Keputusan

710 22 0
                                    

#JODOHKU Part 9
#JodohkuPart9
.
Hari ini tanggal merah, namun jalanan ibu kota masih saja ramai. Barisan mobil dan motor terlihat rapat tanpa celah. Penjual koran dan pedagang asongan hilir mudik menawarkan dagangannya. Teriknya sinar mentari tak menyurutkan orang untuk beraktivitas di luar rumah, termasuk aku yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah Hani.
.
Sepanjang perjalanan, panas terasa sangat menyengat, polusi kendaraan pun memenuhi udara siang ini. Sungguh jauh dari kata segar membuat indera penciumanku menjadi tak nyaman. Kalau bukan karena Hani yang memintaku datang ke rumahnya aku malas tersiksa di jalan seperti ini.
.
Setibanya di halaman rumah Hani, kulihat ada motor selain milik Hani terparkir. Aku merasa tak asing dengan motor itu. Senyumku pun mengembang.

"Assalamu'alaykum"
"Wa'alaykumussalam, masuk aja Sa" kudengar Hani berteriak dari dalam.
Akupun segera melangkah masuk.
.
"Surprise!!!!" mereka berteriak mengagetkanku ketika aku membuka pintu.
Namun aku hanya pura-pura memasang wajah datar sambil menahan tawa.
"Yahh kok gak kaget?!" kata Hani kecewa
"Hahaha kalau mau ngasih surprise, tu motor umpetin dulu!"
"Ooh iya yaa lupaa" kata Hani dan Reni bersamaan
.
Ya, jadi motor yang terparkir adalah milik Paman Reni yang semasa SMA sering dipakai ke sekolah. Hari ini Reni sedang berlibur di Jakarta.
.
"Kok sepi Han pada kemana?"
"Mama Papa lagi kondangan, adikku  juga ikut maka nya aku minta kalian datang ke sini"
"Ooh jadi kami bertugas menjaga tuan puteri hari ini?"
Hani menganggukan kepala sambil tersenyum.
"Huuuh dasar!"
.
Kamipun saling bertukar kabar dan ngobrol ngalor ngidul. Sampai akhirnya Reni bertanya perihal proses ta'arufku.

"Jadi udah fix kan yaa mau lamaran?"
"Eh iya gimana tuh kelanjutan prosesmu Sa?ujar Hani
"Hmm iya, sebenarnya sebentar lagi mau lamaran tapi kemarin tiba-tiba ibunya telepon...."

Aku pun menceritakan perihal telepon ibunya Rio dan juga email balasan dari Rio.

"What?! Aduh! udah deh Sa mendingan kamu gak usah lanjut!" ujar Hani berapi-api
"Emang kenapa?" tanyaku
"Duh udah deh itu mah pertanda buruk Sa" kata Hani lagi
"Pertanda buruk gimana sih Han? Aku ga ngerti"
"Aduuh gimana ya jelasinnya, Ren?" mata Hani bertumpu pada Reni
"Coba deh Ren, menurutmu gimana? Lanjut Hani
"Hmm bingung juga sih, aku aja belum pernah ta'aruf tapi kalau aku jadi Sasa mungkin aku akan ikuti arus aja, kalian kan udah memulai proses ini dengan serius dan udah sampai sejauh ini. Masa sih mau mundur dengan alasan yang gak jelas."
"Kalau kamu Han tadi nyaranin mundur emang alasannya apa?tanyaku
"Pertama, kamu sama Rio belum pernah ketemu sama sekali, ya emang sih udah liat di video call tapi kan belom afdhol aja kalau belum lihat langsung. Kedua,aku agak kurang sreg deh sama ibunya Rio. Pas kita kerumahnya, kulihat dia merhatiin banget gerak gerik kamu. Aku curiga dia bukan pengen kenal kamu tapi pengen menilai kamu."
"Pengen menilai aku?"
"Iya, kayaknya dia lagi menilai pantas ga kamu sama anaknya. Aku ngerasa sejak awal dia nyari alamatmu itu dia tuh kaya mau lihat dulu kamu kaya gimana, terus nilai kamu dan ujung-ujungnya dia yang memutuskan Rio boleh lanjut atau enggak."
"Loh kok gitu?" aku jadi bingung, belum mengerti sepenuhnya apa yang dikatakan Hani.
"Sudah..sudah omongan Hani kan belum terbukti. Itu masih prasangka aja jadi ya gausah terlalu difikirin deh Sa" Ujar Reni menenangkan
"Gimana kalau kamu minta untuk menunda proses lamaran sampai kamu dan Rio bertemu?" lanjut Reni
"Hmm kalau ditunda, aku jadi ngerasa digantung Ren, takutnya aku makin galau. Aku sih pinginnya kalau ga dilanjutkan ya hentikan aja"
"Ooh gitu.. Iya juga sih"
"Sa, Kita ini perempuan, kata orang sih perempuan itu dipilih, tapi menurutku sebenarnya kita juga berhak memilih dan memutuskan. Jadi jangan takut untuk mengambil keputusan Sa" Hani menambahkan
.
"Hmm okelah nanti aku fikirin lagi. Mungkin nanti malam aku obrolin lagi ke orang tuaku."
.
Akhirnya kamipun beralih membicarakan hal-hal lain. Saat-saat berkumpul kaya gini lah yang paling aku sukai karena setelah berkumpul dan berbincang banyak hal dengan mereka aku merasa seperti punya energi baru.
----

Malamnya aku ngobrol dengan orang tuaku dan menceritakan semua yang aku rasa.

"Menurut ayah, kalau memang Rio sendiri sudah bilang mau tetap melanjutkan rencana awal ya sudah lanjutkan saja"
"Iya ibu juga berfikir sama kaya Ayah, kalau kita tiba-tiba mundur takutnya mereka sakit hati, terus malah ngejahatin kamu Sa" Tambah ibuku
"Ah ibu kebanyakan nonton sinetron nih!" kataku sebal

+++++
Akupun sholat dan membaca qur'an. Aku sungguh meminta petunjuk pada Allah bagaimana aku harus bersikap. Jujur, aku merasa takut mengambil keputusan.

"Ya Allah aku bertawakal padaMu, jika memang Rio adalah jodohku dan dia adalah yang terbaik untuk dunia dan akheratku maka mudahkanlah jalannya. Jika bukan, aku berpasrah diri pada skenarioMu ya Rabb."

+++++
.
Tak terasa acara lamaran tinggal tiga hari lagi. Aku tak bilang pada siapapun bahwa aku mau lamaran tapi tiba-tiba Rida meledekku ketika aku sampai kantor.
"Ciee yang sebentar lagi dilamar!"
"Eh kamu apaan sih Da,? Kata siapa aku mau dilamar"
"Ada deh..."
"Serius da kata siapa? Perasan aku ga bilang sama orang kantor deh"
"Eh jadi bener?? Yaampun selamat ya sa!!
Ujar Rida sumringah.
"Eh, aduh.. Kamu kata siapa sih?" akupun gelagapan
"RAHASIA" ujar Rida mengunci mulut
.
Akupun bingung dari siapa Rida bisa tahu rencana lamaranku, yang tahu rencanaku cuma Hani, Reni, kakak dan orang tuaku. Rasanya tak mungkin kalau mereka membocorkan pada Rida.
.
Ketika aku menuju kantin, tak sengaja aku bertemu Rasyid. Wajahnya lesu dan tak bersemangat.
"Eh Sa mau kemana kok sendiri?"
"Ke kantin, Rida masih ngerjain laporan jadi minta dibungkusin aja. Kamu mau kemana?"
"Ke kantin juga"
"Ooh.."

Keadaan kantin sangat ramai seperti biasa syukurnya aku masih mendapat tempat.
.
"Boleh aku duduk disini Sa?" Tiba-tiba Rasyid datang mengejutkanku
"Hmm eh?"
"Tempat yang lain penuh" ujarnya lagi
"Hmm yaudah aku juga gak makan disini kok, mau dibungkus aja makanannya"
"Wah Sa, aku jadi ga enak nih karena aku, kamu gak jadi makan disini"
"Eh enggak kok, emang dari tadi udah berubah fikiran,  pengen makan bareng Rida aja di kantor" jawabku bohong
"Ooh yaudah"
Ketika aku berbalik badan, tiba-tiba Rasyid berkata pelan,
"Moga lancar yaa lamarannya nanti Sa.." Ku tengok, matanya melihat ke arah makanan ketika mengucapkan itu.
"Kamu tadi ngomong apa?"
"Eh? Gak kok.." katanya sambil tersenyum tanpa memandangku

Saat itu kantin memang terlampau bising aku khawatir salah dengar. Akan tetapi aku tak mau memperpanjang urusan, dengan segera ku pergi menjauh darinya. Walaupun dalam hati, aku bertanya-tanya Rasyid tahu dari mana??

+++++

Selepas shalat dzuhur aku telepon Reni dan Hani untuk bertanya apakah dia memberitahu Rasyid perihal rencana lamaranku? ternyata enggak. Terus Rasyid dan Rida tau dari siapa yaa?? Tanyaku dalam hati.
"Ah biarin aja deh. Bukan hal yang penting juga." jawab sisi lain hatiku.
.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, Ibu Rio telepon!

"Sa, besok tolong ke rumah ya penting! Ada yang mau ibu bicarakan ke Sasa perihal acara lusa"
"Kenapa ga bicara ditelepon aja bu? Tanyaku bingung
"Pokoknya ke sini ya besok. Penting! Ibu tunggu"

Tut tut tut.. Sambungan telepon tiba-tiba terputus.
.

Aku bingung, ada apa sih? kenapa harus ke rumahnya lagi? Inginku menolak tapi tak bisa. Argh! Aku kesal sendiri jadinya.
.
BERSAMBUNG

Jodohku (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang