SM - 3

55 3 0
                                    

Suatu saat kau mungkin harus menghadapi kenyataan pahit didalam hidup.
.
.
.
.

"Fer!" Ferly menoleh. Ia
melambaikan tangan pada sosok jangkung tengah yang memanggilnya. Kelas XI IPA 2 sedang free pada jam-jam ini. Jadi, Ferly memutuskan bersantai sejenak menyeruput es jeruk di siang hari yang panas di kantin. Beberapa teman sekelasnya pun terlihat asyik menikmati makanan yang mereka pesan untuk mengisi perut yang keroncongan.

"Hai, bro! Mau gabung?"

"Sialan lo, nyet!" Arga datang, lalu berdiri disamping Ferly. Sorot matanya seakan ingin menelan Ferly hidup-hidup sekarang.

"Yaelah, lo kenapa sih dateng-dateng sewot gitu?" Dengan wajah pura-pura tidak tahunya, Ferly nampak lebih menjengkelkan di mata Arga. Jujur, Arga ingin sekali melempar Ferly ke kandang sapi. Biar dia bergabung dengan saudara-saudaranya yang setampan Ferly.

"Lo 'kan yang nyuruh cewek aneh itu nyium gue?" Tanpa basa-basi, Arga memang tahu itu semua akal-akalannya. Apalagi di OSIS, dia menjabat sebagai wakil ketua dan tatib dimana semua terasa mungkin jika Ferly melakukan keusilannya.

"Lo nggak perlu marah-marah gitu, Ga. Santai. Gue mau sepupu tersayangku ini nggak jomblo melulu. Kalo lo nggak mau, Saraswati buat gua aja nggak papa kok." Satu pukulan keras mendarat di lengan Ferly. Si korban hanya meringis, tak berani melawan balik.

"Shit! Tapi ya nggak perlu acara cium-cium juga, 'kan."

"Lo pacaran cuma sekali, itupun naas lagi." Ferly menepuk pundak Arga pelan, menggeleng-gelengkan kepala. "Langka banget seorang Arga, cowok ganteng nan genius ini dicium cewek...." Ferly memegangi perutnya sambil tertawa meledek. Arga hanya diam mendengus kesal. "Apa jangan-jangan lo belum move on dari Floe, ya?"

"Ck, bisa nggak lo jangan bahas dia lagi, Fer?" Nama itu. Lagi-lagi dia mengungkit masa lalu yang ingin sekali Ferly lempar jauh-jauh dari memorinya.

"Suka-suka gue lah." Jawabnya santai sambil menyeruput es jeruknya kembali.

"Nih! Kesel gue bawanya." Pras tiba-tiba muncul disamping mereka, lalu menaruh semua bunga, surat, dan coklat milik penggemarnya Arga dan Ferly. "Punya temen ganteng kayak kalian, nyusahin tau. Gue jadi kena imbasnya gini, mereka pikir gue pengantar barang apa."

"Elah, bilang aja lo ngiri 'kan sama kita. Makanya, orang ganteng tuh pasti dikejar-kejar. Lo berusaha kek jadi orang ganteng." Ferly tersenyum bangga. Pras ancang-ancang memukulinya dengan sendok di atas meja kantin, tapi pukulannya selalu dapat dihindari Ferly. "Hahaha..."

"Lo jangan tingkah aneh-aneh apalagi nyuruh orang buat nyium pipi gue sembarangan. Gue jites, abis lo! Inget itu!"

"Berarti kalo di pipi ogah, mau dong dicium cewek cantik disini?" Ferly menunjuk bibirnya. Arga melotot dan kekesalannya memuncak pada sepupu sekaligus sahabat karibnya itu.

Pletak......

"Aw aw...! Kampret lo, Ga. Sakit tau!" Arga sudah pergi entah kemana setelah menjitak dahi Ferly. Pras terbahak-bahak melihatnya.

"Woi! Main pergi aja, lu!" Pras menonyor kepala Ferly juga, membalas ucapan pahitnya tadi.

"Eh, denger-denger lo tadi nyebutin nama Saraswati. Lo suka sama tuh anak?"

"Kenapa emang?"

"Lo sinting apa suka sama cewek abnormal kaya gitu? Gue tau dia manis, tapi kelakuannya? Bikin gue pusing, Fer."

"Yang pusing elo, 'kan? Bukan gue." Jawabnya kelewat santai, tak terlalu mempedulikan hal itu.

"Iye, gue ngerti. Tapi banyak kok yang naksir sama lo, secara lo itu populer. Cari ajalah cewek lain."

Stay MagicalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang