Chafter 10

2K 138 15
                                    

"Bagaimana jika makan malamku adalah dirimu?"

Luhan sontak menendang kaki Sehun saat Namja berwajah datar itu meniup telinganya. Membuat Sehun berteriak kesakitan, karena Luhan menendangnya tepat pada bagian tulang keringnya.

"Ya! Kenapa kau menendangku! Kau pikir ini tidak sakit" Kesal Sehun yang disusul dengan ringgisan kesakitan. Tangannya terus mengusap bagian yang ditendang Luhan. Sedangkan si pelaku hanya mengedikan bahunya acuh.

"Kau yang memulainya, jadi aku hanya mengikuti alur saja" jawab Luhan seraya pergi meninggalkan Sehun yang tengah meringgis kesakitan.

*****

"Sehun, ayo turun! Aku sudah buat sarapan" teriak Luhan didepan kamar tamu yang dipakai Sehun. Semalam setelah Luhan menendang tulang kering Sehun, ia langsung pergi ke kamarnya dan makan malam dengan persediaan makanan ringan miliknya. Tanpa memperdulikan Sehun yang entah makan malam dengan apa.

Tidak lama kemudian pintu didepannya itu terbuka, menampakan seorang namja tinggi dengan tampang datarnya. Tanpa menunggu jawaban Sehun, Luhan langsung saja pergi turun ke lantai bawah. Yang diikuti Sehun yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

Hari ini mereka sarapan dengan nasi goreng buatan Luhan, dan segelas susu. Sehun tidak mengatakan apapun, begitupun dengan Luhan. Keduanya sama-sama terdiam dan focus pada makanan masing-masing. Hingga akhirnya Luhan selesai lebih dulu.

"Simpan saja ditempat cuci piring jika kau sudah selesai. Aku berangkat dulu" pamit Luhan, setelah mencuci piringnya.

"Kenapa tidak berangkat bersama?" Tanya Sehun yang membuat langkah Luhan terhenti. Gadis bertubuh mungil itu membalikkan badannya agar dapat berhadapan dengan Sehun yang tengah menatapnya.

"Aku tidak ingin merepotkanmu. Lagi pula aku bisa naik bus" jawab Luhan. Berbalik dan mulai kembali melangkah. Namun terhenti lagi saat Sehun menarik tangannya.

"Kau sudah membuatkanku sarapan. Jadi sebagai gantinya aku akan memberimu tumpangan" Sehun menarik tangan Luhan dan membawanya ke dalam mobilnya, tanpa menunggu jawaban sang pemilik tangan. Luhan juga tidak bisa menolak karena ia sudah duduk dengan rapi dikursi penumpang dan Sehun disampingnya.

"Emm, aku minta maaf soal semalam. Aku tau aku sudah keterlaluan, seharusnya aku tida-"

"Tidak perlu minta maaf. Aku sudah melupakannya"potong Luhan. Ia tidak ingin mengingat kejadian semalam yang selalu saja membuat pipinya memerah.

Tidak ada yang bersuara lagi, hingga beberapa menit kedepan keduanya sama-sama terdiam. Sehun focus dengan jalan didepannya, sedangkan Luhan focus pada buku pelajaran yang tengah dibacanya.

"Luhan" panggil Sehun membuat Luhan mengalihkan perhatian dari bukunya. Namja albino itu terlihat gugup dan gelisah ditempat duduknya, membuat Luhan menyeritkan dahinya bingung.

"Ada apa?" Tanyanya saat Sehun tak kunjung bicara. Sehun terlihat tengah mengumpulkan keberaniannya, membuat Luhan semakin menautkan alisnya.

"Mengenai Ciuman di taman waktu itu..."

Pipi Luhan tiba-tiba saja memerah ketika mendengar ucapan Sehun. Semua materi pelajaran yang tadi dibacanya hilang begitu saja. Digantikan dengan bayangan-bayangan kejadian dimana Sehun menciumnya.

"Sungguh aku tidak tau apa yang membuatku tiba-tiba saja menciummu. Yang jelas aku ingin-"

"Berhenti. Turunkan aku disini" potong Luhan yang sontak membuat Sehun menghentikan mobilnya. Padahal jarak Sekolah mereka masih jauh.

Love Or Hate (Hunhan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang