Tidak pernah ada yang tahu bahwa puncak dari kesetiaan akan menciptakan percikan mematikan. Dan tidak ada yang bisa mengukur seberapa menderitanya seseorang hanya dari penampilan luar.
Suatu ketika Yuju mengingat betapa bahagianya ia saat kecil, setiap akhir pekan keluarganya akan mengajaknya mengunjungi wisata taman bermain dengan kedua tangan di gandeng Ayah dan Ibu nya, mereka bahagia. Tentu saja, ada banyak tawa di sertai lemparan lelucon konyol yang membuatnya tergelitik antusias.
Saat pertama kali masuk SD, Yuju ingat betapa bahagia kedua orang tuanya saat memakaikannya seragam dan menyiapkan bekal makanan, serta sang Ibu yang setia menemani hingga bel pulang berbunyi. Saat itu adalah saat dimana Yuju ingin memencet tombol waktu dan menghentikannya tanpa ingin berlalu.
Kemudian, orang tua nya mulai sibuk bekerja karena Ibu nya memilih menjadi wanita karir. Yuju mulai terabaikan, hidup dengan kasih sayang bayaran. Puncaknya saat Yuju mengalami kecelakaan hebat ketika SMP, ia kritis dan nyawanya hampir tidak tertolong. Orang tua mulai saling menyalahkan dan meneriaki satu sama lain hingga ia pulih dari segala rasa sakit dan mendapati surat cerai yang di bumbui tanda tangan membuatnya gemetar.
Yuju hanya diam, dan tersenyum palsu sambil berkata; aku tidak apa-apa. Nyatanya Yuju menangis seharian. Hak asuh di pegang Ayahnya, tapi Ayahnya adalah dokter Kardiolog yang super sibuk hingga ia memutuskan untuk pergi tinggal dengan Ibunya. Dan Ibu nya berubah menjadi sosialita yang mementingkan uang daripada apapun. Yuju pergi, sendirian dan memutuskan tinggal di apartemen pemberian Ayahnya. Yuju tahu bukan hanya dia yang terluka, orang tuanya juga sama terlukanya.
Tapi, bukankah setiap luka ada obatnya?
Ya. Ada, dan itu yang menjadi candu setiap tahunnya. Sejak awal masuk SMA, sejak ia memutuskan untuk tinggal sendiri Yuju sangat tergantung pada obat. Obat yang membuat pikirannya jernih dan bebannya terangkat. Bertahun-tahun Yuju mengkonsumsi obat penenang sesuai anjuran dokter sampai Sowon datang menjungkir balikkan dunianya, membuatnya merasa berharga dan di butuhkan. Yuju mulai berhenti meminum obat, ingin merubah pola hidup yang sehat karena Yuju ingin hidup lebih lama.
Dan, kini luka itu kembali menggores lebih dalam hingga menembus sumsum tulang, Yuju berdiri memandang gedung-gedung yang ada di Seoul melalui jendela kaca besar di kamarnya sambil memegang dua butir obat, tidak apa-apa. Yuju mencoba meyakinkan diri ratusan kali karena konsekuensi dari tindakannya, Yuju akan kembali kecanduan obat. Tapi, Sowon sedang tidak ada. Pria itu keluar mencari makanan untuknya, jadi tidak apa-apa.
Yuju berbalik memutar tubuh, ia berjalan pelan penuh perhitungan hingga mencapai tepi kasur. Ia duduk perlahan, menatap dua butir obat yang berada di telapak tangan dan mengambil segelas air putih yang ada di atas meja dengan tangan yang satunya. Kini, tatapannya begitu yakin hingga sekali teguk obat itu tertelan menembus tenggorokannya yang kering.
Tenang, lepas, semua beban terasa terbang mengikuti hembus angin. Yuju mulai mengambil napas konstan, teratur dan perlahan. Ia tersenyum, pelan lalu mulai membaringkan tubuh dan memejamkan mata. Ia ingin istirahat, barang sejenak demi kesehatan mentalnya.
.
.
.Sowon baru saja memasuki apartemen dengan dua kantong plastik penuh makanan, ia tahu hari ini akan terjadi. Yura akan kembali dan membuat segala sesuatunya menjadi rumit. Dulu sekali, Sowon sangat mencintai Yura dan bertekat akan menikahi wanita itu kelak, ia buta karena cinta. Hingga cinta itu sendiri yang membuatnya hancur dan merana, kemudian ia berubah. Mengikuti teori orang-orang bahwa seseorang yang pendiam akan lebih berbahaya daripada seorang kriminal sekalipun. Lalu ia bertemu Yuju, selain rupanya yang mirip, nama merekapun hampir sama. Di situ Sowon bertekat untuk melampiaskan semuanya pada gadis itu, Sowon ingin mengurung dan membuatnya menderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obssesion [SowonxYuju]
FanfictionCast : > Kim Sowon (Pria) > Choi Yuju (Wanita) Other cast : cari sendiri Genre : Romance, geben 17+ Langsung baca aja ?