Prolog

51 4 2
                                    

Juli, 2018.

Teruntuk dirimu,

Saat kutuliskan surat ini, aku seakan kembali memutar waktu untuk kesekian kalinya. Masih dalam kondisi dimana aku memandang wajahmu, senyum manismu, merasakan irama detak jantungmu yang mengalun ditelingaku. Aku meminta keajaiban, yang kau bilang itu akan datang tanpa diminta. Ya, keajaiban gila yang tak kupikirkan secara logika. Mustahil memang, tapi apa yang bisa aku lakukan.

Saat kau jauh dariku, otakku tak berhenti memanggil-manggil namamu. Apa yang hatimu inginkan, apa yang hatiku inginkan itu sama. Hatiku menangis, rasa sakit itu masih melekat meskipun kau ada didalamnya. Rinduku melancar ke atas angin, terbang tinggi-tinggi. Dadaku terasa sesak, terasa sulit untuk bernafas. Seakan-akan kau yang memenuhinya. Sekeras apapun aku berteriak, saat ku ulang-ulang, kau tidak akan mampu mendengarnya apalagi membalasnya. Aku bodoh. Aku tahu, tapi aku tak peduli.

Banyak kata-kata yang tidak bisa kusampaikan, masih mengalir deras dihatiku. Maaf, maaf sekali lagi. Air mata ini jatuh terus-menerus. Aku tahu kau pasti tidak menyukainya. Aku bisa apa. Semakin tertahan, makin dipendam, semuanya terasa sangat menyakitkan. Aku tak sanggup lagi menahannya, walau sudah kucoba berkali-kali. Bukan, bukan itu yang hatiku inginkan. Kamu jelas tahu itu.

Karena alasannya sederhana.
Aku hanya merindukanmu.
Aku sadar akan keajaiban yang kau maksud itu.
Aku mengerti.
Keajaiban yang akan datang tanpa aku memintanya.
Hanya seuntaian kalimat yang menyatakan.....

Aku mencintaimu.

Tertanda

A.G.S

Stay MagicalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang