Alasan

693 27 2
                                    

Part 11 12 dihapus

Part 13
.
Tak terasa hari pernikahanku dengan Rio tinggal sebulan lagi, undanganpun sudah disebar ke beberapa kerabat dan teman dekat. Aku sangat bahagia menyambut hari pernikahanku karena hatiku kini sudah terpaut dengan Rio dan perlahan beranjak melupakan cinta di masa lalu.
.
Rio sangat dewasa dan menerimaku apa adanya, tak mempermasalahkan status sosial dan minimnya ilmu agamaku jika dibandingkan denganya. Dia berjanji akan membimbingku dengan lembut dan perlahan dalam memahami agama ini lebih dalam lagi insya allah. Duhai.. apalah lagi yang lebih membahagiakan selain memiliki teman hidup yang shalih?
.
"Eh Sa, mana undangan buatku?"
Suara Rida membuyarkan lamunanku pagi ini

"Eh, sebentar" akupun mencari nama Rida di tumpukan undangan yang akan kubagikan

"Nah! Ini dia!" Akupun sumringah dan segera memberikan undangan tersebut pada Rida

"Buat Rasyid mana?"

"Rasyid? Eh iya ini ada kok, aku titip kamu aja ya da.."  kataku agak gugup
.
Hmm Rasyid, Demi mendengar namanya aku jadi teringat peristiwa di kafe beberapa bulan lalu

************

Hujan mereda, tapi baju dan hatiku masih basah. Pengakuan Rasyid di kafe tadi membuatku benar-benar kacau. Rasa malu dan bingung masih menghantui diri ini.
.
Kini aku duduk di bangku sebuah taman, menatap kosong sekeliling dan baru menyadari satu hal bahwa hanya aku seorang diri disini. Ya, tentu saja hanya ada aku, siapa juga yang mau bermain di taman dalam keadaan hujan begini.
.
Gemintang mulai bermunculan, bulan pun telah menunjukkan eksistensinya namun aku masih disini memikirkan apa yang telah terjadi. Entah kenapa aku masih belum ingin beranjak pulang walau tubuh ini mulai kedinginan.
.
Beberapa waktu terlewat, kulihat dari kejauhan ada seseorang berpenutup wajah berjalan ke arahku, bulu kudukku berdiri, hatiku bertanya-tanya siapa ya dia? Nyaliku agak ciut, tapi entah kenapa kakiku berat untuk menjauh.
.
Orang itu semakin mendekat, sampai hanya berjarak sekitar satu meter denganku dia membuka penutup wajahnya, ternyata dia adalah Hani, Hffft akupun lega melihatnya.

Ketika mengetahui di depannya adalah aku dia pun berteriak,

"Sasha?? Ya ampun beneran kamu ternyata! Ngapain kamu disini? Ya Allah ini baju basah begini, ayo pulang!! Dia menarik tanganku, memaksaku pulang.
.
Aku yang sedang kacau menuruti langkahnya. Sepanjang jalan dia ngomel-ngomel menyesali tindakan bodohku ini
.
Rupanya Hani tak sengaja menemukanku, dia sedang dalam perjalanan pulang dari kantor. Ketika melewati taman, motif jilbab yang kupakai ini mengalihkan pandangannya dan diapun turun untuk memastikan bahwa yang memakai jilbab itu adalah aku.
.
"Nanti sampai rumah langsung mandi air hangat ya, kalo bisa langsung minum vitamin" ujarnya setelah puas mengomel

"Aku ga mau pulang Han, aku mau nginep aja di rumahmu ya?" aku memelas

"Oh baiklah"
.
Sesampainya di rumah Hani aku langsung mandi dan merapikan diriku. Setelah itu aku menelpon ibuku dan mengganti password email!

"Makan dulu yuk!" kepala Hani menyembul dari balik pintu

Akupun keluar menuruti ajakannya.

Setelah makan bersama keluarganya kami kembali ke kamar.

"Kamu baik-baik aja Sa?" Tanya Hani.

Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa dia sangat mengkhawatirkanku.

"Sebenarnya ada apa sih sa sampai kamu hujan-hujanan dan bengong di taman gitu?" lanjut nya

Akhirnya kuceritakan semua yang terjadi padanya, kali ini tanpa isakan tangis hanya sesekali tak dapat kubendung bulir air yang turun perlahan di ujung mata.
.
"What?? Jadi Rasyid?? Ya ampuun, terus gimana kamu sekarang setelah tahu Rasyid juga suka ? Kamu mau nikah sama dia? Batalin ta'aruf dengan Rio?" Hani langsung memberondong pertanyaan setelah mendengar ceritaku

"Entahlah Han..aku pusing, yang pasti sekarang aku malu ketemu dia."

"Hmm iya iya aku ngerti. Ya udah deh, sekarang kamu istirahat aja ya.."

Tak lama berselang, akupun merebahkan diri di kasur dan langsung terlelap.

----

Mataku mengerjap, silau saat melihat ke arah jendela. Matahari mulai meninggi di luar sana, rupanya hari sudah dimulai sedari tadi. Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh. Aku terperanjat! Ini udah siang banget dan aku masih terbaring disini. Pandanganku menyisir ruangan mencari Hani, namun yang kutemukan hanyalah secarik memo :

"Sa, maaf banget aku tinggal ya, hari ini aku ada presentasi penting di kantor. Kamu istirahat aja dulu, tadi gak tega mau ngebangunin"
-Hani
.
Segera aku beranjak dari tempat tidur untuk shalat namun belum sempurna aku bangun, tubuhku terjatuh lagi ke kasur. Kepalaku terasa berat, badanku juga rasanya sakit semua. Kupegang dahiku, panas. Ini pasti karena hujan-hujanan kemarin, fikirku.
.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, telepon dari Rida,

"Ya da" ujarku lemah

"Sa, ya ampun ku telpon berkali-kali kok ga diangkat?" Suara Rida disana terdengar sangat panik

"Maaf da aku baru bangun, gak enak badan. Kayaknya gak bisa masuk kerja hari ini"

"Oh gitu.. Yaudah kalau gitu istirahat yaa moga cepet sembuh. Oh iya soal yang kemarin.."

"Maaf da aku pusing, udah dulu ya" kataku memotong pembicaraan

"Oh..hmm baiklah Sa maaf ya.. Bye"

Kemarin, ah entah rasanya masih belum sanggup rasanya mengingat peristiwa kemarin. Rasa malu yang teramat sangat masih melekat.
.
Ponselku berbunyi lagi, kali ini pesan dari Rio.

"Assalamu'alaykum Ukh, ada yang ingin ana bicarakan mengenai permintaan ibu ana untuk acara pernikahan nanti, apa anti ada waktu?"

Dahiku berkerut, "Permintaan ibunya? Permintaan apa?" tanyaku dalam hati.

Walaupun sebenarnya penasaran, aku tak bertanya lebih lanjut. Rasa sakit di kepala dan sekujur badan berhasil mengalahkan rasa penasaranku. Akupun segera membalas

"Maaf sekarang ana sedang sakit."

"Baiklah ukhty, syafakillah"

"Hmm gitu doang responnya? Emang gak pengen tahu ya calon istrinya sakit apa?" hatiku bergumam lagi
.
Tak lama berselang dia mengirimkan voice note, aku klik ternyata itu adalah suaranya yang sedang membacakan Al-qur'an. Suaranya sangat merdu, membuat ayat suci yang agung menjadi sangat indah dan menenangkan. Samar-samar terdengar dia menangis saat membacanya. Aku pun ikut terhanyut dan meneteskan air mata mendengarnya. Selain voice note, dia juga mengirimkan arti dan makna dari ayat tersebut:
.
"Dan (ingatlah kisah) Ayyub ketika dia berdoa pada Tuhannya, "(Ya Tuhanku) sungguh aku telah disentuh (ditimpa) penyakit, Engkau Tuhan yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang"
(QS.Al-Anbiya:83)

"Nabi Ayyub diberi penyakit yang berat oleh Allah, sangat berat hingga tak dapat beraktivitas apapun bertahun-tahun lamanya. Istri yang dicintainya pun pergi meninggalkannya. Namun apa pintanya pada Allah? Beliau tidak merengek minta cepat disembuhkan apatah lagi berputus asa dan menyalahkan Allah.
.
Nabi Ayyub alayhissalam senantiasa memuji dan terus memuji Allah. Dalam akhir doanya yang diabadikan dalam qur'an tersebut beliau berkata, Allah yang Maha penyayang dari semua yang penyayang. Beliau yang telah diuji sedemikian rupa oleh Allah masih yakin bahwa Allah Maha Penyayang dari yang penyayang. Maasya allah! Mari kita belajar dari Nabi Ayyub bahwa seberat apapun sakit yang diderita, sesulit apapun ujian yang sedang melanda selalulah ingat bahwa ALLAH MAHA PENYAYANG DARI SEMUA YANG PENYAYANG. Jangan ada ragu sedikitpun dalam hati kita."

Tak terasa mataku kembali sembab setelah membacanya. Sungguh indah nasehat dan doa yang diajarkan oleh Allah dalam Al-qur'an melalui nabinya. Air mataku semakin deras ketika menyadari bahwa yang menyampaikan nasehat indah dan pengingat ini adalah calon suamiku sendiri maasya allah. Benih-benih cinta karena Allah untuknya telah tumbuh di sini. Di dalam hatiku.
.

***************

BERSAMBUNG....

Jodohku (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang