Jangan salahkan jarak dan waktu yang akan perlahan merubah segalanya. Jika saja mempertahankan sesuatu semudah membalikan tangan, mungkin sejak lahir kita akan terus terpaku oleh satu hal yang sudah terpilih.
Waktu 4 tahun bukan sebuah penantian yang sebentar, entah apa yang akan mereka masing-masing lakukan. Menemukan hal yang baru, pasti. Menemukan penenang hati? Mungkin.
Nara masih asik bergelut dengan dunia hayalnya. Usianya sudah beranjak dewasa, gadis itu bukan lagi siswa SMA dengan sejuta pesona dan penggemarnya. Nara benar-benar tumbuh menjadi wanita yang akan membuat siapapun jatuh cinta, paras manis dengan anak rambut yang sering sedikit menutupi dahi, gadis periang yang menjadi happy virus untuk sekitarnya, wanita cerdas dengan segala pengetahuannya.
Seperti gambaran gadis sempurna dalam kisah cinta klasik. Nara sudah jadi mahasiswa di salah satu Universitas ternama, baru saja 3 bulan Nara sudah banyak dikenal oleh senior dari segala jurusan. Senyum riang yang sering Ia pancarkan mampu membuat siapapun begitu teduh menatapnya. Tak jarang, akan ada beberapa lembar kertas yang menumpuk di loker pribadinya, sama seperti saat dia di SMA. Bedanya kali ini pria-pria itu hanya mampu mengkopi dari internet.
Sesekali Nara memikirkan prianya, bertanya kapan ia akan menemuinya lagi? Kapan dia akan memperjelas rasa yang belum ia ketahui bahkan untuk saat ini mungkin terasa tidak ada lagi. Apa mereka tidak saling menghubungi? Alasannya sibuk masing-masing.
**
Musim hujan mulai tiba, kadang rintiknya tak hanya menimbulkan genangan tapi lebih sering menimbulkan kenangan. Lebih sering kenangan yang gagal untuk kembali ditemukan. Nara masih seperti dulu, masih bersikap acuh tentang hatinya. Bukan karena hatinya sudah terisi Guan, atau malah sebenarnya hatinya masih kosong tanpa siapapun.
Saat ini bukan hanya rintik hujan yang suka menahan Nara pulang. Entah sejak kapan keduanya saling mengenal, keduanya terlihat sangat akrab bahkan tidak jarang saling melempar gurauan. Nyaman? Pasti, bahkan Nara sempat berpikir lebih memilih pria humoris di banding pria romantis.
Hyunjin Firmansyah, sudah beberapa minggu ini suka sekali menemui Nara. Keduanya beda jurusan bahkan beda gedung. Biasanya Hyunjin jarang menunjukan senyumnya, wajahnya begitu teduh namun dingin. Sangat berbeda ketika berhadapan dengan Nara, wajahnya masih terlihat teduh namun iya sering tersenyum kaku yang terlihat begitu menghangatkan.
Hyunjin menjadi pria idola di kampus, pria dari jurusan tekhnik ini hampir sama seperti Guan dulu. Menjadi pusat perhatian meski hanya berjalan dengan wajah datar, memabukan meski hanya berucap beberapa kata saja. Bedanya Hyunjin lebih dingin disbanding Guan.
Beberapa hari ini Hyunjin sedang berusaha mendekati Nara, sekali dua kali pasti di tolak. Sayangnya, pria itu ternyata pantang menyerah pula. Sampai tawaran ke-10 nya diterima oleh Nara karena terlalu berlebihan jika dia menerima penolakan lagi.
Nara sudah mulai mengerti tentang beberapa sikap pria-pria yang suka terlihat aneh dihadapannya, oleh karena itu Nara mencoba untuk menghargai mereka tapi bukan untuk memberi harapan palsu pada mereka.
Saat ini cuaca sangat sulit untuk ditebak, Nara selalu menengadahkan tangannya dibawah rintik hujan yang menghadangannya pulang.
"ujannya lama banget.." gerutu Nara,
YOU ARE READING
First Feel
Fanfictionapasih jatuh cinta? apa semua manusia pasti merasakannya? kenapa harus ada cinta kalo kita ga bisa nentuin mau jatuh kesiapa dan hidup dengan siapa. kalo bisa milih mau cinta dan hidup sama siapa, fangirl jadi manusia paling beruntung karena bisa ne...