TPD - 18. Do you miss me?

315 20 4
                                    

Meeting berjalan dengan sangat lancar. Kecuali ketidak lancaran sirkulasi darah Gatha yang sepertinya menggumpal. Keringat dingin membasahi tubuhnya.

"Kau sakit?" Tanya Gavin yang memperhatikan Gatha sedang berjuang.

Agatha menggeleng. Sedangkan di ujung, Hyacinth memandang Gatha dengan senang. Mengusili Gatha adalah hal ter-menyenangkan sejauh ini. Membuatnya sepuluh tahun lebih muda.

"Yang kau tawarkan akan kupikirkan dengan baik, Gavin. Biarkan sekertarisku yang memindai semua berkas yang kau berikan." Kata Hyacinth.

Gavin tersenyum, sedikit tidak menyangka. Hyacinth yang terkenal dingin dan sangat hati-hati sepertinya hanya rumor. Hyacinth yang dia lihat disini sangat ramah dan selalu tersenyum.

"Gavin, sekertarisku ingin memeriksa sesuatu." Hyacinth mengarahkan sekertarisnya mendekati Gavin untuk rincian.

Sedangkan Hyacinth duduk di sebelah Gatha yang rasanya sudah ingin tenggelam di rawa-rawa.

"Tunangan Gavin, hem?" Tanyanya mengejek.

"Bukan." Jawab Gatha singkat dan sedikit kesal.

"Kapan kau berniat kembali? Beraninya kau membuat Winter-ku merengek."

Gatha menatap Hyacinth kesal. Ibunya sudah dewasa masih saja di panggil Winterku, menjijikkan.

Winter Louise, Ibu dari Agatha yang kabur dari dunia perbisnisan yang tak bisa dihindari karena ayahnya. Dan Hyacinth yang memiliki sifat terlalu menyayangi Winter membuatnya posesif dan terlalu ikut campur dalam kehidupan Winter.

"Dimana mommyku sekarang?" Tanya Gatha yang merindukan ocehan Ibunya.

"Di mansionku. Apa lebih baik kau tidak kembali, supaya Winter terus merengek padaku dan kembali hidup bersamaku? Iya begitu saja, hubungan kita putus sampai sini saja Gatha. Kau bukan cucuku lagi." Oceh Hyacinth tidak jelas.

Agatha menirukan ucapan Hyacinth dengan bibir yang dibuat-buat, mengejeknya.

"Sudahlah malas berdebat denganmu. Segera temui aku." Hyacinth kembali ke tempat duduknya. Meninggalkan Gatha yang bukannya senang malah kesal.

"Kita akhiri disini saja, Gavin." Hyacinth dan sekertarisnya pergi meninggalkan Gavin yang senang dan Gatha yang suram.

--

"Kau lihat? Bahkan Hyacinth tidak bisa menolak mahakaryaku." Sombong Gavin membesar-besarkan.

Agatha menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Hyacinth mau menerima project ini karena Gatha. Itu sudah pasti. Yang Hyacinth inginkan hanya bertemu dirinya.

Bayangan saat Hyacinth memberi isyarat mati dengan tangannya membuat Gatha bergidik ngeri.

"Sialan. Aku harus segera pergi dari sini." Gumamnya lirih.

"Kau bilang apa?" Tanya Gavin yang mendengar sedikit ucapan Gatha.

Gatha hanya cengengesan yang membuat Gavin gemas. Senyuman manis itu Gavin takut tidak bisa melihatnya lagi. Ia mendekat ke arah Gatha yang pikirannya masih melayang.

"Ti.." Saat Gatha membuka mulut untuk mengatakan tidak, Gavin tiba-tiba mencium bibir yang merah menggoda itu.

Agatha membulatkan matanya terkejut. Walaupun bukan pertama kali, tapi ia masih belum terbiasa. Ciuman yang awalnya lembut berubah menjadi panas dan kasar.

Ciuman itu turun ke leher jenjang Agatha yang putih bersih. Gavin menciumnya kuat membuat Gatha juga tak terkendali.

"Ahh," Lenguhan keluar dari mulut sexy Gatha secara tidak sengaja.

Gatha berusaha untuk menyadarkan dirinya sendiri. Mata yang memejam menikmati sentuhan Gavin mulai melihat cahaya, pikirannya mulai kembali ke tempatnya.

"Gavin stop!!" Gatha berusaha melepaskan diri dari Gavin.

"Gavin!! Kubilang berhenti!!" Teriaknya dan mendorong dada bidang Gavin.

Gavin menatap Gatha dengan perasaan kesal. Sedangkan Gatha merapikan bajunya yang lusuh dengan nafas ngos-ngosan. Ia menatap Gavin, menunggunya untuk meminta maaf.

"Apa?" Tanya Gavin saat Gatha menatapnya tajam.

"Kau tak berniat minta maaf karena sudah menodai bidadari?" Kata Gatha konyol.

"Untuk apa? Kau juga menikmatinya."

Blush

Kata-kata Gavin membuat pipi Gatha merah merona karena malu.

"Wah sialan." Kata Gatha, dan pergi keluar dari ruangan Gavin.

Saat membuka pintu ruangan, Agatha dikagetkan dengan seorang wanita dengan pakaian minim dan cantik?

"Oh, Anda mencari tuan Gavin, Nona?" Tanya Gatha sopan.

Gatha menelisik dari atas sampai bawah. Wajah yang imut dan manis dengan make up natural, sangat cantik.

"Anda siapa?" Tanya wanita tersebut dengan nyalang? Atau hanya perasaannya?

"Saya sekretaris tuan Gavin, Silahkan masuk, Nona." Ungkapnya membuat Gatha sedikit berdebar.

Gavin mematung, entah apa yang terjadi tapi sepertinya tangan Gavin bergetar. Dan tatapannya terlihat kesal? Sendu? Gatha menggeleng.

"Bukan urusanmu Gatha." Gumamnya pelan dan menutup pintu meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan.

Tapi bohong.

Nyatanya Agatha si manusia jadi-jadian ini membuka sedikit pintu dimana dia bisa melihat Gavin dan wanita itu dengan jelas.

Terpantau sejauh ini Gavin terlihat sangat gugup.

"O-Olivia?" Gavin tergugup melihat siapa yang ada di depannya. "Kau ada disini?"

Wanita tersebut memeluk Gavin erat dengan air mata turun deras. Sudah sepuluh tahun wanita ini menghilang dari hidupnya.

"Apa yang terjadi?"

Olivia menatap Gavin dengan senyuman manis. Sepuluh tahun ia berjuang untuk bisa menemui belahan jiwanya.

"Aku, berhasil sembuh Gavin."

Gavin tercekat, napasnya memburu dengan tidak jelas. Sembuh? Dari koma yang sudah hampir sepuluh tahun?

"Bagaimana bisa?" Tanya Gavin ragu-ragu.

"Sekitar empat tahun lalu aku bangun dari koma sialan itu. Tapi kenapa aku tidak bisa menemukanmu?"

"Aku ada urusan mendadak dan harus segera pergi dari kota itu." Jelasnya singkat.

Olivia Hye, pemilik perusahaan fashion ternama yang sudah lama tidak terlihat. Banyak spekulasi bahwa menghilangnya Olivia karena akan mengeluarkan koleksi baru dimusim yang akan datang.

Nyatanya, publik digemparkan dengan berita mobil Olivia Hye tergelincir saat melewati badai salju. Dan sang pemiliknya harus tertidur lama di rumah sakit.

"Tentu saja, kau pewaris Hamilton. Urusanmu sangat banyak." Olivia mengulurkan tangannya pada leher Gavin.

"Tapi Gavin, kenapa aku mendengar rumor kau akan menikah dengan wanita yang tidak jelas itu?" Olivia bertanya dengan wajah yang terlihat kesal.

Gatha menutup pintunya.

"Apa ini? Mengapa rasanya sedikit sesak?" Gatha mengambil napas dalam dan mengeluarkannya.

"Hahaha. Tidak mungkin, Aku tidak boleh lemah. Perasaan bodoh seperti ini tidak akan menguntungkanmu Gatha. Sadarlah!" Ucapnya pada dirinya sendiri.













Bersambung..

Vote dan komen jangan lupa ❣️

The Perfect Devil [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang