Masa Lalu

1.6K 35 0
                                    

#JODOHKU Part 2
#jodohkupart2

Hari ini aku kurang bersemangat berangkat ke tempat kerja. Rasanya setelah bangun tidur tadi kepala terasa berat, membuatku malas bangun dan memulai aktivitas.
.
"Mungkin kamu lagi banyak fikiran Sa.." Rida salah satu rekan kerjaku berkomentar setelah aku mengeluhkan sakit kepala
"Emang mikirin apa sih sampe sakit kepala begitu? Hihi" lanjutnya sambil cekikikan
"Ah gak kok" aku mengelak singkat sambil ngeloyor pergi ke pantry.
"Eh mau kemana? Sini cerita dong " Teriak Rida
Aku hanya melambai sambil menahan sakit kepala.
.
Baru saja sampai di depan pantry, dari kejauhan kulihat sosok tinggi, putih, berjenggot. RASYID?? Ngapain dia disini?!Jantungku langsung berdebar cepat. Aku ini gimana sih udah taaruf sama orang tapi kok masih gugup kalau lihat dia. Gerutuku dalam hati
Buru-buru aku balik badan tapi telat. Ikhwan yang kukagumi itu sudah melihatku. "Eh Sasa!!saa..." teriaknya memanggilku
"Waduuuhh kabur atau nengok ya" aku bingung dan diam mematung.
Kudengar jejak kaki orang setengah berlari. Ternyata dia berusaha menghampiriku.
"Sasa kan? Maasya allah ketemu disini. lama gak ketemu ya sa? Gimana kabarnya?"
Deg.. Hatiku berdesir melihat senyumnya yang ramah. Langung cepat-cepat kutundukkan pandanganku agar tak jadi fitnah.
"Eh hmm iya baik kok" jawabku agak tertunduk. Sejujurnya ingin sekali ku bertanya ngapain dia disini tapi kutahan, takut irama jantung yang tak menentu ini semakin terdengar.
"Kebetulan banget ya kita ketemu, Udah lama Sa kerja disini? Aku baru aja interview, mudah2an deh ya keterima. Doain lah sa"

Hah?Apa katanya? Dia ngelamar disini? Waduh gawat ini kalau harus ketemu dia setiap hari. Jantungku bisa copot betulan.
"Sa..kok diem?" Ujarnya menyadarkan lamunanku
"Eh oh..Hmm iya iya mudah2an keterima ya. Aku juga baru kok kerja disini belum ada setahun. Aku mau lanjut kerja yaa" jawabku kaku.
Aku ga jadi ke pantry karena grogi. Duh... Kok aku malah doain dia keterima sih.

"Oh oke sa, aku juga mau balik ke kampus nih! Mau lanjut bimbingan hehe maklum mahasiswa teladan.." jawabnya sambil tertawa kecil.
"Ok.." aku balik badan dan agak bertanya sendiri dalam hati, "Dia belom lulus juga? Yaampun.. Eh tapi kok bisa ngelamar disini ya? Hmm Rasyid.. Kamu kemana aja? Kenapa mesti ketemu sekarang sih disaat aku sedang taaruf dengan ikhwan lain.
Sakit kepalaku semakin menjadi setelah bertemu Rasyid, tadi itu sebenarnya bukan aku banget. Rasyid pasti curiga melihatku jadi pendiam begitu. Dulu waktu SMA aku tuh cewek paling bawel. Kebetulan Rasyid sekelas denganku di kelas 3 SMA dan duduk tepat di depanku. Tiba-tiba Ingatanku melesat ke masa putih abu-abu.
---
"Ren.. Aku mau pakai jilbab deh" ucapku pada rekan sebangku yang juga anak Rohis.

Saat itu pelajaran baru aja selesai dan kita bersiap untuk  istirahat pertama.
"Wah serius? Alhamdulillah atuh hayuk disegerakan ajah" jawab Reni antusias dengan logat sundanya yang gak hilang walau sudah lama menetap di Jakarta.
"Tapi Ren.. Pasti temen-temen sekelas pada heboh deh dengan perubahanku. Aku malu Ren"
"Aduh Sasa.. Kamu teh kumaha sih, mau ngelakuin hal baik kok malu? Nih denger yaah kalaupun nanti temen-temen teh pada heboh dengan perubahanmu, paling  hebohnya cuma 2 atau 3 hari gak akan lama. Setelah itu pasti biasa lagi deh. Ya namanya ada perubahan wajar lah kalo dikomentarin, kamu potong rambut aja pasti pada komen kan? Sa, jangan sampai komentar orang menghalangi kamu untuk melakukan ketaatan pada Allah"
"Hmm iya juga sih ya Ren. Hmm Tapi aku masih ragu ren"
"Aeh..aeh.. Itu teh godaan setan Sa.. Setan teh gak suka kalau kita taat sama Allah. Udah ah aku mau Dhuha dulu, mau ikut?"
"Hmm iya ikut ikut" kataku sambil memasukan buku ke tas.
.
Sejak berteman dengan Reni setiap istirahat aku pasti ikut dia. Reni sih sholat dhuha tapi aku cuma tidur-tiduran aja di mushola hehe
.
------
Waktu sudah menunjukan pukul 16.00 yeay!Aku bersiap untuk pulang dari kantor.
"Teng go lagi nih sa?" Rida bertanya
"Hehe iya takut Transjakarta keburu penuh ciin"
"Sakit kepalamu udah sembuh?"
"Yaa mendingan lah tadi abis minum obat hehe. Duluan ya daa" Ujarku sambil pergi.

Alhamdulillah TJ ga terlalu sesak, aku masih dapat tempat duduk. Setelah duduk kubuka email dan mengirim pesan pada Rio, ikhwan yang sedang taaruf denganku.

"Insya allah ana bersedia bertemu dengan ibu antum tapi mungkin nanti datangnya dengan sahabat ana. Gak apa2 kan?"

Ku klik tombol 'send' dengan mantap. Aku fikir aku harus segera meneruskan proses ini, Mudah-mudahan pertemuan dengan ibunya nanti lancar. Sebenarnya bisa dibilang proses taaruf ini sangat cepat. Jarak sejak kawanku menawarkan untuk proses sampai saat ini hanyalah sebulan. Waktu yang sangat singkat ketika kami sama2 memutuskan untuk melanjutkan proses ini ke tahap selanjutnya. Aku sendiri memang ga mau lama2 berproses karena niatku menikah adalah untuk menghindari fitnah. Aku lelah didekati ikhwan modus dan juga lelah menunggu orang yang masih ga jelas. Naif rasanya jika harus menunggu Rasyid yang aku sendiri gak tahu gimana perasaan dia, ditambah lagi dia belum lulus kuliah.
.
Saat ini aku mungkin memang belum mencintai Rio tapi aku yakin cinta pasti bisa tumbuh setelah menikah nanti. Tiba-tiba aku senyum2 sendiri membayangkan pernikahan hihii.
Rio insya allah ikhwan yang baik, selama proses taaruf ini dia bersikap sopan. Gak pernah sekalipun bersikap kecentilan atau terlalu "cair". Dia hanya menghubungi hanya untuk hal yang penting. Murni untuk taaruf. Intinya dia sangat menjaga proses ini dan aku sangat respect akan hal itu. Usianya 30 tahun, lebih tua enam tahun dariku. Saat ini dia sedang kuliah S3 di saudi. Keren kan? Mungkin itu salah satu yang membuat aku mau melanjutkan proses ini. Kali aja aku bisa ikut ke saudi setelah menikah nanti hhe.
Awalnya proses taaruf ini diperantarai oleh Fani teman kuliahku yang suaminya bersahabat dengan Rio. Setiap email kukirim ke Fani, lalu Fani forward ke suaminya dari suami nya forward lagi ke Rio. Lama ya? Ya Harusnya emang begitu sih taaruf yang benar, semua komunikasi harus lewat perantara. Gak boleh kontak2an langsung kaya gini, tapi karena Fani sibuk banget dengan 2 batitanya akhirnya dia meminta untuk email langsung aja supaya prosesnya ga terlalu lama. Dia berpesan "Jangan bicarakan hal-hal lain di luar taaruf ini, aku percaya kalian" ujarnya.
.
Ting.. Notifikasi emailku berbunyi, dari Rio.

"Iya insya allah tidak apa-apa ukh ajak saja teman supaya gak terjadi fitnah juga. Ini ana kirim alamatnya ya. Mudah2an Allah meridhoi dan memudahkan proses ini"
.
Kulihat alamatnya, wah ini sih deket. Eh tapi Hani mau gak ya nemenin kesana. Segera ku kirim pesan ke Hani,
"Han, aku jadi mau ketemu Ibunya Rio"
Gak lama dia balas
"Yakin?"
"Iya yakin! Temenin yaa hehe"
"What?? Ogah!"
"Lah kenapa?"
"Ntar ibunya malah naksir aku haha"
"Waduh iya juga yaa kamu kan lebih cantik"
"Yaah baper deh..becanda lah Saaa akumah belum siap nikah masih mau kuliah lagi dan berkarir haha"
"Ah kamu..yaudah temenin yaa"
"Iya iyaa deh..kapan?"
"Akhir pekan ini deh"
"Wokee jangan lupa tarifnya perjam ciin haha"
"Beres!"
------
Tiba di rumah, suasana masih sepi. Orang tuaku belum pulang. Mereka bekerja di kedai makanan yang tutupnya jam 9 malam. Ayahku di bagian gudang dan baru-baru ini ibuku diangkat jadi kasir di kedai yang berbeda. Kakakku sudah lama pindah ikut suaminya. Rumahnya gak jauh, masih di sekitar sini.
Sekitar jam 9.30 malam orang tuaku pulang, Ketika makan malam aku memulai obrolan tentang taarufku ini.
"Yah..Bu Insya allah akhir pekan ini aku mau ketemu ibunya Rio"
"Oh yaudah.. Tapi kamu emang yakin mau nikah sama dia, ketemu aja belum"
"Insya allah yah, menurut ibu gimana?"
"Kalo kamu yakin yaudah ibu sih terserah kamu aja"
Aku lega karena orang tuaku ga banyak tanya mungkin karena udah lelah juga bekerja ya. Mereka awalnya agak aneh dengan proses ini tapi alhamdulillah lama-lama mengerti.
.
Tinggal sekarang aku yang mulai gugup, kira-kira gimana ya pertemuanku dengan calon mertua nanti?

BERSAMBUNG...

Jodohku (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang