Arga menghela napas kasar. Dia memilih melangkahkan kakinya, meninggalkan kelas X IPA 4. Tapi langkahnya terhenti setelah teriakan seorang cewek menggema ditelinganya.
"Itu punya gue! Kembaliin!" Saras berlari menghampiri Arga yang terdiam ditempatnya. Dia harus mendapatkannya, karena sepatu itu baru dibeli sekitar tiga bulan yang lalu sebelum masuk sekolah. Tentu saja Saras tidak akan menyia-nyiakan kerja keras ayahnya untuk membelikan dia sepatu baru dengan harga yang terbilang cukup mahal.
"Lo seneng banget cari masalah sama gue." Kata Arga sinis.
"Gue nggak cari masalah. Siapa lagian yang suka kena masalah? Masalah itu dateng sendiri, gue nggak pernah minta tau!"
"Malah ceramah lagi." Gumamnya.
"Gue nggak budeg ya, Arga."
"Gue kakak kelas lo, Ras. Jangan main-main." Peringat Arga.
"Lo aja yang baper, cuma kena sepatu aja bawel amat."
"Lo pikir kena sepatu sama kayak ketiban kapas? Sakit njir, mana lo ngelemparnya keras banget lagi!"
Sekarang sudah banyak anak yang melihat perseteruan dua manusia beda jenis itu. Kebanyakan iri pada Saras, karena dia bisa dekat dengan Arga yang tak lain casanova di SMA tersebut. Arga sudah menahan emosinya di ubun-ubun, paling tidak suka jika dirinya menjadi pusat perhatian. Apalagi cekcok dengan Saraswati menambah tekanan batin saja.
"Elah, gue nggak peduli. Mana sepatu gue! Sini!" Saras berusaha meraih sepatunya. Namun nihil, tingginya takkan mampu menandingi tinggi tubuh Arga.
"Ambil aja kalo bisa!" Ucapnya enteng.
Saras sudah kelelahan berusaha mengambil sepatunya. Bisa saja dia menendang dan meninju wajah Arga kalau diperbolehkan. Tapi dia yakin pasti akan kena dua masalah lebih besar, amukan para fans Arga atau peringatan dari guru BK. Tidak, dia tidak mau itu sampai terjadi. Dia harus menjaga nama baik dirinya terlebih sang ayah.
Bukan Saras kalau tidak punya akal. Dia berusaha menemukan cicak di dinding. Tapi tak ada satu pun yang nampak. Oke, ajian pamungkas yang tiba-tiba keluar dari otaknya membuat Saras bergidik ngeri. Rasanya tak ada cara lain, dia harus melakukannya.
"Kembaliin nggak!" Dengan berani, Saras menarik kuat kerah seragam Arga. Menatapnya sinis. Arga sama sekali tidak takut, dia malah tersenyum miring.
Kali ini, Saras berseringai. Dirinya berjinjit, langsung saja ditariknya rambut Arga dengan ganas.
"Aaaww.. rambut gue!"
Yang lebih menghebohkan lagi, dengan cepat Saras mencium rahangnya. Refleks, tangannya pun melonggarkan jambakan pada rambut Arga. Semua murid terbengong-bengong, menatap mereka tak percaya. Arga terpaku dan tidak berontak.
"Aduh, Arga gue nggak suci lagi!"
"Adek kelas kurang ajar!"
"Huaa...kesayanganku! Arga gantengku!"
"Saras kurang ajar! Modus!"
"Pacar gue tuh, ihh..."
"Pengen jambak cewek tengil itu!"Begitulah teriakan heboh penggemar Arga. Tak lama, Saras menggigit rahangnya seenaknya. Saat Arga kesakitan, secepat kilat memungut sepatunya yang sudah terlepas dari tangan Arga, lalu berlari menuju kelas. Dia yakin Arga tidak akan mengejarnya karena bel masuk telah berbunyi.
"Awas lo!" Ucap Arga sambil meringis, mengelus rahangnya.
"Kakak nggak papa?" Tanya beberapa siswi yang mulai menggerombolinya. Arga menatap tajam mereka semua, lalu meninggalkan keramaian itu.
*********
"Saras hebat emang."
"Lo pengen gue lempar ke ring apa gue jatuhin dari gedung sebelah hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Magical
Teen FictionSemua memang terasa berbeda ketika kamu hadir dalam kehidupanku. Terima kasih untuk semuanya, kamu adalah suatu hal yang 'stay magical' bagiku selama-lamanya. Aku selalu menyimpanmu dalam hatiku _AGS