Galau

1K 24 0
                                    

#JODOHKU Part 4
#JodohkuPart4

Aku abaikan pesan dari Rasyid lalu melanjutkan merapikan piring dan bersiap mencucinya.
"Udah taruh aja di situ gausah dicuci" Ucap Ibu Rio
"Ah gak apa-apa bu cuma sedikit kok" jawabku pelan
"Gausah.. Ibu bilang gausah. Jangan ngeyel yaa" tegasnya
Waduh aku jadi bingung ini, basa-basi atau beneran aku ga boleh nyuci piring ya?
Tapi mengingat ini rumah calon mertua akupun tetap bersikeras ingin mencuci piring. Sampai kemudian tanganku ditariknya untuk duduk.
"Udah sinii.. Ngobrol sama ibu. Ga usah mikirin cucian piring"
Aku yang bingung akhirnya menurutinya.
Beliau bertanya banyak hal tentang keluargaku, terutama tentang asal daerah dan pekerjaan orang tuaku.
Sesekali akupun bertanya tentang Rio, bagaimana akhlak dan agamanya lalu bagaimana sikapnya di keluarga dan lain-lain untuk meyakinkan lagi bahwa dia memang benar ikhwan yang baik.
.
Setelah ngobrol banyak hal, aku dan Hani pamit pulang. Ibu Rio berpesan agar aku sering-sering datang ke rumah untuk menemaninya. Aku hanya jawab "insya allah" karena dalam hatiku aku masih merasa risih datang ke rumah ikhwan.
"Hati-hati di jalan ya Sasa..Hani.. Salam buat orang tua kalian" Ucapnya ramah sambil mengantar kami ke depan pintu
"Iya bu, terimakasih atas sambutannya, kami pamit ya bu.. Assalamu'alaykum"
"Wa'alaykumussalam" jawabnya

.....
"Han, kamu kok diam aja sejak makan tadi? Kekenyangan ya? Atau ngantuk?" Tanyaku pada Hani yang tiba-tiba jadi pendiam
"Aku tuh lagi merhatiin ibunya Rio tahu!"
"Loh kok jadi kamu yang merhatiin ibunya Rio?"
"Kamu gak ngerasa ya Sa ada yang aneh?"
"Aneh? Aneh kenapa? Enggak ah kayaknya" jawabku kebingungan
"Aku liat yaa Ibunya Rio tuh benar-benar merhatiin gerak-gerik kamu banget loh!"
"Maksudnya?"
"Ah yaudah deh gausah dibahas mungkin ini hanya perasaanku aja Sa"
"Yah kok gitu?"
"Iyaa udah deh gausah dipikirin. Emang menurut kamu Ibunya itu gimana?
"Baik, ramah, gak sombong dan ga seperti prasangkaku Han, ih seneng deh dapet calon mertua baik hehe"
Aku senyum-senyum sendiri mengingat obrolan yang hangat tadi. Kulirik Hani ternyata dia sudah tertidur di bangku bus TJ. Hmm
.
Kulihat ponselku, Oh iya tadi ada pesan dari Rasyid, jawab gak yaa..Hmm Aku bingung. Alih-alih membalas pesan aku malah teringat suatu hari yang bersejarah dalam hidupku..
***
"Wihh Reni sekarang ada dua... "
"Widiih tobat nih buu"
"Wow pake jilbab sekarang Sa?"
"Maasya allah baru pakai jilbab langsung panjang gini sa?"

Sepanjang gerbang sekolah sampai kelas adaa aja komentar teman-teman tentang penampilan baruku. Ini yang aku takutkan dan membuat aku risih. Tapi Reni menenangkanku,"Tenang Sa.. Mereka bukan maksud untuk ngebully kok anggap aja fans"
.
Di kelas kulihat Rasyid duduk di tempatnya dan melihatku. Dia hanya tersenyum tanpa bicara apapun.
"Rasyid, kamu suka aku?" Tanyaku pura-pura serius
"Maksudnya?
"Kamu suka kalau aku berjilbab kan?" kataku sambil senyum-senyum
"Ya aku suka kalau semua wanita yang udah baligh berjilbab" jawabnya sambil membaca buku
"Ah yayaya tapi aku lebih cantik kan kalo berjilbab" tanyaku menggoda
"Semua wanita cantik kalau berjilbab" Lagi-lagi dia menjawab tanpa menatapku
"Yaah kamuu ga seru ah!" teriakku sambil manyun.
Reni dan Piyu teman sebangku Rasyid ketawa cekikikan melihat tingkahku.
---
"Sa, kamu kan udah berjilbab sekarang, jangan suka godain Rasyid lagi atuh" ucap Reni halus
"Aku kan cuma becanda Ren, ga beneran suka apalagi beneran ngegoda. Lucu aja liat responnya malu-malu gitu hehe kok ada ya cowok kaya gitu di jaman sekarang"
"Aku tahu sa, tapi yaa kamu harus lebih menjaga aja atuh geulis..kan udah berjilbab" ujar Reni sambil tersenyum manis
"Hmm ok deh akan aku usahakan Ren" jawabku nyengir
Reni hanya tersenyum sambil menggelengkkan kepala melihat sikapku.
.
Tak terasa kelulusan SMApun tiba. Aku dan Hani kuliah di Jakarta, Reni di Bandung. Rasyid dan Piyu kudengar juga diterima di Bandung. Ikhwan dan akhwat Rohis lainnya tersebar di berbagai kota.
.
Setelah lulus SMA aku merasa ada yang hilang. Hari-hari rasanya ga seceria saat aku sekelas dengan Rasyid. Aku sering kefikiran dia. Kadang hati bertanya-tanya dia lagi apa ya sekarang? Hmm kalau ga ingat pesan Reni yang bilang harus mengurangi chat dengan lawan jenis pasti aku akan langsung chat dia. Kalau begitu aku telepon Reni aja deh.
"Ren, aku kok kefikiran Rasyid ya?"
"Kenapa? Kangen?"
"Hah kangen?"
"Ya kan biasanya kamu godain dia, sekarang ga ada lagi yang digodain pasti berasa ada yang hilang kan?hehe"
"Eh kamu kok tahu?Ditambah lagi aku ngerasa setiap inget dia kok perutku mulas dan deg-degan gitu ya? Aneh banget deh!"
"Mungkin kamu teh abis minum kopi sa? Hehe"
"Iih kamu becanda.. Serius nih..kenapa ya?"
"Kayaknya teh kamu lagi jatuh cinta sa..hehe, hati-hati yaa.. banyak istighfar dan minta perlindungan sama Allah"
"Hah? Jatuh cinta? Kamu kan tahu Ren kalau aku gak suka dia aku cuma.."
"Hehe..yaudah pokoknya pesanku banyak berdoa tiap ingat dia yaa" Reni memotong
--
Pagi itu aku sedang berjalan di kampus, tiba-tiba aku melihat sosok yang kukenal dari kejauhan. Rasyid!! Spontan aku memanggilnya. Entah kenapa saat itu rasanya bahagia bisa bertemu lagi.
"Cid, ngapain disini? Nyariin aku yaa?" Maksud hati ingin menggodanya seperti biasa tapi entah kenapa kali ini ada rasa yang berbeda ketika mengucapkannya.
"Eh kamu, aku keterima juga disini sa" jawabnya sambil tersenyum."
Subhanallah, rasanya itu adalah senyum terindah darinya untukku.
"Loh, bukannya kamu diterima di Bandung?"
Tanyaku heran bercampur senang karena bisa satu kampus dengannya.
"Iya tapi orang tuaku ga setuju, jadi ikut ujian mandiri di sini alhamdulillah diterima" jawabnya lugas
"Oh..gitu.. Terus sekarang mau kemana?"
"Ke perpus"
"Oh kebetulan aku juga mau ke perpus, bareng aja yuk" ucapku saat itu. Padahal 15 menit lagi kuliah akan dimulai
"Eh tapi aku mau ke kantin dulu, laper belum sarapan"
"Eh iya aku juga mau ke kantin" Upss aduh aku merasa bodoh. Kenapa jadi ikut-ikutan. Dia pasti curiga, aku jadi salah tingkah.
"Eh? Hmm kalo mau ke kantin juga sendiri sendiri aja, ga enak kalo jalan berdua" kata Rasyid menghindar.
"Ooh iya deh, aku mau ke toilet dulu. Mulass" aku buru-buru pergi menjauhi Rasyid. Kutengok dari kejauhan dia keheranan dengan sikapku pagi ini.
Akupun heran, kenapa sikapku jadi aneh gini sih. Saat ditolak bareng ke kantin tadi aku kok merasa sedih ya, padahal biasanya juga Rasyid bersikap dingin padaku aku biasa aja.
.
Lain waktu saat sholat dzuhur aku melihatnya di mushola utama kampus, dia baru aja selesai sholat. Dari halaman masjid kulihat dia jalan dengan temannya, memakai sepatu dan pergi menuju fakultasnya. Entah kenapa hanya dengan melihat pemandangan demikian aku merasa bahagia. Akhirnya setiap dzuhur aku sholat disana padahal di fakultasku juga tersedia mushola. Ketika Hani bertanya kenapa sholat di sana. Kujawab karena lebih luas padahal aku hanya ingin memandang Rasyid dari kejauhan.
Tapi lama-lama Hani tahu bahwa aku sedang memperhatikan Rasyid.
"Kamu naksir Rasyid ya?" tanyanya to the point saat kami duduk-duduk di depan masjid selepas dzuhur
"Eh? Hmm gak tau deh.." kataku bingung sambil memandang dari jauh Rasyid yang sedang memakai sepatu
"Istighfar kamu sa! tundukkan pandangan! Aku tahu kok kamu lagi mandangin siapa!" kata Hani galak
"Eh iya Han astaghfirullah.. Aku kenapa ya Han kok jadi aneh gini" kataku sambil mengalihkan pandangan
"Fix kamu kena VMJ tuh (Virus Merah Jambu)!"
"Terus aku harus gimana dong? Wajar kan kalo kita naksir lawan jenis?"
"Ya wajar sih tapi hati-hati aja jangan sampai melanggar aturan agama! Kamu gak jaga pandangan kaya gitu udah melanggar aturan agama loh!" kata Hani tegas
"Astaghfirullah iya ya.. Makasih ya Han sudah ingetin aku"
....
Malamnya aku hubungi Reni,
"Ren, aku makin kacau!"
"Kenapa?"
"Kayaknya benar aku jatuh cinta sama Rasyid!
"Terus?"
"Ya galau lah"
"Kok galau?"
"Ya gak tahu Ren. Aku bingung"
"Oke,sekarang teh kamu sadar kamu jatuh cinta sama dia, terus kamu mau apa?"
"Aku maunya hmm apa ya. Mau deket-dia terus Ren..pengen chat, telepon dan memandangnya terus. Rasanya bahagia deh kalau ada di deket dia"
"Emang kaya gitu teh boleh dalam islam? Tanya Reni pelan tapi menusuk
Deg!! Hatiku merasa tertohok
"Iya Ren aku tahu itu gak boleh tapi gimana dong.. Aduh..aku ga pernah ngerasa kaya gini"
"Simpan cintamu Sa untuk kekasih halalmu nanti"
"Yaudah kalo gitu aku mau deh dihalalin sama Rasyid sekarang"
"Yakin?? Menikah itu butuh ilmu sa, bukan hanya nafsu. Sekarang lebih baik kamu alihkan fikiranmu tentangnya dengan mempelajari lebih dalam lagi Al-qur'an. Aku pernah denger ceramah ustadz katanya orang bisa galau teh karena hatinya jauh dari Al-Qur'an"
Deg.. Aku merasa tercubit dengan kata-kata Reni
"Ya Allah Ren..makasih ya udah ingetin aku. Doakan aku ya supaya istiqomah"
"Iya insya allah, doakan aku juga yaa"
"Eh Ren..ngomong-ngomong kamu sendiri udah pernah jatuh cinta belum?
"Pernah lah sa aku kan perempuan normal"
"Terus gimana?"
"Ya gak gimana-mana, abaikan aja lah gausah terlalu difikirin. Kuliah aja baru semester satu. Lebih baik mikirin yang lebih bermanfaat daripada cinta-cintaan."

******
Thiittttt.... Rem mendadak dari Bus yang kunaiki menghentikan lamunanku. Tiba-tiba aku kangen Reni! Aku harus cerita soal kegalauanku ini padanya. Nanti malam aku harus telepon, dia pasti punya nasehat-nasehat yang menenangkan untukku. Insya allah...

*Bersambung...

Jodohku (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang