07

3.3K 343 7
                                    

"Taehyung ah, hentikan. Kau sudah mabuk." ucap Seokjin yang berada di samping Taehyung. "Dasar bodoh, jungkook ah bawa Taehyung pulang bersamamu. Tidak mungkin ia pulang dengan kondisi seperti ini. Nanti aku yang memberi tahu Eomma nya." perintah Yoongi.

"Kenapa harus aku hyung? " keluh Jungkook. "Jika bukan dirimu lalu siapa, yang lain juga sudah mabuk" ucap Yoongi. "Hyung sendiri bagaimana?" tanya Jungkook. Yoongi mengarahkan dagunya seolah menunjuk Jimin yang kini sedang meracau tidak jelas. Jungkook bergidik, "baiklah" . Jungkook segera menghampiri Taehyung dan memapahnya keluar dari sana "hyung aku duluan." ucap Jungkook yang di balas anggukan oleh Yoongi.

---
Sesampainya di kamar apartemennya, Jungkook menghempaskan tubuh Taehyung kasar. "Ughh, kau menyusahkan sekali hyung. "Ucap Jungkook sambil meregangkan otot ototnya.

"Hoam, " Jungkook menguap dengan lebarnya. Badannya segera ia jatuhkan di sebelah Taehyung. "Selamat tidur hyung" ucap Jungkook dengan mata sayup.

Pagi hari telah tiba, hiruk pikuk kota seoul sudah terlihat jelas. Semua orang sudah melakukan aktivitasnya seperti biasa, pergi bekerja, pergi sekolah ataupun melakukan aktivitas lainnya. Bukankah hidup memang seperti itu, pagi pagi kita harus bangun, mandi, pergi, pulang lalu tidur lagi. Huh, membosankan bukan? Tapi jika kita tak melakukan suatu pekerjaan kita akan tertinggal.

Sepertinya, tidak semua orang sudah melakukan aktivitas pagi ini. Nyatanya seorang pemuda masih meringkuk tertidur di kasur nya, lebih tepatnya kasur temannya. Wajahnya terlihat polos dan tampan namun beberapa luka yang sudah hampir mengering bertengger di wajah itu, meskipun luka itu tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Eugh" lenguh pemuda itu. Matanya mengerjab menyesuaikan dengan cahaya di depannya. Ia terlihat memegang kepalanya yang pening. Matanya terus menelusuri kamar yang tidak asing lagi untuknya.

"Jungkook ah" panggil  pemuda itu. Tak ada tanggapan dari panggilan itu. Dimana pemuda Jeon itu? Mungkin itu yang kini tengah di fikirkan Taehyung, ya, Kim Tehyung. Taehyung beranjak dari tempat tidur itu, ia melangkah menuju kamar mandi. Perutnya mual, ia ingin mengeluarkan sesuatu sepertinya. Kalian tau lah.

Setelah selesai dengan kegiatannya, ia berjalan menuju dapur berharap ada sesuatu yang bisa menghilangkan peningnya. Saat ia hendak membuka pintu kulkas ia melihat note disitu.

hyung, aku sudah menyiapkan aspirin di meja dapur. Minum itu! Aku tau kau pasti pusing. Kamu memang berat, sangat! Ya ya tidak usah berterima kasih, cukup traktir aku selama seminggu. Bye hyung aku pergi sekolah, aku akan mengurus semuanya.

Taehyung tersenyum melihat isi surat itu. Jungkook dan Taehyung sudah seperti saudara kandung. Bahkan ada yang bilang mereka kembar, karena dalam suatu hal mereka terlihat mirip. Orang tua mereka bahkan sudah dekat.

Bahkan banyak yang mengira mereka pasangan gay. 'Astaga bagaimana bisa mereka berfikiran seperti itu, padahal jika di depannya kini ada Hyolyn, Hwasa, Seoulhyun ataupun Jihyo dia akan ereksi. Taehyung ah, apa yang kau fikirkan.' Bantin Taehyung sambil senyum senyum sendiri.

Ia segera berjalan menuju meja dapur. Mengambil aspirin itu lalu memakannya. Setelah itu ia kembali lagi ke kamar untuk tidur. Ia sangat lelah.

----

Jennie kini berada di perpustakaan sekolah. Dia tidak membaca. Buku yang tadi ia ambil justru sekarang tergeletak di depannya. Ia melamun, mengingat pertengkaran kecilnya dengan Eomma nya pagi ini.

Flashback on

"Jen, segera turun. Kita sarapan" Teriak Eomma nya. Jennie yang mendengar itu segera turun untuk sarapan bersama Eomma nya. Senyum tak luntur sejak ia turun hingga kini ia duduk di kursi ruang makan. Ia merasa senang karena sangat jarang Eomma nya mengajak sarapan bersama. Biasanya Eomma nya sudah sibuk pergi ke butik keluarga mereka.

"Makan yang banyak jen" ucap Eomma nya sambil tersenyum. Hati Jennie menghangat , melihat senyum Eomma nya.  Jennie mengangguk dan memakan makanan dengan lahap.

"Jen, mulai sekarang kalau pulang sekolah kamu akan langsung di antar ke tempat les." Makanan yang tadinya sudah hampir Jennie lahap kini ia letakkan lagi. Apa yang di fikirkan Eomma nya ini.
"Kamu senang kan. Karena dua bulan lagi seleksi itu, maka kamu harus mempersiapkan dengan baik." tambah Eomma nya sambil tersenyum. Jennie tersenyum masam, 'tidak Eomma! Aku tidak senang' batinnya berteriak.

Nafsu makan Jennie benar benar hilang. "Eomma aku sudah selesai. Aku berangkat" ucap Jennie lalu berdiri dan membungkuk hormat kepada ibunya.

Flashback off

"Jen, Jennie" ucap seseorang lalu mencolek bahu Jennie. Jennie terperanjat, "ada apa chaeng, kau mengagetkanku." tanya Jennie kesal.

"Aku sudah memanggil mu sedari tadi. Tidak mungkin kan kalau aku teriak teriak di perpustakaan. Bisa bisa aku di hukum seperti waktu itu." jawab Rose. Jennie yang mendengar jawaban rose justru tekikik pelan. Mengingat  temannya ini pernah di hukum untuk mengurutkan buku buku besar menurut abjad di perpustakaan bagian belakang yang sangat sepi. Dan ketika kembali ke kelas rose sangat berantakan dan tanpa malu ia menangis di depan Jennie sampai sampai ingus nya keluar. Sampai sekarang hal itu menjadi bahan olok olokan oleh Namjoon. Mungkin di kelas unggulan hanya Namjoon dan rose saja yang suka ribut dan banyak melanggar peraturan.

"Jen, jangan menertawakan ku." ucap rose kesal. Jennie terdiam. " apa yang kau lakukan di sini.?" tanya Jennie. Rose yang seperti mengingat sesuatu segera membuka jaket dan mengeluarkan makanan yang tadi ia sembunyikan di situ. "Aku membelikanmu susu pisang dan juga roti. Kau harus makan, biar tinggi seperti aku." ucap rose sambil meletakkan susu pisang dan roti kesukaan Jennie di depan Jennie. "Makasih Chaeng." ucap Jennie

----

Jennie keluar dari ruang kelasnya bersama Rose. "Jen kenapa lesu begitu. Lapar?" tanya Rose. Jennie hanya menggeleng sebagai jawaban. "Ah tidak seru. Kenapa aku mau berteman denganmu yang jelas jelas bukan tipe sepertiku yang cerewet." ketus Rose. Jennie melirik tajam ke arah Rose. "Eh eh tidak. Itu karena kita saling melengkapi. Iya iya. Aku cerewet kau pendiam, aku tinggi kau pendek." ucap Rose cepat.

"Berhenti menyangkut kan segala hal dengan tinggi badanku." ucap Jennie yang di balas cengiran tak berdosa milik Rose. "Jen kau sudah dijemput sopirmu." ucap Rose sambil menunjuk mobil yang biasa menjemput Jennie. Muka Jennie kembali lesu. "Hey ada apa denganmu. Bukankah baik karena kau tidak perlu menunggu lagi." ucap Rose. Jennie mengangguk, "aku duluan" ucap Jennie lalu pergi meninggalkan Rose yang masih menatap punggung Jennie. Lalu mengecilkan bahunya.

Saat di perjalanan. "Non, saya akan mengantar Non ke tempat les." ucap supir Jennie. Jennie menghembuskan nafasnya kasar. Apa Eomma nya tidak berfikir Jennie perlu makan.

TBC~
Ada yang kangen ff ini?
Gue rasa yang baca semakin lama semakin dikit. Oke, mungkin ini karena gue jarang up nih ff. Gue maklumin.

Tapi yang udah baca please, gue butuh comment kalian gaes. Vote kalian juga penting. Jangan cuma jadi siders.

Pai💋

PERFECT (?) [KimTae X Kimjen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang