Chapter 5

888 68 10
                                    

Masih pagi hari dan cuaca masih gelap di dukung gerimis, tapi Yuju bahkan harus mengucapkan selamat tinggal pada kebiasaannya yang bangun siang hari di saat jam kuliah kosong. Tidurnya terbangun dengan tidak elitnya saat Sowon menciumi garis rahangnya secara sensual, ini kebiasan aneh Sowon yang lain. Yuju bahkan tidak percaya jika suara menjijikan yang ia dengar adalah suaranya sendiri.

Yuju hanya bisa pasrah disaat Sowon membuka selimut dan beralih untuk menindihnya, menciumi wajah Yuju sampai puas lalu beralih ke tulang selangka Yuju. Tidak ada yang dapat menggambarkan bagaimana perasaan Yuju saat ini. Yang jelas setiap sentuhan yang Sowon berikan terasa nikmat dan Yuju berat mengakui bahwa ia mulai menyukainya. Sowon gila, dan Yuju mulai tertular gila.

Yuju hanya mengenakan tanktop putih dan celana katun panjang, sementara Sowon mengenakan t-shirt putih tipis dan boxer hitam. Cuaca di luar sangat menguntungkan bagi Sowon karena hormon remaja sialan Yuju kembali muncul.

“Jadi Yuju, apa kau masih berpikir untuk tidak meniduri pria tampan seperti Sowon? Jika aku jadi kau, aku tidak akan bisa tahan.”

Berkali-kali Yuju berusaha menghapus ingatan tentang perkataan Eunha.

Disaat Sowon mulai menciumi bibirnya, Yuju justru menghitung domba dalam hati. Ini tidak benar dan jelas-jelas salah. Mungkin jika akal sehat Yuju normal, ia sudah dengan senang hati menendang Sowon menjauh. Tapi kali ini akal nya benar-benar tumpul. Harus melakukan apapun Yuju tidak tahu.

Pasrah di bawah tindihan Sowon adalah satu-satunya yang dapat ia lakukan. Melingkarkan kedua tangannya di leher Sowon adalah langkah selanjutnya, dan membalas ciuman Sowon merupakan langkah besar. Bukan satu atau dua kali Yuju membalas, sudah terhitung sejak satu minggu mereka tinggal bersama. Hampir setiap hari Sowon menciumnya dan sebanyak itu juga Yuju membalasnya.

Setelah puas berciuman lama sampai bibir Yuju sedikit membengkak, Sowon beralih menghisap ujung telinga Yuju sambil memberi gigitan kecil. Kakinya ia biarkan menumpu di atas kasur dengan kaki kanan dan kirinya yang lebar, membiarkan kedua kaki Yuju berada di tengah-tengahnya. Tidak menempel, karena topangan kaki Sowon cukup kuat untuk memberi jarak antara tubuhnya dan tubuh Yuju.

Setelah puas dengan telinga, Sowon kembali bermain di tulang selangka Yuju, menjilat dan menggigitnya. Yuju menjambak rambut Sowon, menariknya keatas dan mencium bibir Sowon gemas.

“Tepat jam tujuh.” Kata Sowon bergumam. Napasnya dan Yuju sama-sama berat setelah terlibat ciuman panjang. Dahi mereka saling menempel dan jarak antara bibirnya dan Yuju hanya berjarak satu jari.

Yuju menatap jengkel Sowon.

“Kau mengganggu tidur ku lagi.”

“Ini hari minggu Yuju. Aku harap kau tidak lupa.” Sowon mencoba memberikan tatapan berarti membiarkan Yuju menebak-nebak apa yang di maksud.

“Jika kau bodoh, ini memang hari minggu. Tidak ada yang bilang ini hari jumat.”

Sowon diam sesaat, “Rumahku?”

“Oh ya Tuhan!”

Daya ingatnya yang lambat membuat Sowon menyentil dahi Yuju gemas, gadis itu terlihat panik saat mendorong Sowon dan berdiri mulai bercermin, ia menyisir rambut panjangnya dengan jari sambil sesekali melirik Sowon yang terbaring santai di kasur. Pria itu melipat kedua tangannya di bawah kepala, diatas bantal. Menikmati setiap gerak yang gadisnya ciptakan.

Sekali lagi Yuju melirik Sowon.

“Kenapa aku bisa lupa jika hari ini kita akan kerumah mu.”

“Karena kau bodoh.” Jawab Sowon enteng. Jawabannya membuat Yuju berjalan perlahan, duduk di tempat kosong samping Sowon, saling mengamati satu sama lain.

Obssesion [SowonxYuju]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang