Chapter 13

1.9K 339 47
                                    

"Arthit....." panggil Kongpop setelah membuka pintu apartemennya.

"JANGAN PANGGIL. ARTHIT GAK MAU JAWAB." Teriak Arthit yang masih ngambek sedang duduk manis menhadap ibunya tercinta sang bunga matahari.

"Tapi Arthit...." panggil Kongpop sekali lagi.

"ARTHIT GAK JAWAB." Kata Arthit masih di posisi yang sama.

"Tapi kamu jawab..." Sudah mulai pusing kepala Kongpop menghadapi sikap ngambek Arthit yang sudah 2 hari.

"GAKK... JAWAB...."

"Itu jawab."

"GAKKK...." Arthit membalikan badan seraya bertolak pinggang dan berharap matanya dapat memancarkan api sehingga bisa buat Kongpop menjadi sate.

"Siapa dia ?" Tanya Arthit melembut setelah melihat orang yang belum pernah ia lihat bersama Kongpop.

"Nama saya Wad." Kata Wad memperkenalkan diri. "Aku Prem." Kata Prem yang keluar meloncar dari tas Wad.

"Aku Arthit.." kata Arthit malu-malu. Kongpop melihat tak suka perubahan wajah Arthit ketika Prem muncul.

"Dimana Bright ?" Tanya Prem langsung mendekati Arthit. Tinggi Prem sudah jauh dari Arthit dimana Prem tingginya 30cm sedangkan Arthit masih 21 cm tapi hal itu tak membuat Arthit takut pada Prem.

"Aku tak tahu. Dia kabur. Kau tahu mungkin saja dia hilang dimakan burung elang seperti waktu itu."

"Aduh.. kemana lagi si Bright. Aku ada misi penting." Kata Prem kesal.

"Misi apa ?" Kata Arthit bersemangat, jiwa detektivenya muncul 100% apalagi Arthit sudah nonton serial kartun detektive conan.

"Aku harus menyelamatkan Toota." Kata Prem.

Toota ? Rasanya aku pernah dengar nama itu. - pikir Kongpop.

"Bagaimana caranya ?" Tanya Arthit dengan mata berbinar-binar.

"Masih belum tahu. Yang pasti aku butuh Bright."

"Kenapa ?"

"Hanya dia yang bisa membuat kita besar." Prem adalah teman kecil Bright dan Toota, mereka sudah saling mengetahui kekuatan masing-masing.

"Toota seperti apa rupanya ?" Tanya Kongpop yang ikut berbicara.

"Kulitnya coklat, badannya gendut, suka menari hula-hula dan yang paling penting, dia itu genit." Jelas Prem yang membuat Kongpop dan Wad menahan tawanya.

"So, bagaimana kita bisa membantu ?" Tanya Wad. Sebenarnya Wad secara tak sengaja menemukan Prem sedang mencuri makan mie yang sedang di makannya. Pertama sih Wad tak percaya melihat makhluk mini manusia itu, tapi karena Prem ada di depannya dan dia tak bermimpi, jadi Wad berusaha memahami fakta itu.

"Makanya aku butuh Bright." Kata Prem kesal. Kenapa mereka tak mengerti kalau dia butuh kekuatan Bright.

"Lalu apa kekuatanmu ?" Tanya Kongpop.

"Rahasia." Jawab Prem jutek. Memang dasar sifat makhluk mini ilio ini jutek-jutek. Pikir Kongpop.

"Kamu Arthit, anak dari ibu matahari klan Rainbow keturunan ke 17." Kata Prem yang membuat semua melonggo. Apalagi itu - pikir Wad dan Kongpop.

"Apa itu ?" Tanya Arthit bingung.

"Ohh...." Prem berlari begitu melihat bunga matahari di pojokan kamar Kongpop. "Salam bibi." Kata Prem yang membungkuk sopan.

"Itu ibu Arthit..." bisik Wad yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Kongpop.

"Bunga matahari ?" Tanya Wad sekali lagi berbisik. Dan sekali lagi Kongpop menganggukan kepalanya.

"Bunga matahari melahirkan anak ?" Wad sungguh penasaran bagaimana bunga matahari bisa melahirkan Arthit.

"HEII... JANGAN MENGHINA." Teriak Prem. Kekuatan Prem adalah teleport dan bisa mendengar jarak jauh.

Wad dan Kongpop saling pandang.

"Kami ini bangsa yang terhormat. Kau raksasa tak berhak menghina kami." Kata Prem tegas.

"Mereka bilang apa ?" Tanya Arthit mendekati Prem.

"Dia bilang bibi bunga matahari."

"Apaaa ??? Itu Mae bukan bunga matahari." Arthit memasang wajah sangarnya menatap tajam ke Wad dan Kongpop.

"Khapp... itu Mae Arthit na.." kata Kongpop lembut mencoba mengalihkan suasan yang tegang. " Kalian gak lapar ? Aku baru beli kue tiramisu tadi." Bujuk Kongpop.

"HORE... KUE...." Teriak Arthit melompat - lompat. Prem menahan lengan Arthit agar Arthit diam. Ini masalah harga diri.

"Prem mau ?" Kata Kongpop menawarkan satu potong di depan Prem.

"Tidak." Jawab Prem membuang muka.

"Buat Arthit semuanya..... hahahha...." Arthit langsung mengambil piring yang sudah berisi kue dan lari ke pojokan untuk memakannya. Prem mengikuti Arthit.

"Kita ini prajurit." Kata Prem. Bagi seorang prajurit, harga diri lebih penting dari makanan.

"Ini enak..." kata Arthit menyuapkan kue ke mulut Prem namun ditolaknya.

"Kita tak boleh tergoda."

"Ya sudah kalau kau tak mau."

"Kau juga tak boleh makan."

"Gak. Aku mau makan."

"Tak boleh."

"Makan."

"Tidak."

"Makann..." Arthit menbuka paksa mulut Prem agar ia memakan kuenya. Mau tak mau Prem merasakan sensasi coklat dan vanila yang lumer di mulutnya.

"Kau benar. Ini enak." Prem berlari ke tempat Kongpop dan membawa semua kue dan duduk bersama Arthit.

Selagi dua makhluk mini itu menikmati makanannya, terdengar suara seseorang mengetuk pintu.

Tok... Tok...Tok...

"Mr. Kongpop tolong aku!!!"

4. MY LITTLE SUN (BAHASA - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang