02. Heartbreak

460 47 4
                                    

Author playlist If You Loved Me by Lee Hae Ri feat Zia

Sekeras apapun kau mencoba melarikan diri dari kenyataan, pada akhirnya kau akan tetap jatuh di tempat yang sama.

****

Aletta kembali melirik jam Guess yang melingkar dipergelangan tangan kirinya seraya menghembuskan napas bosan. Pandangannya menyapu ke segala penjuru bandara yang dipadati oleh orang-orang yang berlalu-lalang. Dia mulai kesal untuk terus menunggu, kentara sekali dari wajahnya yang kini mulai tertekuk masam.

Sejenak Aletta merogoh tas selempangnya, mengeluarkan ponselnya dan mendapati sebuah pesan manis yang dikirim Carol untuknya.

Aletta tersenyum membaca pesan tersebut, ia kemudian mengetikkan sesuatu di ponselnya untuk membalas pesan Carol.

Ketika Aletta mengutarakan rencananya untuk pulang ke Indonesia selama liburan, Carol sedikit tidak rela sebenarnya. Karena itu artinya, dia akan sendirian di flatnya selama satu bulan ke depan. Dan hal itu sungguh dibenci oleh Carol. Tinggal sendirian.

Aletta kembali berjalan seraya menarik koper besar yang sedari tadi berdiri di dekatnya, masih dengan pandangan menyapu ke sekeliling. Seseorang yang berjanji akan menjemputnya hari ini, tak kunjung datang, bahkan sudah lewat dari waktu yang mereka janjikan. Aletta kembali menatap ponselnya, jarinya dengan lincah kembali mengetik sesuatu di layar ponselnya.

"Seharusnya, aku naik taksi saja!" gerutunya seraya menghentakkan kakinya dengan kesal.

Saat langkahnya berjalan menuju ke arah pintu keluar bandara, suara nyaring dari arah belakang seketika menghentikannya. Aletta segera memutar tubuhnya dengan cepat, matanya menangkap sosok perempuan yang terpaut usia dua tahun lebih tua darinya—berlari ke arahnya, lengkap dengan senyum lebarnya.

"Kakak telat dua puluh lima menit," ujar Aletta seraya menunjuk pada jam tangannya. Gadis itu bersedekap, memandang Alena seolah hendak menghakimi perempuan itu karena keterlambatannya.

"Maaf, kami terjebak macet," pungkas Alena dengan wajah tanpa dosa, tak memperdulikan wajah masam yang masih ditunjukkan oleh Aletta untuknya.

"Kamu tidak akan marah, kan?" Alena melebarkan senyumnya, ia meraih sebelah lengan Aletta dan merangkulnya, membujuk adiknya itu untuk tidak marah.

Alena sangat tahu betul jika adiknya itu adalah orang yang sangat disiplin mengenai waktu. Bagi Aletta, waktu adalah segalanya. Namun, berbanding terbalik dengan Alena. Dia lebih menyukai melakukan semua hal tanpa perlu terburu-buru ataupun dikejar waktu. Menurut Alena, hidup itu harus di nikmati. Tak perlu terburu-buru.

"Aku sangat merindukanmu."
Kalimat Alena mengakhiri wajah masam Aletta. Mereka berdua saling berpelukan untuk sekedar melepas rindu.

"Kamu tahu, membuatmu pulang ke Indonesia adalah hal yang paling sulit," ujar Alena disertai decakan pelan.

Aletta tersenyum kecil mendengar gerutuan dari sang kakak. Dia tahu, bagaimana kerasnya usaha Alena setiap kali membujuk Aletta untuk pulang ke Indonesia. Alena merasa, lebih mudah membujuk keponakannya yang sedang menangis dengan sebatang permen dan sebuah balon. Dibandingkan harus membujuk Aletta untuk pulang setahun sekali.

Semenjak memutuskan kembali melanjutkan pendidikan S2-nya di salah satu universitas ternama di Paris, Aletta memang jarang sekali pulang. Dalam satu tahun, dia hanya akan pulang ke Indonesia selama satu kali. Itupun, setelah Alena membujuk Aletta dengan keras. Dan dua minggu yang lalu, Alena tidak perlu membujuk Aletta sekeras biasanya. Gadis itu bersedia pulang saat ia mengatakan akan menikah satu bulan lagi.

Neir The SeineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang