💦Chapter 21

223 20 1
                                    

Jungkook tengah terduduk di samping Jenika, ngomong ngomong Jenika sudah tersadar beberapa jam lalu, setelah sebelumnya ia menjalani operasi kecil dan tidak sadarkan diri seharian karena pengarus obat bius.

Sebuah ponsel kini melekat di telinga Jungkook.

"Noona, noona tidak baik baik saja eomma hiks..."

Ya, Jungkook menangis, entah sudah keberapa kali ia menangis semenjak kejadian Jenika yang ditusuk di rumahnya.

"Sudahlah Kookie, jangan menangis, apa kau tidak lelah terus terusan mengeluarkan air mata itu?"

Jungkook tidak merespon, masih mendengarkan suara disebrang telfon sana.

Klik!

Telfon terputus, Jungkook tertunduk diam, entahlah pikirannya kacau, ia ketakutan sekarang, tapi disisi lain ia juga bingung, tidak ada yang bis dilakukannya sekarang.

"Eomma bilang apa?" Jenika bertanya, sambil perlahan menarik tangan sang adik agar duduk di ranjang nya.

"Besok mereka akan pulang." Jawab Jungkook sambil menunduk.

"Seharusnya kau tidak perlu memberitahu appa dan eomma Kookie-ah ! Noona baik baik saja !"

Jungkook menggeleng, hal yang bodoh, bagaimana bisa ia tidak memberitahu orang tua mereka saat sang kakak hampir saja kehilangan nyawanya.

"Noona tau, kau ketakutan Kookie !"

Jenika menarik Jungkook kepelukannya, Jungkook pun balas memeluk, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Jenika, ia menangis. Jungkook sangat menyayangi Jenika, satu satunya orang yang selalu ada disampingnya, karena orang tua mereka selalu sibuk bekerja, bahkan Jungkook tak ingat kapan terakhir kali mereka menghabiskan waktu bersama.

"Mianhae noona ! Kookie tidak bisa menjaga noona seperti pesan appa !"

Jenika mengelus lembut surai hitam Jungkook. Ia sendiri merasa gagal menjadi seorang kakak, cerita Taehyung dan Jimin ditempo hari selalu menghantui fikirannya, dimana Jungkook yang tidak baik baik saja.

Sepertinya mereka mengambil keputusan yang salah untuk pindah ke Seoul.

***

PLAK!

Pipi kirinya terasa perih dan kebas dalam waktu bersamaan, bahkan kini terlihat memerah kontras dengan kulit putihnya. Jungkook tertunduk tak berani menatap sang appa yang kini ia pastikan tengah menatap tajam ke arahnya.

Sementara itu, Jenika dan sang eomma menatap tak percaya kejadian barusan, appa mereka yang tiba tiba masuk dan langsung menampar si bungsu. Tadinya ia kira akan ada senyuman dan pelukan hangat, namun naas, itu semuanya hanya hayalannya.

"Kau anak tidak berguna !"

Jungkook masih menunduk, menangis dalam diam. Pipinya sakit, namun hatinya jauh lebih sakit saat salah satu orang yang amat ia sayangi menganggapnya tidak berguna.

"Bagimana bisa kau membiarkan noona mu hampir mati !"

Tuan Jeon menggebu, dadanya naik turun mencoba menetralkan amarahnya yang sempat melonjak. Setelahnya ia langsung beranjak keluar, menyisakan tiga orang disana, Jungkook, Jenika dan nyonya Jeon.

Nyonya Jeon langsung menarik anak bungsunya kedalam pelukan, Jungkook menyembunyikan wajahnya diceruk sang eomma, menangis deras sambil terus malafalkan kata maaf. Jenika sendiri tak tega melihat adik satu satunya terlihat bersedih seperti itu.

"Gwenchana Kookie- ah !"

Nyonya Jeon melepaskan pelukannya, menuntun Jungkook untuk duduk di sofa ruangan itu. Mengelus pelan punggung yang bergetar itu, dapat terlihat jelas jejak telapak tangan di pipi. Appa nya sudah kelewatan.

"Mianhae... maafkan Kookie eomma, Kookie memang anak yang tidak berguna, tidak bisa menjaga saudara Kookie sendiri, hiks..."

"Anniya, jangan berkata seperti itu, semua ini bukan salah Kookie ! Ini semua kecelakaan !"

Jenika yang tengah bersandar di ranjangnya ikut menangis, Jeon Jungkook, asik kesayangan harus menahan semua itu sendiri, sementara disisi lain, ia yang berstatus seorang kakak tidak bisa berbuat apa apa.

***

Bel istirahat berbunyi, seluruh siswa disekolah itu berhamburan keluar dari kelas. Kebanyakan mereka pergi menuju kantin untuk mengisi perut yang kosong, beberapa orang memilih tinggal dikelas untuk memakan bekalnya.

Berbeda dengan pemuda Jeon, Kim dan Park, mereka memilih pergi ke perpustakaan, tujuan mereka untuk meminjam buku mata pelajaran kelas 2, namun yang terjadi adalah ketiganya yang tengah berbincang serius di pojok perpustakaan yang sepi.

"Syukurlah jika keadaan Jenika noona sudah membaik, jujur saat melihat langsung keadaan noona mu bahkan aku hampir pingsan !" Ucap Jimin, pemuda itu memang trauma akan darah yang banyak.

"Bahkan aku sudah berfikir yang tidak tidak saat melihat keadaan noona, kalian tahu hanya Jenika noona lah yang selalu ada bersamaku ditengah kesibukan orang tua kami." Ucap Jungkook.

"Lalu apa kau memberitahu hal itu?" Jimin bertanya, tentu Jungkook mengerti kemana arah pembicaraan 'itu' yang dimaksud.

"Aku bilang kepada noona untuk tetap merahasiakannya dari orang tua kami. Kami tidak mau appa dan eomma jadi banyak fikiran. Biarkan kami selesaikan masalah ini sendiri."

Jimin melihat iba, jika ia berada di posisi Jungkook pun sepertinya ia akan kebingungan. Sangat berat untuk anak seusia mereka menghadapi masalah seberbahaya ini.

"Apa sebaiknya kita beritahu masalah ini ke pihak sekolah?" Usul Taehyung yang langsung mendapat gelengan Jungkook.

"Jangan ! Orang itu mengancam keluargaku jika sampai aku membawa bawa pihak sekolah ataupun kepolisian."

"Sial! Dia sangat licik!"

Jimin memukul meja dihadapannya sangat keras, tiba tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Ketiganya langsunh waspada, seingat mereka hanya merekalah yang memasuki perpustakaan saat ini.

Barisan rak buku yang gelap membuat ketiganya sulit melihat siapa yang datang.

Sreett!

Ketiganya terkejut saat tiba tiba sebuah surat disodorkan melalui kolong rak buku, surat itu tepat berada disamping kaki Jimin membuat pemuda Park itu langsung menunduk mengambilnya.

"Surat lagi !"

Jungkook terfokus kepada suara langkah kaki yang menjauh. Orang itu pergi, namun ketiganya tidak ada yang berani mengejar, mereka cukup takut akan resiko yang akan mereka dapat jika berurusan langsung dengan orang misterius itu. Bukannya mereka memang sudah berurusan secara tak langsung?

Jimin membuka kertas itu perlahan.

Jangan beritahu siapapun, atau keluargamu tidak akan baik baik saja, bodoh !

Ketiganya saling bertatapan, sepertinya ada yang menguping pembicaraan mereka diam diam.

"Sudah kubilang, tidak ada tempat yang aman lagi disekolah ini."

Ucap Jungkook serius.






Feedback ny kaka🥺

Love YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang