Pesan Mengejutkan

790 30 2
                                    

Part 15

Kereta mulai bergerak pelan, menyusuri barisan rel demi rel. Dari balik jendela mulai terlihat jalan raya yang kami lintasi. Di luar sana mentari semakin meninggi, jalanan semakin ramai dan kemacetan tak dapat lagi terhindarkan
.
Dengan naik kereta tentu kami terbebas dari macet, jadwal tiba pun sudah bisa diperkirakan dengan pasti. Selain itu pemandangan bukit, gunung, sawah dan lembah yang indah akan menemani perjalanan ini. Inilah beberapa alasan yang membuat kami lebih memilih naik kereta daripada mobil travel.
.
Di dalam gerbong yang kunaiki ini semua kursi penuh terisi. Kursi di depanku duduk sepasang suami istri bersama bayi -yang kutaksir- berusia kurang dari setahun, di baris sebelahnya ada pasangan lansia yang sedang berpegangan mesra, sedangkan di baris sebelahku terlihat Rasyid sedang tenggelam dalam buku yang dibacanya dan ketika ku lirik Hani ternyata dia sudah  memejamkan mata.
.
Aku mencoba menyibukkan diri dengan melanjutkan membaca cerita bersambung di ponsel, namun lama kelamaan kepalaku pusing, mau tidur juga gak bisa. Tanpa sadar aku malah melihat Rasyid, yang dilihat tiba-tiba menoleh, dan berkata

"Kenapa Sha?" wajah teduhnya menatapku datar

"Eh hmm nggak, gak apa-apa kok" jawabku gugup

Rasyid pun kembali membaca bukunya.

Aku memperbaiki posisi duduk dan berusaha mengendalikan diri. "Ya Allah, kenapa sih harus ketemu dengan dia lagi disini. Susah-susah aku melupakannya tapi kenapa dia terus aja ada di hadapanku?"

Akupun mencoba memejamkan mata lagi seraya berdzikir, dan Ingatanku melayang ke beberapa waktu yang lalu.

***********

Baru saja aku selesai mandi dan bersiap istirahat, ponselku berdering. Kulihat layar ponsel ternyata Ibu Rio yang telepon.

"Assalamu'alaykum bu"

"wa'alaykumussalam sha, gimana kabarmu?" suara ibu Rio terdengar riang

"Alhamdulillah sehat, ibu gimana?"

"Alhamdulillah sehat juga. Eh iya Sha, hari sabtu besok main yaa kesini. Kalo bisa nginep deh sebab ibu sendiriann nih. Papanya Rio lagi ke luar kota" Pintanya ramah

"Hmm Aduh bu, maaf saya agak risih kalo sering-sering main ke sana apalagi sampai nginep" aku menjawab dengan sangat hati-hati, takut beliau tersinggung.

"Loh, risih kenapa? Rio nya kan gak ada" terdengar ada nada protes di sana

"Ya risih aja bu gimana ya." aku jadi salah tingkah

"Ya sudahlah kalau gak mau, sebenarnya sih ada yang mau ibu bicarakan juga" Tiba-tiba suaranya terdengar menjadi serius

"Iya bu silakan, saya mendengarkan"

"Ya ga enak lah kalau di telepon"

"Aduh terus gimana ya?"

"Hari sabtu kita ketemu deh ya di kajian masjid Al-Ikhlas"

Kebetulan aku memang sering ikut kajian di sana, dan menurut Rio ibunya saat ini sedang berusaha memperdalam agama dengan mengikuti berbagai kajian keislaman.

"Hmm baiklah bu insya allah"

Setelah telepon ditutup aku mulai mengira-ngira, apa ya yang ingin ibu Rio bicarakan? Aku jadi tak sabar menanti hari sabtu.

Saking penasarannya, aku mengirim pesan pada Rio mencoba bertanya padanya.

["Assaalamu'alaykum akhi hari sabtu ini ana mau ketemu ibu antum di kajian. Katanya sih ada yang ingin beliau bicarakan. Kira-kira apa ya?"]

Tak kuduga ternyata pesanku langsung di balas

["Oh ya? Ana sendiri kurang tahu coba nanti ana tanya"]

Jodohku (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang