Luhan menghela nafas melihat rumahnya yang terlihat seperti kapal pecah. Sampah cemilan dimana-mana, remah-remah makanan berceceran, dan yang paling membuat Luhan kesal adalah tumpukan piring kotor yang ada diatas meja. Padahal awalnya rumahnya bersih dan rapih, tapi setelah teman-temannya datang, semuanya jadi hancur dan berantakan.
Dengan kesal Luhan membersihkan semua sampah dan remah-remah makanan yang berserakan dilantai. Lalu membawa semua piring kotor ke bak tempat cuci piring. Padahal ia sangat lelah saat ini, namun mau bagaimana lagi. Siapa yang akan membersihkan rumahnya jika ia istirahat sekarang.
Ketika Luhan tengah mencuci piring, Sehun tiba-tiba saja muncul dengan penampilan kusut khas orang baru bangun tidur. Lalu namja berahang tegas itu membuka kulkas dan mengambil sekaleng soda dingin.
"Mereka sudah pulang?"
Luhan mengangkat kepalanya yang tengah menunduk untuk membersihkan lantai saat mendengar suara Sehun. Bibirnya yang tadinya tertutup rapat kini tertawa lebar ketika melihat penampilan Sehun yang acak-acakan.
"Hahaha... rambutmu terlihat lucu" ucap Luhan menunjuk kearah rambut Sehun yang kusut dan berantakan seperti sarang burung. Sedangkan Sehun sendiri hanya memasang wajah datar, lalu dengan santainya duduk diatas sofa tanpa memperdulikan penampilannya.
Luhan yang memang tengah jongkok didepan sofa hampir saja terjatuh saat Sehun mendorongnya ketika akan duduk di sofa. Merasa tidak terima, Luhan mengambil sapu yang berada tidak jauh darinya lalu memukulkannya pada paha dan kaki Sehun.
"Ya! Hentikan! Itu sakit, Ya! Ya!" Teriak Sehun. Luhan terus memukul seolah-olah telinganya tidak mendengar teriakan demi teriakan yang Sehun ucapkan. Namun tangannya tiba-tiba berhenti ketika Sehun memegang ujung sapu lainnya.
"Kenapa kau memukulku?" Tanya Sehun. Mencengkram erat ujung sapu yang dipegangnya ketika Luhan berusaha menariknya.
"Karena kau sangat menyebalkan!" Jawab Luhan lantang.
"Kau dapat melihat dengan jelas jika aku ada didepanmu, tapi dengan santainya kau malah mendorongku dan duduk disana tanpa minta maaf" lanjutnya menunjuk kearah sofa yang tengah Sehun duduki.
"Aku tidak tau kau ada disana. Salahkan saja badan mungilmu yang tidak terlihat itu" bela Sehun.
Wajah Luhan memerah pertanda jika ia benar-benar marah. Lalu dengan kasar ia menghempaskan sapu yang dipegangnya, sehingga Sehun hampir saja melemparkan sapu itu karena terlalu kaget.
Tanpa berkata apapun Luhan pergi meninggalkan Sehun, membuat namja tinggi berahang tegas itu mengerutkan dahinya bingung. Biasanya Luhan akan terus beradu mulut dengannya sampai salah satu diantara mereka kalah. Tapi tiba-tiba saja yeoja bermata rusa itu pergi tanpa sepatah kata pun.
Luhan menutup pintu kamar, lalu menguncinya. Lalu dengan kasar ia menghempaskan tubuhnya keatas ranjang kesayangannya. Wajahnya memerah dan jantungnya juga berpacu dengan cepat. Hingga tanpa sadar air mata mulai mengalir dipipinya.
Sungguh ia bingung dengan perasaannya sendiri sekarang. Disatu sisi ia membenci Sehun, namun disisi lain ia sangat mencintainya. Bahkan sangat sulit baginya untuk bersikap acuh didepan namja berahang tegas itu. Ia ingin terus bersama dan bercanda dengannya, tapi ia tau jika ia menuruti keinginannya itu maka cintanya akan semakin bertambah. Sedangkan yang ia inginkan saat ini adalah cara untuk menjauh dan melupakan Sehun.
Mungkin karena tubuh dan pikiran Luhan sudah berkerja keras hari ini, ia sangat lelah hingga tanpa sadar ia tertidur dengan air matanya yang masih belum mengering.
***
Sekarang sudah pukul 9 malam tapi Luhan masih belum keluar dari kamarnya, padahal gadis itu belum makan malam. Karena khawatir akhirnya Sehun menghampiri kamar Luhan dan mengetuk pintunya, tapi tidak ada jawaban.
"Lu kau baik-baik saja kan??" Teriaknya, namun lagi-lagi tidak ada jawaban.
"Luhan cepat jawab aku atau aku akan mendrobrak pintunya sekarang juga!" Teriaknya lagi dan masih tidak ada jawaban.
Tanpa pikir panjang Sehun mendrobrak pintu kamar Luhan dan ketika terbuka ternyata gadis itu tengah tidur nyenyak diatas ranjangnya. Sehun menghembuskan nafas, lega karena Luhan ternyata baik-baik saja. Ia baru saja akan pergi namun langkahnya terhenti ketika melihat bekas air mata yang sudah mengering dipipi Luhan.
Perlahan namja tinggi itu berjalan mendekat ke arah Luhan lalu diam tepat disamping ranjang tempat Luhan sedang tertidur. Matanya menatap lekat wajah Luhan yang terlihat semakin tirus, padahal dulu gadis itu sangat gemuk dan pendek. Namun kini dia tumbuh menjadi gadis cantik yang manis dan lucu.
Tanpa disadari tangannya terangkat mengelus bekas air mata yang ada dipipi gadis itu. Apakah Luhan menangis lagi karena dia? Tanyanya dalam hati.
Dulu hubungan mereka sangat dekat hingga sulit untuk dipisahkan, namun entah sejak kapan hubungan itu mulai renggang dan tanpa sadar semakin menjauh. Ia tau jika selama ini Luhan selalu memperhatikannya, tapi entah kenapa ia selalu berusaha untuk pura-pura tidak tau.
Ia tidak menyukai Luhan, tapi ia juga tidak ingin Luhan dekat dengan orang lain. Hatinya benar-benar sangat kacau ketika Luhan berada bersama Namja lain. Ia juga sampai memutuskan Nayeon dengan alasan tidak jelas hanya karena perasaannya yang tidak karuan.
Tangannya yang sejak tadi menyentuh pipi Luhan kini mulai turun ke arah bibir tipis yang entah sejak kapan selalu menjadi perhatiannya. Bibir yang selalu merenggut ketika marah dan cemberut saat kesal itu telah berhasil menarik perhatiannya.
"Eungghh..." Lirih Luhan ketika merasakan sesuatu yang menyentuh wajahnya. Sehun yang terkejut karena lirihan yang tiba-tiba itu sontak berdiri bersiap untuk kabur jika Luhan terbangun. Namun Luhan hanya membalikan wajahnya kearah lain yang membuat Sehun menghembuskan nafasnya lega.
Karena ia sedang berada disini kenapa tidak sekalian saja ia melihat-lihat kamar Luhan. Ketika sedang asik melihat poto-poto masa kecilnya bersama Luhan tidak sengaja matanya melihat sebuah buku diary yang ada diatas meja. Awalnya ia ragu untuk membukanya, namun rasa penasarannya lebih besar hingga akhirnya ia membuka diary itu.
Date : 10 Januari 20xx
Sebenarnya apa yang dia inginkan?? Disaat aku berusaha untuk melupakannya dia malah semakin menarikku jatuh pada pesonanya, semakin terpelosok kedalam cintaku padanya.
Aku ingin melupakannya, dan memulai kehidupan baruku. Tanpa dia dan perasaanku padanya. Tapi kenapa semakin aku berusaha keadaan semakin tidak memihak padaku.
Apa yang telah aku lakukan sampai dia sangat membenciku?.
Aku memang mencintainya, tapi aku juga mungkin bisa membencinya sebesar cintaku padanya.
Luhan
END
Halloooo semuanya....
Aku kembali lagi setelah hampir 2 tahun. Jujur aku udah lupa sama ceritanya, jadi ini juga gak tau nyambung apa engga tapi aku usahain buat Up.Karena aku udah engga ada Feel sma cerita ini dan yang lainnya, jadi aku mau buat remake cerita ini ke yang versi baru. Pasti banyak perubahan, tapi aku usahain engga jauh dari cerita aslinya.
Terus karena aku mau buat ceritanya ke yang lebih lokal, jadi aku mau ganti nama para Uke nya jadi yang lebih lokal. Tapi engga jauh berbeda lah.
Aku juga buat cerita baru, cek aja ya.
Pokoknya makasih udah mau baca karya aku yang masih baru ini, semoga kedepannya aku bisa lebih baik lagi dalam membuat ceritanya. Jadi nantikan ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Hate (Hunhan GS)
Fanfiction"Aku memang Mencintaimu! Tapi bukan berarti aku tidak bisa Membencimu!"_Lu Han "Aku Membencimu! Tapi aku juga Mencintaimu!"_Sehun "Cinta dan Benci memang sebuah perasaan yang sulit untuk dipisahkan" Hunhan/Ff/Gs/Romance/Sad/Hurt Exo/Seventeen/WannaO...