💦Chapter 15

337 29 1
                                    

Siang yang tidak terlalu terik oleh sinar mentari, angin berhembus tidak begitu kencang menerbangkan sehelai dua helai rambut hitam pekat milik seorang namja bergigi kelinci. Di sampingnya seorang namja lain yang merangkulnya. Selama kurang lebih dua jam berada dalam kelas dan memahami beberapa pelajaran yang diberikan oleh guru membuat perut keduanya lapar, namun tak hanya itu tujuan keduanya pergi ke kantin. Tapi ada satu hal lagi yang menjadi tujuan mereka.

"Hyung !"

Jungkook duduk di kursi kosong sebrang Jin, sementara Taehyung duduk di depan Namjoon. Mereka sepakat untuk istirahat bersama, selain itu mereka juga harus membicarakan hal yang penting.

"Ahjumma, mie sedap kari spesialnya dua !" Teriak Taehyung kepada ahjumma kantin.

Namjoon sedang makan semangkuk seblak, Jin sedang melahap habis cilor porsi banyaknya. Seperti sebuah kebiasaan, mereka selalu mengutamakan makan terlebih dahulu sebelum memulai pembicaraan. Setelah kenyang barulah mereka bisa puas berbicara, lagipula sebuah kebetulan setelah istirahat semua guru akan mengadakan rapat sehingga semua menjadi freeclass.

Tak lama kemudian ahjumma kantin datang membawa dua mangkuk berisi mie sedap kari spesial berlalu meletakannya di depan Taehyung dan Jungkook.

"Gomawo ahjumma..." kata Jungkook seraya membayar makanannya, begitupun Taehyung.

Taehyung dan Jungkook sama sama langsung melahap makanan mereka, karena kebetulan mereka lewat kelaparan jadi makananpun cepat habis dalam waktu kurang dari tiga menit.

"Kalian kira sedang lomba makan !" Kata Jin melihat dua dongsaeng nya yang sudah seperti belum makan selama satu bulan.

"Mianhae hyung... aku sedang lapar !" Ucap Taehyung seraya mengambil tisue dan mengelap bersih sisa kuah mie di sekitar mulutnya.

"Biar gue tebak ! Jimin tidak masuk sekolah ?!" Kata Namjoon yang habis meminum es jeruknya.

"Ne, Jimin tidak masuk sekolah..." ucap Jungkook dengan nada yang lesu. Sejujurnya dari kemarin Jungkook merasa tidak enak kepada Jimin, seharusnya ia yang terkena peluru itu tapi malah Jimin yang kena.

"Oh, iya ! Bagaimana ketika kau mengantar Jimin pulang ?" Tanya Jin kepada Namjoon di sampingnya.

"Maksudmu ?" Namjoon mengerutkan dahi, mencoba memahami arah pembicaraan Jin. Namun ia memilih bertanya agar lebih simple.

"Apa kata orang tua Jimin melihat anaknya yang pulang dengan perban di lengan !" Jin mempertegas ucapannya, kesal menatap Namjoon yang tiba tiba menjadi lemot, padahal ia sangat tau kalau Namjoon termasuk siswa pintar dan selalu mendapat juara di kelasnya.

"Oh itu..."

Flashback on

Mobil Jimin memasuki pekarangan rumahnya yang luas, dari pertama kali melihat rumah Jimin, Namjoon sudah bisa menebak kalau orang tua Jimin adalah holkay.

Namjoon keluar lebih dulu dari dalam mobil diikuti Jimin yang terlihat kaku dalam menggerakan tangannya yang di perban. Awalnya Namjoon sempat takut untuk mengetuk pintu, namun Jimin meyakinkan Namjoon kalaj tidak akan terjadi apa apa.

"Gwenchana hyung... apakah ada masalah ?!" Tanya Jimin.

"Anniya, hyung hanya takut eomma mu marah karena melihat anaknya pulang dengan perban di lengan !" Jimin terkekeh kecil mendengar ucapan Namjoon.

"Mengapa tertawa ?" Tanya Namjoon.

"Tidak apa apa ! Ketuk saja pintunha hyung atau aku yang mengetuk !"

Love YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang