Phase 02 - Tragedy

1.9K 258 8
                                        



Sore itu, beberapa jam sebelum kejadian nahas terjadi, aku mengunjungi rumah Dr. Scott Edgeworth, sahabat sekaligus rekan kerja yang paling dipercaya oleh ayah. Selama ini, beliau-lah yang mengajariku berbagai macam pelajaran.

Tuntutan pekerjaan, aku dan Ilmea terpaksa harus mengikuti ayah berpindah-pindah tempat. Berbagai negara sudah kami kunjungi. Tidak memungkinkan buatku dan Ilmea untuk masuk sekolah atau universitas layaknya remaja normal. Karena itulah ayah meminta Dr. Scott untuk mengajari kami berbagai pelajaran sains. Bahkan Dr. Scott juga mengajariku ilmu mutasi genetik yang digeluti olehnya dan ayah.

Tapi kali itu ada yang berbeda. Tidak seperti biasanya, hari itu Dr. Scott lebih banyak menghabiskan waktunya untuk merenung. Aku sampai bingung harus bersikap seperti apa. Yang ia lakukan hanya membawa buku-buku tentang genetik, meletakkannya di atas meja tempat biasa aku belajar, lalu duduk di hadapanku dengan wajah cemas.

"Professor, ini tugasku. Aku sudah membuat makalah seperti yang anda minta," ucapku dengan sopan padanya sambil menyerahkan makalah itu. Dr. Scott menyambut makalah buatanku, melihatnya sejenak, lalu menaruhnya di atas meja bersamaan dengan buku-buku tebal itu.

Aku semakin penasaran dibuatnya. Baru pertama aku melihatnya bersikap seperti itu. Sesekali ia melihat jam tangannya, entah apa yang ia tunggu.

Tak lama setelah itu, dering telepon terdengar dari ruang kerjanya. Ia bergegas menjawab panggilan itu.

Ruang kerja Dr. Scott agak jauh dari ruangan tempatku belajar. Aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang ia bicarakan di telepon. Tapi samar-samar aku bisa mendengar ia berkata, "Kau yakin? Secepat ini?" kemudian ia terdiam sejenak. "Aku tidak menyangka dia bisa mengkhianati kita. Baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu."

Pandanganku tertuju pada sosok Dr. Scott yang terlihat begitu cemas, sampai-sampai aku tidak menyadari di belakangku sudah ada seseorang.

"Ayahku bersikap aneh dari pagi tadi, kau tahu kenapa?" suara itu terdengar dari arah belakang, cukup mengagetkanku.

"Ah! Vincent. Kau hampir membuat jantungku copot!" jawabku sambil mengusap dada. "Tidak tahu. memangnya ada apa, sih?"

"Entahlah."

Vincent adalah anak Dr. Scott. Seumuran denganku. Karena aku sering berpindah-pindah mengikuti ayah, aku jadi tidak punya teman. Yah, bisa dibilang Vincent adalah satu-satunya temanku. Aku sudah mengenalnya sedari kecil.

≈≈Ω≈≈

"Baiklah. Sheer, jaga dirimu baik-baik." Dr. Scott keluar dari ruang kerjanya dengan panik. Ia menyambar mantel yang disangkutkan di tembok dekat ruang kerja. Dengan tergesa-gesa ia menghampiriku dan Vincent.

"Lass, di mana adikmu?" tanya Dr. Scott dengan cemas.

"Ilmea sedang membeli hadiah untuk ayah. Hari ini ayah berulang tahun," jawabku. Siang tadi aku memang menyuruh Ilmea untuk membeli kado. "Tapi mungkin sekarang dia sudah pulang ke rumah."

Dr. Scott menepuk jidatnya. "Gawat!"

Vincent terlihat heran dengan sikap ayahnya. "Ada apa, yah?"

Dr. Scott tidak menjawabnya. Ia menatapku sejenak, lalu menatap Vincent.

"Professor, anda baik-baik saja?" tanyaku setelah melihat wajah pria itu yang semakin memucat.

"Vin, telepon ibumu. Bilang padanya, jangan pulang dulu. Suruh ibumu untuk menunggu di rumah nenek," ucap Dr. Scott tanpa menjawab pertanyaanku. "Lalu, kalian berdua ikut aku. Dan cepat, kita harus bergegas!"

D-Genesis : ReversedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang