Chapter 3

809 83 12
                                    

Banyak teori cinta yang sering Yuju baca lewat artikel ataupun quotes tentang suatu hubungan. Dari banyaknya teori cinta yang ia baca, Teori Cinta Elaine Hatfield adalah favoritnya.

Sejak dulu Yuju selalu bermimpi jika kisah cintanya kelak persis seperti teori compassionate love. Cinta kasih sayang yang memiliki ciri saling keterikatan, sama-sama menghargai, kepedulian, dan rasa percaya. Bukan passionate love yang justru bersifat fana karena dipengaruhi oleh faktor ketertarikan fisik.

Yuju tidak bodoh, sejak awal ia sudah curiga mengenai apa yang Sowon ultimatum padanya. Yuju ingin tertawa saat Sowon bilang ia miliknya. Bahkan, Yuju sendiri tidak mengerti apa yang di pikirkan orang asing itu hingga memilihnya sebagai miliknya, bukan orang lain. Jika bukan faktor fisik, apa lagi? Bukannya ia ingin sombong dengan fisiknya sendiri. Tapi itulah kenyataan yang ada.

Contoh lainnya pembuktian bahwa passionate love memiliki arti adanya daya tarik emosi yang intens, kecemasan, dan senzualitas. Itulah yang menjadi faktor utama kenapa Yuju memilih teori passionate love. Mungkin ia harus menebalkan kata senzualitas sebagai faktor pendorong penting.

Merasakan bagaimana Sowon mengurung tubuhnya dalam dekapan saat tidur, juga tidak membiarkan tubuh Yuju bergerak sesenti pun membuatnya merasa tidak nyaman juga takut.

Yuju tidak pernah bersentuhan dengan pria manapun seintim ini.

Oke, mungkin jika berpelukan atau berciuman Yuju pernah dengan mantannya terdahulu. Tapi tidak pernah seintim dan selama ini. Mengetahui fakta bahwa ini kamar satu-satu nya di apartemen Sowon menjadikan alasan kuat kenapa mereka tidur satu ranjang, juga kekeras kepalaan Sowon yang tidak menerima penolakan.

Tapi, Yuju tidak bisa tidur dengan keadaan seperti ini. Tidak dengan Sowon yang memeluk leher serta pinggulnya protektif. Juga kepala pria itu yang menempel di perpotongan lehernya. Harum sampo Sowon begitu kuat hingga Yuju nyaris tersedak. Mengetahui fakta bahwa Sowon sangat tampan dan seksi saat tidur sedikit banyak membuatnya merona.

“Jangan pergi..”

Sowon bergumam, membuat Yuju menghentikan pikiran tidak pentingnya. Gadis itu merasakan cengkraman pada tubuhnya semakin kuat yang di hasilkan pelukan Sowon, Yuju juga bisa merasakan saat tubuh pria itu bergetar ketakutan.

Yuju kemudian mencoba bersenandung sambil menghusap rambut Sowon, merasakan ada air keringat yang membasahi tangannya.

Sowon ketakutan dan begitu lemah, satu fakta lagi yang membuat Yuju bingung juga labil. Disatu sisi ia ingin segera lepas dari pria gila ini, tapi di sisi lain ia merasakan jika Sowon sama sepertinya. Sama-sama sendirian dan terbuang. Dan fakta itu yang membuatnya ingin tetap tinggal.

Yuju melirik kebawah, sekedar mengecek Sowon yang mulai tampak tenang, membiarkan pria itu kembali tidur.

“Jangan pergi.” Sowon bergumam sekali lagi, kali ini pelukannya tidak seerat tadi, ada sedikit unsur lembut juga hati-hati dan Sowon memberikan ciuman kecil pada leher Yuju yang membuat gadis itu menggeliat geli.

“Jangan pergi, Yuju-ah. Jangan tinggalkan aku.. aku mohon.”

Tidak ada yang bisa Yuju lakukan kali ini. Gadis itu hanya mendesah sedih sambil menatap langit-langit kamar tanpa berhenti mengusap rambut Sowon. Kenyataan ini begitu membuatnya frustasi, ia bahkan tidak bisa memberikan keputusan yang tepat. Sowon membutuhkannya, tapi Yuju tidak bisa mengorbankan masa depannya.

“Aku tidak akan pergi.” Kata Yuju disertai ketegasan dalam kalimatnya.

Biarlah ia akan menyesali ini di kemudian hari, Yuju terus menyemangati diri. Ia hanya tidak ingin masalah ini terlalu berbelit-belit. Sekeras atau sebesar apapun usahanya untuk lari, maka Sowon akan semakin keras mengejarnya dan menyakitinya. Tapi, ia mencoba teori baru. Jika ia menyerah dan menurut maka besar kemungkinan Sowon akan baik padanya. Setidaknya sampai pria itu bosan atau menemukan wanita lain, maka saat itu Yuju yakin ia akan terbebas dari ini semua.

Obssesion [SowonxYuju]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang