Happy Reading!!
"Gat nanti hitungan ketiga kita lari oke?" Bisik Mutia kepada Gatha karena takut didengar oleh bodyguad milik mafia itu. Padahal jarak mereka dengan segerombol bodyguad itu sekitar 10 meter.
Gatha menjawab dengan anggukan kepala ia merasa berlari adalah ide yang sedikit gila. Menurutnya lari itu menyebabkan salah satu anggota badan wanita bergerak dan Gatha tidak suka itu. Karna ia takut nanti terkena garukan satpol pp diduga menggoda para laki-laki.
Bodyguard hanya menatap heran kepada kedua wanita yang berinteraksi lewat mata. Tanpa basa basi lagi bodyguard itu menghampiri tempat Mutia dan Gatha berdiri.
"Tiga!!!" Kemudian Mutia berlari sekencang mungkin sedangkan Gatha masih bingung dengan kata tiga tadi. Lalu ia menoyor kepalanya sendiri, menurutnya itu cukup membuat Gatha sadar dan ikut menyusul lari bersama Mutia.
Gerombolan bodyguard langsung berlari mengikuti Mutia dan Gatha yang sudah lari cukup jauh. Bodyguard yang tidak tumbuh rambut alis botak sedikit kelelahan ia tidak menyangka kalau kedua wanita itu memiliki tenaga kuda.
**
"Pppsstttt Gat kira-kira disini aman tidak?" Tanya Mutia yang saat ini menikmati pemandangan dari bawah.
"Ini sangat amat tetapi jika kau berteriak menjadi tidak aman lagi." Gatha saat ini mengeluarkan permen karet dan membukanya namun sayang ketika Gatha akan membuka mulutnya permen itu malah jatuh ketanah.
Mutia melihat itu menatap senang karna ia tidak susah-susah menelan air ludahnya sendiri. Gatha yang mendapati musibah itu merasa sangat dirugikan bagaimana tidak harga satu permen karet itu sekitar seribu rupiah padahal Gatha membeli permen karet itu hanya waktu tertentu semisal waktu gajian.
"Rugi besar kali ini, uang seribu terbuang percuma." Lesu Gatha yang saat ini meniup daun-daun disampinya.
Saat ini Mutia dan Gatha sedang bersembunyi di atas pohon yang sangat cukup menyembunyikan tubuh mereka berdua, karena daun pohon ini cukup lebat.
Mutia melihat kebawah dan menemukan si botak bodyguard yang mengejarnya tadi. Namun ia tidak melihat yang lain 'mungkin berpencar kali' pikir Mutia.
Gatha yang penasaran juga ikut melihat kebawah dimana arah mata Mutia. Dengan sangat usilnya Gatha mematahkan ranting-ranting pohon menjadi kecil dan melemparkannya kepada si botak.
"Auww siapa ini yang melempar?" Tanya botak yang sedikit merinding takut sedangkan Gatha terlihat cekikikan melihat botak yang penasaran.
Gatha mengulangi nya lagi dan lagi sampai botak semakin geram dan membuang sepatunya sendiri 'hell kenapa sepatunya? Kenapa bukan uang nya saja kan lumayan bisa dipungutin buat beli permen karet' Batin Mutia bertanya.
"Gat kasian, gitu-gitu dia orang tua loh" celetuk Mutia dengan melihat kuku jarinya yang baru saja dikutek warna kuning. Gatha yang mendapat teguran hanya melengos sebal.
"Btw yang banyak Gat matahin ranting nya nanti biar aku yang lempar" saat ini Mutia sudah mengambil alih kuasa ranting patah itu. Namun saat akan melempar nya kepada botak ada seekor semut yang menggigit tangan Mutia.
Seketika itu Mutia merintih dan menggaruk tangan nya, karna kurang seimbang akhirnya Mutia jatuh ke tanah. Sedangkan Gatha menatap kasian namun tidak memberi bantuan ia malah turun menjatuhkan tubuhnya diatas Mutia.
"Gat awww minggir sakit gila!" Mutia berusaha menyingkirkan seonggok daging hidup milik Gatha.
Gatha segera bangun dari posisi nya dan menepuk nepuk pantatnya dari debu. Mutia yang masih berada dibawah Gatha, terkena debu dari pantat Gatha. Dengan batuk-batuk manja Mutia berdiri dengan kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Devil [REVISI]
RomanceDONT COPY MY STORIES!! REVISI [Mode Private] Liburan ke Russia yang dirasa akan menyenangkan, namun yang terjadi malah sebaliknya. Kehilangan sahabat yang dibawa orang asing sampai menjadi gembel di negeri asing, semua sudah dirasakannya. A...