Guan melangkah meninggalkan Nara dan mengikuti langkah Mama nya. Guan tidak mengerti mengapa wajah Mama nya terlihat sangat marah, padahal dirinya tidak melakukan apapun terhadap Nara. Ya, meski Guan menyadari bahwa posisinya dengan Nara tadi bisa membuat siapapun akan salah paham.
"Guan, Mama tau kamu udah gede dan Mama yakin kamu suka sama Nara.." oceh Mama Ineke di sudut lorong,
"tapi mama gasuka kamu ngelakuin hal yang kaya gitu, Guan!" tambah Mama dengan nada pelan dengan sedikit penekanan.
"Guan ga apa-apain Nara, Mah.. Mamah salah paham!"
"oke mungkin kali ini emang salah paham tapi untuk kedepannya gimana? Kamu udah gede Guan Mama yakin kamu udah ngerti yang namanya cinta, dan cinta ga bakal nahan kamu dari segala rasa yang muncul tiba-tiba." Ujar Mama Guan, dan Guan hanya menunduk mencerna setiap ucapan Mama nya yang sedikit kurang dia pahami apa maksudnya.
"abis Nara keluar dari Rumah sakit kamu harus cepet berangkat ke Amrik, Mama udah daftarin kamu di salah satu universitas disana." Tambah Mama Ineke yang seketika membuat Guan melongo kaget.
"Mah, kenapa jauh banget? Nanti yang jaga Nara siapa, Mah?" keluh Guan dengan wajah memelas.
"Guan, disini ada keluarga Nara ditambah Mama sama Papa pasti juga bakal jaga Nara buat kamu. Mama juga sayang Nara dan gamau bikin dia kenapa-kenapa nantinya!" ujar Mama sambil meninggalkan Guan yang mendengus kesal.
***
Bunda membantu membereskan barang-barang Nara, hari ini Nara sudah diperbolehkan pulang. Guan tentu saja masih setia disampingnya, memamerkan senyum lebarnya yang terlihat baik-baik saja. Padahal dalam hatinya sedang bergemuruh resah karena sepulangnya Nara dari Rumah Sakit akan membuatnya semakin cepat pergi ke luar negri.
"Guan, kapan berangkat ke Amrik?" Tanya Bunda tiba-tiba di perjalanan pulang
Ucapan Bunda seketika membuat Nara dan Guan terkejut dan saling melempar pandang satu sama lain. Nara yang baru mengetahuinya karena Guan belum memberitahunya. Dan Guan yang terkejut karena Nara harus mendengar dari Bundanya.
"emm anu, Bun... emm, tiga hari lagi Guan berangkat." Ucap Guan gugup karena tatapan Nara padanya yang Nampak bingung, dan seketika memalingkan wajahnya saat Guan menatapnya.
Nara yang sangat kecewa mendengar Guan yang akan pergi meninggalkannya sama sekali tidak ingin menatap Guan saat ini. Sampai di rumah, Nara langsung berlari ke kamar nya dan membanting pintunya dengan sangat keras. Membuat Guan dan Bunda terkejut, keduanya saling melempar tanya lewat pandangan mata. Dan akhirnya Guan memberitahu Bunda bahwa dirinya belum membahas tentang kepergiannya pada Nara. Dan bunda merasa sangat bersalah. Guan merasa Nara butuh waktu, dan Guan akan membicarakannya besok.
Nara masih mengurung dirinya di kamar, hatinya terasa sesak mengetahui bahwa Guan akan pergi meninggalkannya. Nara juga tidak mengerti mengapa terasa sakit saat mendengar bahwa Guan akan melanjutkan pendidikan di tempat yang sulit untuk dijangkau. Akan sampai kapan dirinya menunggu Guan pulang. Dan alasan apa yang membuat Guan harus bersekolah di luar negri dan jauh dari Nara?
**
Guan menyadari bahwa kesalahannya adalah tidak langsung mengatakan tentang sekolahnya diluar negri pada Nara. Karena menurut Guan ia bisa mengatakannya nanti setelah kondisi Nara membaik, namun nyatanya Bunda lebih dulu mengatakannya dihadapan Nara. Jelas saja Guan juga berat hati meninggalkan Nara. Ditambah posisi nya yang sebenarnya telah jatuh hati pada Nara. Meski dirinya belum mampu menyampaikannya. Takut-takut akan mengubah hubungan mereka menjadi tidak baik lagi. Atau lebih parahnya mungkin tidak akan lagi saling sapa, hanya karena perasaan sayang sahabat yang berganti menjadi rasa cinta yang lebih.
Besok nya Guan pergi ke rumah Nara untuk membicarakannya. Namun, sampai saat ini Nara masih mengurung diri di kamarnya. Bahkan saat Guan datang, wajah bunda begitu terlihat khawatir karena putrinya tidak keluar sejak kemarin dan belum makan. Jinyoung juga tidak bisa membujuk adiknya untuk membuka pintu apalagi keluar dari peraduannya.
"Ra, ini gue Guan. Buka pintunya dong!" ujar Guan sambil mengetuk pintu kamar Nara.
"Ra, gue mau ngomong sebentar, jangan gini dong lu belum sembuh total. Jangan bikin bunda khawatir terus!" lanjut Guan dengan sedikit menekankan suara beratnya, yang sama sekali tidak mendapat respon.
"ayo dong, Ra. Tega banget bikin gue diri mulu?! Sampe itungan kelima ga lo buka gue dobrak nih! Biar lug a bisa ngurung diri dikamar lagi!" Guan mencoba mengancam.
Dan setelah 10 menit Guan tetap tidak menerima respon apapun, bunda dan Jinyoung juga sudah sangat khawatir. Dan dengan kesepakatan bunda, Jinyoung dan Guan mendobrak pintu kamar Nara. Bunda berlari lebih dulu, menyentuh tangan gadisnya yang sama sekali tidak menunjukan respon. Mata Nara terbuka dan jelas terlihat kantung matanya yang sangat hitam menandakan bahwa dia tidak tidur semalaman. Ditambah bantalnya yang basah dan matanya sangat sembab.
Nara sama sekali tidak menjawab pertanyaan siapapun, padahal dirinya masih benar-benar sadar dengan situasi panik dikamarnya. Jinyoung yang mengusap rambut panjangnya sudah tidak dapat lagi berkata apa-apa, untuk kesekian kalinya Jinyoung menarik napas panjang. Dan Guan hanya menatapnya dari balik tubuh Jinyoung.
"bunda ambilin makanan dulu ya, kamu makan sedikit aja." Ujar lembut bunda
Guan menggantikan posisi bunda, duduk dihadapan Nara. Nara membuang muka dan membenamkan pada dada Jinyoung yang masih mengusap lembut punggungnya.
"Ra, jangan gitu dong. Gue minta maaf karena belum ngasih tau lo sebelumnya.." ujar Guan lirih.
Nara sama sekali tidak merespon Guan, bahkan sama sekali tidak merubah posisinya. Dan tiba-tiba isak tangisnya terdengar di balik dekapan Jinyoung.
"De, kenapa sih? Jangan bikin orang khawatir terus. Kasian bunda.." ujar Jinyoung dengan lembut.
"makan dulu ya de.." ucap bunda sambil membawa semangkuk bubur dan segelas air mineral.
Masih diposisi yang sama Nara sama sekali tidak merespon siapapun disekitarnya, isaknya juga tidak terdengar lagi. Jinyoung sedikit menjauhkan tubuhnya dari kepala Nara. Dan ternyata Nara tidak sadarkan diri lagi, seketika membuat Jinyoung dan Guan yang posisinya dekat dengan Nara panik dan segera merebahkan tubuh Nara. Untuk kesekian kalinya Guan mengusap kasar wajahnya. Nara memang belum sembuh total.
YOU ARE READING
First Feel
Fanfictionapasih jatuh cinta? apa semua manusia pasti merasakannya? kenapa harus ada cinta kalo kita ga bisa nentuin mau jatuh kesiapa dan hidup dengan siapa. kalo bisa milih mau cinta dan hidup sama siapa, fangirl jadi manusia paling beruntung karena bisa ne...