atau batuk pilek" jawabku sambil tersenyum
.
Setelah selesai makan, kamipun beranjak pulang. Sepanjang perjalanan aku hanya diam dan melamun.
"Kok diam aja sa?" kata Hani mengagetkanku
"Entahlah Han, perasaanku lagi ga enak. Eh iya Han, emang kalo lamaran tuh gimana sih?"
"Waktu sepupuku lamaran sih semua keluarga besar dari pihak lelaki dan perempuan ngumpul, terus pihak lelaki bawa hantaran sama cincin gitu."
"Ooh gitu ya hmm.."
"Udah Sa, kamu jangan banyak fikiran ya, Bismillah aja" ujar Hani seakan faham kegelisahanku
"Iya Han doain ya"
---------
Akhirnya hari lamaran pun tiba, dari semalam ayahku sudah kerja keras mendandani rumah kontrakan kami yang sederhana ini agar terlihat lebih rapi. Sebenarnya rumah ini jauh dari kata bagus, secara fisik sudah tua dan rapuh. Temboknya sudah usang, kusen pintu dan jendela nya pun sudah habis dimakan rayap. Kami bertahan disini karena inilah rumah kontrakan termurah yang ada. Ya, kami memang bukan orang berada, barang elektronik termewah di rumah kami hanya tv tabung 14 inchi, Kursi di ruang tamupun hanya kursi plastik. Pada awalnya aku ragu ketika taaruf dengan Rio karena kesenjangan sosial ini tapi Rio meyakinkanku bahwa itu bukan masalah yang berarti.
.
Jam 10 pagi Ibu dan Ayah Rio datang. Mereka cukup banyak membawa bingkisan untuk kami. "Oh mungkin ini yang namanya hantaran ya" Gumamku dalam hati. Kulihat Ibu Rio terlihat agak terkejut ketika melihat keadaan rumah kami, matanya berkeliling memandangi setiap sudut rumah seperti juri yang sedang menilai.
.
Rio harusnya juga sudah stand by video call dengan kami dari tadi, tapi karena signal lemah jadi tertunda. Setelah tersambung Ibu Rio langsung menyapa anaknya.
"Halo boy. Gimana disana sehat?"
"Alhamdulillah sehat. Mama Papa udah ngomong kan dengan keluarga Sasa?" tanya Rio
"Iya udah kok"
"Ya udah kalau gitu kita tentukan tanggal pernikahan aja Ma, Pa"
"Nentuin tanggal? Kamu yakin? Apa nggak mau nunggu ketemu dulu?
"Enggak ma, insya allah saya udah siap. Kan kita sudah bicarakan hal ini berkali-kali ma" Rio menjawab lembut
"Yaudah gak apa-apa lebih cepat lebih baik lah ma" Ucap Ayah Rio
"Emang kamu maunya kapan nak? Lanjut Ayah Rio
"Gimana kalau tanggal 17 juli? insya allah saya libur 2 minggu. Jadi saya pulang ke Indonesia untuk menikah lalu mengajak Sasa untuk tinggal bersama saya disini sampai saya lulus."
"17juli? Itu sebentar lagi lho! Sekitar 3 bulan lagi. Apa gak nunggu lulus dulu baru menikah? Tanya ibu Rio lagi
"Mah kita sudah bicarain hal ini kan?" Jawab Rio dengan lembut
"Baiklah, sekarang dari pihak Sasa gimana apakah siap jika akad nikah dilakukan 3 bulan lagi?" Tanya Ayah Rio
"Gimana Sa?" Tanya Ayahku
Akupun hanya diam dan tertunduk malu mengisyaratkan setuju. Kulihat ada raut wajah kurang suka dari ibunya Rio tapi tak terlalu kufikirkan. Saat itu hatiku sedang riang karena sebentar lagi mau menikah dan tinggal di saudi. Hmm aku jadi mengkhayal terlalu jauh.
.
Tak terasa acarapun selesai dan setelah acara, Rio mengirimkan email yang berisi catatan hasil pertemuan hari ini. Untuk bukti dan kenang-kenangan katanya. Mataku tertuju pada tulisan "Akad nikah: 17 Juli 2018 semoga Allah lancarkan." Akupun senyum-senyum sendiri membacanya.

+++++++

Hari ini sangat melelahkan, tapi bahagia luar biasa. Bahagia karena akhirnya insya allah aku akan bertemu dengan jodohku dan akan menikah dengannya. Aku berdoa semoga dia memang yang terbaik.
.
Akupun segera beranjak ke peraduan, baru saja memejamkan mata, ponselku berbunyi. Ada satu pesan baru :

"Semoga lancar ya acara pernikahannya tanggal 17 Juli nanti :) "
-Rasyid
.
Deg! Hatiku mulai merasa ada sesuatu yang janggal, Hani dan Reni aja belum tahu rencana tanggal pernikahanku, kok Rasyid bisa tahu? Tahu darimana ya dia??
.

Bersambung....

Jodohku (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang