4. Makrab

3.1K 642 75
                                    

Jungwoo baru saja tiba di sekolah. Ia tidak naik angkot tadi, melainkan diantar oleh ayahnya. Tasnya penuh dengan barang bawaanya, padahal ia hanya satu malam menginap disini, namun barang bawaannya terasa sangat banyak.

"Jungwoo,"

"Doyiii," itu Doyeon, teman sekelasnya. Doyeon galak, tapi dia baik.

Keduanya berjalan beriringan menuju kelas diselingi obrolan-obrolan ringan khas anak remaja.

"Woo, kamu tau ga, ternyata ya, kak Seongwu udah punya pacar huhu," Doyeon mengerucutkan bibirnya.

"Tau dari mana kamu?"

"Kemarin aku liat kak Seongwu ciuman sama kakak kelas yang badannya gede itu,"

"C-c-ciuman?" Hey, kenapa Doyeon bisa mengatakan hal itu dengan gampang. Bahkan hanya mendengar kata itu saja wajah Jungwoo sudah terasa panas sekarang.

"Iya, kamu tau ciuman kan? Itu loh yang bibir nempel bibir,"

"Ih Doyi, kita masih kecil. Jangan bahas yang kaya gini,"

"Bahas doang sih Woo, engga ngelakuin juga," Doyeon berucap malas.

"Ya tapi tetep aja, ish,"

Jungwoo dan Doyeon menghentikan langkahnya saat seseorang menghadang jalan di depan mereka. Padahal kelas mereka hanya tinggal beberapa langkah lagi.

"Minum ya," Lucas menyodorkan satu susu kotak coklat pada Jungwoo.

"Buat aku?" Jungwoo menerima susu kotak itu dari Lucas.

"Iya. Diminum ya," Lucas memberikan senyumnya sebelum ia berbalik dan berjalan menjauh.

Jungwoo tersenyum sembari menatap punggung Lucas yang terlihat tegap.

Doyeon melirik Jungwoo dan Lucas secara bergantian. Setelah beberapa saat, ia mengangguk, seolah mengerti apa yang terjadi.

~~~

Acara sudah dimulai sejak tadi pagi, acara hanya diisi oleh permainan-permainan. Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, dan seingat Jungwoo, kakak-kakak Osis bilang akan ada jurit malam.

Sebenarnya Jungwoo takut, sangat takut. Ia takut 'melihat mereka'. Bukan apa-apa, Jungwoo bisa merasakan 'kehadiran mereka' terkadang Jungwoo bisa 'melihat mereka', meskipun itu hanya bayangan atau hanya sekilas, tetap saja Jungwoo takut. Ia bahkan pernah 'melihat mereka' dengan jelas dua kali, saat kali kedua dia 'melihat' ia bahkan sampai kesurupan.

Jungwoo memegang erat tangan Hyunjin. Hyunjin ini bukan teman sekelasnya, namun karena kelompok ini dibentuk oleh kakak-kakak Osis, jadilah dia, Hyunjin, Jisung, dan yang lainnya, yang awalnya tidak saling mengenal, menjadi kenal karena ditempatkan dalam kelompok yang sama.

"Jungwoo, kamu ga apa-apa?" Hyunjin khawatir pada Jungwoo yang sedari tadi menggenggam erat tangannya, dan terlihat bahwa Jungwoo seperti ketakutan.

Jungwoo hanya membalas dengan anggukan.

Sekarang giliran kelompok mereka untuk naik kelantai dua, melakukan jurit malam. Jungwoo tidak melepas tangan Hyunjin sekalipun.

Mereka sudah melewati tiga pos dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh kakak-kakak Osis. Sekarang mereka sedang menaiki tangga untuk menuju lantai tiga, dan Jungwoo merasakan hawanya sudah tidak enak sejak ia menginjakkan kakinya pada lantai tangga pertama.

Jungwoo menghentikan langkahnya saat ia dan kelompoknya sudah hampir sampai pada pos 4. Suasannya beda, lehernya terasa panas, namun diwaktu yang bersamaan ia merasakan hawa dingin, nafasnya tersenggal-senggal.

"Jungwoo? Jungwoo hey, kamu kenapa?" Hyunjin menguncangkan tangan mereka yang sedari tadi bertautan. Teman-teman yang lain mulai memanggil Jungwoo.

"Euiwoong, panggil kakak-kakak yang ada di pos 4, cepet!" Euiwoong berlari memasuki pos 4.

"Hey!" Yerin, berseru marah ketika pintu itu dibuka secara kasar.

"Kak, Jungwoo kak!" Kakak-kakak Osis yang ada di sana berlari keluar mengikuti Euiwoong.

"Dek, kamu denger kakak?" Wendy menepuk-nepuk pipi Jungwoo.

"Vernon, lo gendong dia. Bawa ke Pak Siwon, cepet," Vernon menggendong Jungwoo lalu berlari.

"Wen, lo temenin mereka kebawah, pastiin mereka semua masuk ke aula,"

"Buat kalian, kalian kebawah ya, ditemenin kak Wendy," setelahnya Jaehyun dan Yerin berlari menuju pos 5, untuk memberitahukan acara jurit malamnya dibatalkan.

Jungwoo sudah berada di ruang guru, dengan Pak Siwon yang memegang tangannya, dan badannya yang bersandar pada Vernon.

"Jungwoo, istigfar Jungwoo,"

Nafas Jungwoo masih tersenggal-senggal, keringat sebesar biji jagung juga terlihat di dahinya.

"A- ash- hhh," Jungwoo ingin mengucapkannya, namun terasa sulit.

Setelahnya, Jungwoo tidak ingat apa yang ia lakukan setelah itu, ia tidak sadar.













Apa ini:')
Hanya untuk chap ini genrenya jadi horror/padahal ga ada takut-takutnya_-/ chap ini bener bener pernah aku alamin:) ini aku nulisnya merinding loh:) sebenernya masih panjang cuma aku takut nulisnya, jadi aku cut sampe sana aja:)

Maafkan kalau banyak typo:))

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang