Part 8

28 2 0
                                    


Jinyoung mengusap rambut Nara dengan lembut. Memakaikan selimut untuk sedikit menghangatkan badan Nara yang sedikit demam.

"tenang aja, Bun.. Nara Cuma tidur ko, kayanya semaleman ade ga tidur' ucap Jinyoung melegakan Bunda dan Guan.

Guan masih terduduk dipinggiran ranjang tempat tidur Nara. Otaknya terus berputar memikirkan bagaimana cara menyampaikan keputusannya yang akan mengambil pendidikan di luar negeri. Sedangkan Guan saja belum sempat menyampaikan isi hatinya selama ini. Lebih tepatnya pria itu belum berani mengambil resiko jika dia menyatakan cintanya.

Sebenarnya dalam benak Nara begitu sangat bingung. Dia menangis dalam pelukan Jinyoung bukan karena takut ditinggal Guan. Nara sadar pendidikan yang akan diambil sahabatnya itu tidak akan lama. Tangisnya adalah rasa bingung yang terus mengelilingi kepalanya kenapa hatinya begitu berat untuk menghadapi jika kedepannya Nara akan sendiri menunggu Guan.

"Ra.. lu udah bangun?" ujar Guan menatap sendu Nara.

Nara diam.

"Ra, gua minta maaf karena belum ngasih tau lu. Gue rasa tadi lu denger kan alasannya apa."

"Nara, gue juga berat ninggalin lu dalam kondisi yang belum sehat total. Tapi gue juga ga ada pilihan lain, gue ga bisa nolak permintaan mama, Ra." Jelas Guan yang masih diabaikan Nara.

"ga cuma lu aja Ra yang bakal ngerasa kehilangan. Gue pasti bakal jauh lebih kesepian. Lo masih ada bang Jinyoung yang sayang banget sama lo dan bisa jagain lu lebih dari gue. Sedangkan gue cuma punya lu yang bisa bikin gue ketawa. Lu tau kan gue ga gampang punya temen." Lanjut Guan.

Nara menghela napas panjang. Wajahnya masih enggan mentapa Guan namun hati dan telingga sejak tadi meyimak setiap ucapan Guan dan membuat otaknya sedikit mencerna hingga membayangkan bagaimana Guan sulit bergaul dengan siapapun.

Guan menyentuh tangan Nara, mencoba menggenggamnya. Tidak ada tolakan. Bahkan Nara ikut menggenggam erat jemari Guan seolah dirinya tidak ingin ditinggal.

"janji buat terus kabarin gue ya!" akhirnya Nara angkat suara dengan nada parau

Guan mengganguk dan sedikit tersenyum.

"kenapa tiba-tiba banget?" Tanya Nara dengan tatapan tajam

"gue juga gatau, Ra. Tiba-tiba mama nyuruh gue berangkat lusa. Lo cepet sembuh ya biar kita bisa nikmatin waktu sebelum gue berangkat."

Nara hanya menatapnya dengan tatapan sendu yang membuat Guan semakin berat meninggalkannya.

"makan dulu ya, kata bunda dari kemaren lu belum makan." Ucap Guan mengambil semangkuk bubur yang sudah dihangatkan.

"hmm, giliran disuapin Guan mau deh.." ledek Jinyoung dari luar kamar Nara.

Keduanya sontak menengok kearah luar dan tersipu malu.

"jangan lupa mandi de, kasian Guan kebauan!" lanjut Jinyoung sambil melarikan diri.

"ABANG....." teriak Nara kesal, Guan hanya tertawa kecil.

"emang gue bau ya?" Tanya Nara sangat pelan,

"dikit, Ra..." sahut Guan sambil cekikikan

"iiihhh Guan...!" Nara menutupi wajahnya dengan selimutnya

**

Masa libur sekolah membuat Guan menghabiskan sisa waktunya dengan Nara sedikit lebih banyak. Guan dari pagi sudah berada di rumah Nara untuk menemani sahabatnya dan puas memandanginya hingga malam hari. Bunda mengijinkan Guan karena kondisi putrinya memang belum sepenuhnya sembuh. Sesekali Jinyoung bergabung hanya untuk meledek adik perempuannya itu.

First FeelWhere stories live. Discover now