John P.O.V
Untuk sementara, Paul tinggal dirumahku. Kami jadi lebih sering bersama, bahkan, kami memiliki beberapa lagu.
"Paul!" Ucapku saat ia sedang memainkan bass nya bersama Stuart.
Ya, Stuart adalah pemain bass sampingan di band ini, karena kami adalah pemusik rock, jadi Paul belum terbiasa dengan kemahirannya.
"Hai, John!" Seru Best sambil melambaikan tangannya padaku.
Aku pun membalasnya, sedangkan George masih asik mencari kunci gitarnya.
Ya, Kami berlima sepakat untuk bertemu petang ini, karena aku ingin memberi suatu informasi menarik pada mereka.
"John, kemari lah, aku sedang mencari kunci untuk intro. Bisa kau bantu?" Ucap Paul.
Aku tersenyum padanya "tentu! omong-omong, aku punya informasi untuk kalian" aku menatap jail
Semua menatapku, begitupun George "Apa itu?!"
"Kau tahu orang kemarin yang menyuruhku bernyanyi di depan panggung kafe?"
Mereka memanggut dengan raut wajah penasaran "cepatlah! Aku penasaran ...!!!" Seru George
Aku terkekeh geli "kita akan manggung malam nanti ...!!!"
Sontak, ucapan ku membuat mereka menganga sempurna. "Kau serius ...?!!!"
Ku balas tatapan mereka dengan tatapan bingung. "Tentu saja. .emang mengapa?" Tanyaku polos.
Paul menggelengkan kepalanya sambil menggaruk tengkuknya yang kupastikan pasti tidak gatal. "Kau... Kita ingin menyanyikan lagu apa?"
Aku diam bergeming, dan mereka semua sedang berpikir.
"Ah! Bagaimana jika lagu yang kau buat kemarin John? Itu tidak terlalu rumit." Saran George. Semua memanggut setuju.
"Ah! Baiklah, kita berlatih sekarang!" Kemudian kami bersiap-siap untuk memainkan lagu love me do yang sudah kubuat tempo hari.
***
Kami berlima sudah siap di belakang panggung dengan keringat dingin yang mengucur di setiap pelipis. Degupan kencang melanda jantung kami bersamaan, Paul sedang berpikir untuk membawakan acara kami karena kami urus dia untuk menjadi pembawa acara band kami.
"Tenanglah, Paul." Stuart menenangkannya.
Paul menghembus nafas berat. "Aku kurang yakin."
Aku yang sedari tadi diam pun menghampiri mereka berdua dan menatapnya bergantian "kita adalah orang hebat. Jangan pernah merasa tidak yakin jika kau memang yakin. Kita bisa, Beat"
Mereka diam, hening pun datang. "Intro Pete! Introoo ...!!!!" Pete bergumam sendiri sambil memejamkan matanya. Semua nampak frustasi. Aku hanya bisa berharap bahwa kami bisa membuat semua ini lebih baik.
Manager acara pun datang. Pria botak yang ku ketahui wajahnya itu menghampiriku dengan sepatu hitam mengkilap nya. "Kalian sudah siap?"
Kami memanggut pelan.
"Rileks dan santai lah. Anggap panggung ini milik kalian." Jawabnya dan aku memanggut.
Dan waktu kami untuk tampil pun datang. Aku terlebih dahulu memimpin di depan, dan diikuti Paul, Best, George dan Stuart.
Kami pasang alat pengeras suara, dan saling berpandangan satu sama lain. "Saat ketukan kakiku mencapai tiga kali, itu tandanya kita akan memulainya. Mengerti?" Intruksiku.
Mereka memanggut, sedangkan Paul sudah memegang mikrofon dihadapannya. Berbincang sedikit pada pengunjung, yang terlihat menghiraukan ucapan Paul.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beatles
Fiksi PenggemarSelalu berfikir. itu yang aku lakukan. Berfikir untuk mencari hal yang baru. Biarkan aku berimajinasi disini. Bersama mimpi mimpi ku. Dan, mimpi mimpi itu tak akan ku biarkan lenyap begitu saja.-JohnLennon