Entah sudah berapa lama aku tersiksa, aku tidak tahu. Yang jelas, semakin lama rasa perih di setiap inci tubuhku terasa begitu menjadi-jadi. Sempat aku berpikir untuk menggunakan kekuatanku saking tidak kuatnya aku menahan rasa sakit ini, tapi kubatalkan.
Aku juga sempat memilih untuk menyerah. Lebih baik aku mati daripada merasakan sakit ini, tadinya kupikir begitu. Tapi bayangan Ilmea muncul dalam benakku. Benar, aku harus bertahan. Aku harus bisa mempertahankan hidupku demi adikku itu. Bagaimana nasibnya nanti kalau aku mati di sini? Terlebih lagi... tujuanku belum terpenuhi. Aku harus memperbaiki kesalahan yang disebabkan dari hasil penelitian ayahku. Aku harus mengembalikan perdamaian dunia. Aku belum bisa mati dengan tenang.
Berkat pemikiran itu, sedikit demi sedikit rasa sakit ini mulai berkurang. Penglihatanku mulai kembali seperti sedia kala.
Ada Niko, Feo, Felicia dan Zo saat aku membuka mata. Mereka menatapku dengan rasa bangga.
Sekujur tubuhku basah oleh keringat. Ivan memberiku handuk sambil mengucapkan selamat padaku. Kemudian dia berlutut, lalu mengucapkan sumpah setia padaku, sama seperti yang Zo lakukan.
Usai mengucapkan sumpah setianya, Felicia dan Feo memarahi Ivan. Keduanya tidak menyetuji cara Ivan mengujiku.
"Bagaimana kalau Lass mati?!" ucap Feo dengan geramnya.
Tapi Ivan terlihat santai. "Ya... mau bagaimana lagi? Kalau memang itu takdirnya untuk mati," jawabnya dengan tenang.
"Tenang, Feo." Nikolai menepuk bahu gadis itu. "Racun yang Ivan gunakan tidak berfungsi untuk membunuh, benar?" Niko mengalihkan tatapannya pada Ivan.
Ivan mengangguk. "Benar. Racun itu hanya berfungsi untuk memberinya rasa sakit tak tertahankan. Memang, kalau orang lemah pasti mati. Tapi bukan racun itu penyebabnya. Pikiran dan mentalnya yang lemah-lah yang membunuhnya." Kemudian Ivan menyodorkan tangannya untuk membantuku berdiri. "Memang menyakitkan, tapi ini kenyataannya. Kalau hanya begini saja Lass tidak bisa bertahan hidup, bagaimana bisa dia terus hidup dalam kondisi saat ini?"
Deg! Jantungku mendadak serasa dihantam sesuatu. Benar apa yang Ivan bilang. Saat ini, aku merasa mentalku masih lemah. Begitu juga dengan pikiranku. Selama ini aku bisa bertahan hidup karena ada mereka yang melindungiku. Bagaimana seandainya mereka tidak ada? Bagaimana kalau seandainya aku terbangun dari kapsul hibernasi tanpa ada orang yang membantuku? Aku rasa aku tidak akan bertahan hidup kalau begitu.
Dari sana aku mendapat kesimpulan, ujian yang Zo dan Ivan berikan bukan semata-mata untuk mengujiku saja, tapi juga membantuku menyadari kelemahan yang mungkin akan membuatku terbunuh. Dari Zo, aku belajar untuk merelakan masa laluku. Aku harus terus maju ke depan, tidak bisa terikat dengan masa lalu terus. Dan dari Ivan aku belajar, untuk bisa bertahan hidup, aku harus punya keinginan hidup yang kuat. Caranya, aku harus fokus pada tujuanku. Berkat Ivan, aku bisa bersumpah pada diriku sendiri; aku akan meraih tujuanku, sesulit apapun itu. Aku tidak bisa mati sebelum tujuanku tercapai.
≈≈Ω≈≈
Ivan berkata akan menyusul kami nanti. Sekarang dia harus menyelamatkan temannya yang tertangkap pasukan Union dulu.
Mendengar itu, aku merasa harus membantu Ivan terlebih dahulu. Niko dan yang lain juga setuju.
Awalnya Ivan menolaknya. Dia bilang, resikonya terlalu tinggi. "Lagipula, ini masalah kami para Vulture."
"Tapi sekarang kau bagian dari kami. Mana bisa aku membiarkan salah satu temanku kesusahan sendiri," ucapku dengan polosnya. Aku sendiri tidak sadar kenapa sampai mengucapkannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/106274115-288-k621324.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
D-Genesis : Reversed
Fiksi IlmiahDi tahun 2025, seorang ilmuwan ahli genetika berhasil menciptakan sebuah serum yang mampu meningkatkan potensi manusia secara maksimal. Setelah bertahun-tahun meneliti, ayahku, Dr. Sheer Genesia, akhirnya bisa membuktikan pada dunia kalau teorinya t...