SM - 5

43 3 0
                                    

Arga membuka matanya perlahan. Pusing masih melanda kepalanya. Dia melihat sekeliling. Ruangan serba putih, berbau obat dan minyak kayu putih yang tajam. Apalagi kalau bukan ruang UKS. Seingat Arga, sesuatu yang keras membentur hidung dan dahinya. Lemparan kuat yang sampai membuatnya mimisan—sebuah bola basket.

"Udah bangun?" Suara gadis tersebut membuyarkan lamunan Arga.

"Kenapa lo ada disini?"

"Nungguin lo sadarlah."

"Bukannya lo sengaja lempar bola ke gue? Ngapain masih disini?"

"Bener sih. Tapi gue masih punya tanggungjawab atas apa yang gue lakuin. Daripada elo, tau-tau ngelempar bola ga pake mata malah pake dengkul." Dia langsung menatap dingin Saras, sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah tak berdosa. Arga kemudian berpikir sejenak.

"Lo kena bola yang tadi gue buang?" Dibalas anggukan mantap oleh Saras.

"Nih, minum!" Saras sedang menyerahkan segelas teh hangat. Arga memerhatikan Saras. Tepat dimana saat Saras menatap balik manik Arga, kedua bola mata abu-abu dan hitam pekat itu bertemu. Sorot kekaguman muncul dari mata Arga, saat memandang keindahan manik abu-abu yang bersinar akibat cahaya menerpanya. Cukup lama, seakan mencari celah lain untuk menyusup ke dalam.

"Apa liat-liat?" Ucap Saras yang akhirnya memutuskan kontak antara keduanya.

"Gue punya dua mata yang masih berfungsi dengan baik, terserah gue mau liat apapun."

"Jangan-jangan lo suka sama gue, ya?"

"Cih, bangga banget. Wajah lo aja bikin gue enek."

"Tampang lo itu bikin gue mau muntah dari tadi. Cowok apaan yang kena bola basket mimisan terus pingsan. Cih, alay amat lu."

"Tuh mulut lo kasih makan cabe berapa ton tiap hari? Dasar cebol." Ledek Arga setelah melirik sekilas tinggi badan Saras yang memang lebih pendek dari rata-rata siswi SMA pada umumnya.

"Mulut mulut gue napa lo sewot." Saras malah menjulurkan lidahnya, berusaha meledek pria dihadapannya.

"Sopan santun lo kemana? Apa hilang barengan sama tinggi lo, cebol?"

"Ck, mending gue balik aja ke kelas, males gua disini."

Saras melangkahkan kedua kakinya melewati ranjang tempat Arga yang tengah duduk sekarang. Arga menarik senyum disudut bibirnya, menyadari akan sesuatu peristiwa yang pernah berlalu. Tiba-tiba, dia menyentuh lengan Saras.

Grep....

Ditariklah cepat Saras kepangkuannya. Sontak hal itu membuat Saras merasa sangat kaget. Apalagi setelah tangan Arga melingkari dan mengunci tubuh Saras dalam dekapannya, membuat ketidaknyamanan direlung hati pemilik mata abu-abu itu.

"Ish...lepasin! Tangan lo kurang ajar banget, sih!" Saras terus memberontak, tapi Arga malah mengeratkannya.

"Oh, iya? Kamu lupa kalo waktu itu pernah nyium aku? Itu kurang ajar apa bukan namanya?"

Mampus gue. Padahal gue udah lupa sama kejadian itu. Mana si cowok alay ini malah inget lagi.

"Itu bukan karena gue pengen kali. Ferly, temen sialan lo yang nyuruh!"

"Gue tau kok."

"Kalo udah tau, harusnya lo lepasin gue!"

"Enggak, karena sekarang aku harus balas dendam." Ujarnya berseringai.

"Ba-balas dendam?" Bulu kuduk di leher Saras berdiri. Entah kenapa dia berfirasat tidak enak akan kalimat itu.

"You will get a kiss from me too."

Stay MagicalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang